| main article site » |
Published in fisik@net (Agus Purwanto, 21 December 2008)
~Akhir yang manis dari penantian panjang~, ungkap penulis ketika mengetahui nama-nama penerima nobel fisika 2008. Betapa tidak, tahun 1998 sebelum meninggalkan almamaternya L.T. Handoko sejawat penulis di Universitas Hiroshima bercerita bahwa komunitas fisika teori Jepang berharap Kobayashi dan Maskawa mendapat nobel fisika.
Sebenarnya, tidak ada ahli fisika di dunia yang bekerja dengan misi khusus mendapat nobel, tidak terkecuali Yoichiro Nambu, Makoto Kobayashi dan Toshihide Maskawa. Mereka bekerja karena mencintai pekerjaannya, mencintai ilmu. Tetapi dalam perkembangannya ada alasan yang membuat komunitas fisika teori Jepang berharap nobel bagi sejawat senegara mereka.
Nobel fisika 2008 berbeda dari nobel fisika 1979 yang juga diberikan kepada tiga ahli fisika teori yaitu Abdus Salam, Sheldon Glashow dan Steven Weinberg. Ketiga fisikawan ini berasal dari negara berbeda, Salam dari Pakistan dan tinggal di Itali sedangkan dua lainnya dari Amerika tetapi mendapatkan nobel fisika untuk satu teori yang sama yaitu teori unifikasi gaya elektrolemah. Teori ini sekarang sering disebut sebagai teori Glashow-Salam-Weinberg.
Sebaliknya Nambu, Kobayashi dan Maskawa berasal dari satu negara tetapi mendapatkan nobel untuk dua teori berbeda. Nambu yang kelahiran Tokyo 1921 dan mendapatkan gelar dotornya di Universitas Tokyo tahun 1952 serta menjadi profesor di Universitas Chicago sejak 1958 dianugerahi nobel karena gagasan perusakan simetri spontannya (sponatenous symmetry breaking, SSB) dalam model sigma.
Gagasan ini dimuat dalam prosiding konferensi internasional kesepuluh fisika energi tinggi di Jenewa tahun 1960. Satu tahun kemudian Jeffrey Goldstone dari Amerika menulis generalisasi SSB untuk fermion di jurnal Nuovo Cimento. Hasil sampingnya berupa boson tak bermassa. Di buku-buku teks SSB kadang diidentifikasi dengan dua nama Nambu-Goldstone tetapi lebih sering hanya satu nama yaitu Goldstone dengan sebutan teorema Goldstone.
Gagasan Goldstone disempurnakan Peter Higgs tahun 1964 dengan mekanisme pembangkitan massa Higgs yang terkenal dalam fisika partikel modern. Mekanisme terakhir ini memberi bonus partikel Higgs yang menjadi perburuan di eksperimen terbesar dalam sejarah umat manusia Large Hadron Collider (LHC) di CERN Jenewa. Dengan demikian, jika SSB mendapatkan nobel maka yang seharusnya menerima adalah trio Nambu, Goldstone dan Higgs.
Kobayashi dan Maskawa (KM) mendapatkan penghargaan karena ide mereka yang dipublikasi di jurnal Progress of Theoretical Physics tahun 1973 dengan judul CP violation in the renormalizable theory of weak interaction. KM mengintrodusir matriks bauran dimensi tiga yang memuat dua hal baru. Pertama, kuark generasi ketiga bottom dan top, kedua, fasa CP (charge conjugation dan parity). Fasa dan simpangan CP merupakan salah satu syarat terjadinya alam semesta saat ini yang asimetri dari kondisi awal simetri.
Konfirmasi kuark top di CDF Fermilab tahun 1998 membangkitkan harapan nobel bagi KM. Konfirmasi simpangan CP melalui B-factory di akselerator linier Stanford (SLAC-B) dan Belle di pusat riset fisika energi tinggi (KEK) Tsukuba tahun 2001 meneguhkan harapan ini.
Tahun 1963, Nicola Cabibbo dari Itali menulis matriks bauran dua dimensi di Physical Review Letter (PRL). Dengan demikian, matriks KM dapat dipandang sebagai perluasan dari matriks Cabibbo sehingga sampai sekarang matriks ini disebut matriks CKM (Cabibbo-Kobayashi-Maskawa). Karenanya, nobel mestinya tidak hanya diberikan kepada KM melainkan juga Cabibbo.
Nobel fisika tahun ini juga menyisakan sisi lain yang menarik bagi orang Indonesia. Setelah peraih nobel fisika 2008 diumumkan, ahli fisika teori L.T. Handoko mendapat email dengan bunyi, ~Thank you for the works contributed to the establishing the theory...~ dari para koleganya di Jepang. Handoko memang mempunyai hubungan personal yang kuat khususnya dengan Kobayashi sebagai host-profesor ketika berada di KEK Tsukuba antara tahun 1996-1997.
Ungkapan terimakasih tersebut terkait dengan riset Handoko dan koleganya dari Jepang, Jerman, Korsel dan Kanada pada kurun 1995-2002 yang mengkaji perusakan simetri global pada materi nuklir meson B. Kuark b berada di alam dalam bentuk materi nuklir meson B. Karenanya eksperimen untuk membuktikan teori ini selalu melibatkan meson B dan peluruhannya. Kalkulasi teori terkait dengan aneka mode peluruhan dan hasil akhirnya ini banyak dilakukan oleh Handoko pada era tersebut.
Dilain pihak, ada beberapa ilmuwan Indonesia yang turut berperan pada proses pembuktian eksperimental yang menjadi kunci penentu anugerah nobel untuk KM. Pada eksperimen pencarian kuark top misalnya, salah seorang anggota kolaborasi D-zero (D0) adalah van de Brink mahasiswa Indonesia alumni jurusan fisika UI.
Eksperimen yang lebih penting dan merupakan kunci utama konfirmasi kebenaran teori KM adalah B-factory. Selama ini ada dua fasilitas eksperimen utama yang bersaing ketat yaitu eksperimen BaBar di SLAC Stanford dan Belle di KEK Tsukuba. Di dalam kolaborasi BaBar terdapat dua ilmuwan Indonesia, Romulus Godang dan Rahmat.
Romulus yang asisten profesor di Universitas South Alabama dan alumni jurusan fisika USU bergabung sejak awal dimulainya kolaborasi BaBar sampai sekarang. Rahmat yang menyelesaikan program doktoralnya di University of Oregon melanjutkan program post-doctoral di Universitas Mississippi juga masih aktif di eksperimen BaBar. Demikian pula Haryo Sumowidagdo, alumni jurusan fisika UI, sampai saat ini masih bergabung di eksperimen D0.
Maskawa barangkali sosok yang paling unik dari trio peraih nobel fisika tahun ini. Penulis pernah dua kali bertemu Profesor Maskawa, tahun 1999 di universitas Hiroshima dan tahun 2001 di Yukawa Institue for Theoretical Physics (YITP) universitas Kyoto institusi tempat Maskawa. Ada hal yang tidak dapat penulis lupakan dari kedua pertemuan tersebut.
Ketika di universitas Hiroshima seorang teman membisiki penulis bahwa Maskawa tidak dapat berbicara dalam bahasa Inggris sehingga bila mau bicara dengannya harus dengan bahasa Jepang. Hal yang sama juga terjadi ketika di YITP, host-profesor penulis di sana berbisik sama. ~Shinjirarenai (tidak dapat dipercaya)~, demikian reaksi dalam hati ketika dibisiki untuk pertama kalinya.
Dari kisah di depan, ada dua pelajaran yang dapat diambil oleh fisikawan dan ilmuwan Indonesia umumnya. Pertama, gagasan Nambu maupun KM yang akhirnya mendapatkan nobel dimuat di prosiding dan jurnal dengan impact factor atau peringkat tidak tinggi. Reputasi ilmuwan secara umum ditentukan oleh jumlah publikasi dan peringkat jurnalnya. Hitoshi Murayama dari University of California Berkeley dan Ernest Ma dari University of California Riverside, misalnya, selalu berusaha menulis tema terdepan dan mempublikasikannya di PRL yang ber-impact factor paling tinggi di antara jurnal fisika.
Semangat seperti Murayama maupun Ma sangat positif tetapi sejarah membuktikan idealisme semacam ini tidaklah perlu. Beberapa senior kita tidak mau publikasi bila tidak di jurnal papan atas dan akhirnya memang tidak mempunyai publikasi atau karya satu pun sampai masa pensiunnya. Semangat umum ilmuwan Jepang patut ditiru, publikasikan hasil riset di jurnal internasional apapun. Makna jurnal internasional disini adalah untuk menjamin visibilitas karya tulis sehingga bisa diketahui oleh komunitas global. Selanjutnya kita tidak perlu menghakimi karya sendiri tetapi biarkan orang lain menilainya. Bagi kita yang terpenting adalah berkarya dan berkarya.
Kedua, kolaborasi akan menutupi kekurangan dan kelemahan individual para ilmuwan. Di Indonesia, ilmuwan khususnya fisikawan teori jumlahnya baru belasan. Mereka tidak boleh lagi bangga dengan institusi sendiri maupun almamater tetapi tanpa karya, tanpa publikasi. Sekarang banyak universitas kita yang mengakselerasi lahirnya guru-guru besar baru untuk meningkatkan status universitas. Sayangnya, dari setiap pengukuhan dapat dilihat bahwa guru-guru besar ini umumnya tidak mempunyai publikasi internasional kecuali saat menempuh program doktoralnya di luar negeri.
Kondisi paradoks tersebut dapat diatasi melalui kolaborasi. Salah satu contoh kolaborasi adalah Indonesia Center for Theoretical dan Mathematical Physics (ICTMP) yang melibatkan beberapa ahli fisika teori dalam dan luar ITB. Upaya ini memberi hasil dengan mulai munculnya hasil-hasil riset mereka di beberapa jurnal internasional. Jumlah ahli fisika teori Indonesia sekarang belum berubah secara signifikan dibanding tiga puluh tahun lalu. Tetapi kolaborasi telah membedakan dua generasi ini, publikasi menandai generasi yang belakangan. Juga komunitas ilmiah yang kuat sebagai motivator semangat berkarya seperti Grup Fisikawan Teoritik Indonesia (GFTI) yang menanungi pertemuan tahuan komunitas teori Indonesia, yaitu Workshop on Theoretical Physics.
Nobel bukanlah tujuan utama, yang lebih penting adalah tumbuhnya sikap dan tradisi ilmiah. Penyelesaian berbagai masalah akan jauh lebih efektif bila berdasar pemahaman sains dan tidak sekedar mengandalkan common sense. Di antara negara dengan jumlah penduduk terbesar seperti Cina, India, Amerika dan Indonesia hanya negeri kita yang belum menguasai ilmu pengetahuan. Padahal tanpa ilmu pengetahuan teoritis maupun praktis kita tidak akan mampu mengelola sumber daya alam yang melimpah yang pada gilirannya kita menjadi bangsa yang bergantung pada bangsa lain.
Published in Koran Tempo (Wuragil, 4 Desember 2008)
Berdasarkan riset dan hitung-hitungan yang sudah dilakukannya, Irwan Ary Dharmawan, fisikawan dari Universitas Padjadjaran Bandung, menyarankan sel-sel bakar (fuel cell) menggunakan media berporositas rendah sebagai anoda ataupun katodanya. "Peningkatan polarisasi gasnya jauh lebih tinggi dengan media ini daripada yang porositasnya tinggi," katanya.
Irwan keluar dengan kesimpulan itu setelah melakukan simulasi difusi beberapa macam gas sekaligus dalam geometri yang kompleks. Sayang, output berupa saran itu diberikannya kepada para ahli teknik kimia yang sedang bereksperimen dengan fuel cell di negara tetangga, Singapura.
Irwan mengungkapkan pengalaman penelitiannya itu dalam Konferensi Komputasi dan Fenomena Nonlinear yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kemarin. Untuk pertama kalinya, konferensi itu menggabungkan pertemuan tahunan "Workshop on Computational Sciences" dan "Workshop on Nonlinear Phenomena" yang masing-masing diselenggarakan sejak 2004 dan 2006.
Laksana Tri Handoko, ketua panitia konferensi, menyatakan selama ini fenomena-fenomena nonlinear yang mendominasi sampai 99 persen kehidupan manusia (seperti pergerakan saham dan kemacetan lalu lintas) membutuhkan komputer dan pendekatan numerik--bukan analitik--sebagai penyelesaiannya. Sedangkan sains komputasi meliputi proses konstruksi model matematis dan teknik solusi numeriknya membutuhkan algoritma kalau ingin diolah lebih jauh. "Keduanya, fenomena nonlinear dan komputasi, saling terkait," kata peneliti di Pusat Penelitian LIPI itu.
Selain pengembangan sel bakar, kolaborasi kedua ilmu itu, ditambah dengan teknik komputasi, juga akan mudah sekali terlihat misalnya pada pengembangan teknologi komunikasi via kabel optik. Komunikasi yang mengandalkan gelombang cahaya ini, menurut Handoko, termasuk nonlinear. "Riset-risetnya di antaranya berguna untuk mencari teknik dan material yang efisien tapi murah," ujarnya.
Ada pula aplikasi untuk pengembangan di bidang teknologi nuklir. "Konferensi seperti saat ini diharapkan menjadi pemicu aktivitas riset yang terpadu untuk mengejar ketertinggalan kita yang bisa berdampak serius terhadap bidang-bidang lainnya di masa mendatang," tutur Handoko.
Mulai tahun depan, Handoko menginformasikan, konferensi juga berencana mempersatukan bidang ilmu fisika teori.
Published in BIP Kominfo (4 Desember 2008)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan Masyarakat Komputasi Indonesia (MKI) menggelar konferensi ilmiah dengan fokus pada fenomena non-linier dan seluruh aspek komputasinya.
Konferensi yang bertajuk Conference on Computational, Computing and Non-linear Science (CCCNS 2008) merupakan yang pertama di Indonesia dan diinisiasi oleh konsorsium gabungan lembaga penelitian dan universitas di Indonesia yang bernaung di MKI.
~Pertemuan ilmiah ini merupakan gabungan dari pertemuan tahunan Workshop on Computational Science (WCS) dan Workshop on Non-linear Phenomena (WNP) yang diselenggarakan tahun 2004 dan 2006,~ kata Peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI, Laksana Tri Handoko di Jakarta, Rabu (3/12).
Menurutnya, penyelenggaraan dan penggabungan pertemuan itu oleh LIPI merupakan percobaan pertama untuk mempertemukan komunitas sains komputasi, dan komunitas non-linier, kemudian ditambah komunitas teknik komputasi.
~Selama ini pertemuan itu dilakukan sendiri-sendiri, yang satu pertemuan komunitas sains komputasi dan satu lagi komunitas non-linier, dan baru tahun ini kita gabung menjadi satu,~ tambahnya.
Tujuannya adalah agar ada komunikasi di antara komunitas tersebut, sekaligus untuk mensosialisasikan kepada masyarakat, bahwa ada bidang semacam itu. Kemudian tindak lanjutnya secara umum biasanya diantara mereka terus ada kolaborasi riset.
Disebutkan, fenomena non-linier merupakan tantangan utama para ilmuwan teoritik di berbagai bidang, karena hampir seluruh aspek kehidupan manusia tidak mengikuti hukum-hukum linier yang bisa direpresentasikan dengan matematika linier, dan karenanya bisa dipecahkan solusinya.
Sejauh ini fenomena non-linier dipecahkan dengan pendekatan nomerik memakai sains komputasi, dan pada banyak kasus memerlukan perangkat komputasi berkinerja tinggi seperti komputer paralel.
Sedangkan sains komputasi sendiri meliputi proses konstruksi model matematis dan teknik solusi numeriknya memakai komputer, kemudian akan diolah lebih lanjut memakai algoritma tertentu oleh komunitas teknik komputasi seperti TI. ~Sehingga jelas keterkaitan serta simbiosis mutualisma diantara ketiga komunitas tersebut, ~ujarnya.
Sayangnya sejauh ini Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia dan infrastruktur untuk melakukan kajian mendalam. Oleh karenanya, LIPI berharap pertemuan ilmiah tersebut menjadi pemicu aktivitas riset untuk mengejar ketertinggalan yang bisa berdampak serius di bidang-bidang lainnya di masa datang. (T.Gs/id/c)
Published in NTT Online News
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama Masyarakat Komputasi Indonesia (MKI) mengadakan pertemuan ilmiah pertama di Indonesia yang membahas fenomena non-linier dan seluruh aspek komputasinya, di Jakarta, Rabu.
"Konferensi dengan topik ini adalah yang pertama kali digelar di Indonesia dan diinisiasikan oleh konsorsium gabungan lembaga penelitian dan universitas di Indonesia yang bernaung di bawah MKI," kata Laksana Tri Handoko, peneliti dari Pusat Penelitian Fisika LIPI, di Jakarta, Rabu. "Pertemuan ilmiah ini merupakan penggabungan dari pertemuan tahunan `Lokakarya Ilmu Komputasi` (WCS) dan `Lokakarya Fenomena Non-Linier` (WNP) yang diselenggarakan masing-masing sejak tahun 2004 dan 2006," kata Laksana Tri Handoko menjelaskan.
Lebih lanjut ia mengatakan penyelenggaraan dan penggabungan dua ajang ilmiah itu pada tahun 2008 ini oleh LIPI merupakan upaya percobaan pertama untuk mempertemukan komunitas sains komputasi, komunitas non-linier, dan ditambah dengan komunitas teknik komputasi. "Fenomena non-linier merupakan tantangan utama para ilmuwan teoritik di berbagai bidang, karena hampir semua aspek kehidupan manusia tidak mengikuti hukum-hukum linier yang bisa direpresentasikan dengan persamaan matematika linier, dan karenanya bisa dipecahkan solusinya," ujar dia.
"Sejauh ini fenomena non-linier dipecahkan dengan pendekatan numerik memakai sains komputasi dan pada banyak kasus memerlukan perangkat komputasi berkinerja tinggi seperti komputer paralel," kata Laksana. Ia melanjutkan, "Sains komputasi sendiri meliputi proses `konstruksi model matematis` dan `teknik solusi numeriknya` memakai komputer, yang kemudian akan diolah lebih lanjut memakai `algoritma` tertentu oleh komunitas teknik komputasi seperti Teknologi Informasi."
Laksana mengakui di Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia dan infrastruktur untuk melakukan kajian mendalam di topik ini. "Itu sebabnya LIPI Public Cluster dan seri pertemuan ilmiah bisa menjadi pemicu aktifitas riset untuk mengejar ketertinggalan kita yang bisa berdampak serius di bidang-bidang lainnya di mada mendatang," kata dia. Pertemuan ilmiah ini dihadiri sekitar 100 peserta, mulai dari peneliti senior sampai mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu. Pertemuan menampilkan 26 makalah ilmiah di sesi pleno dan dua sesi paralel.
Published in Antara (3 Desember 2008)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan Masyarakat Komputasi Indonesia (MKI) menggelar konferensi ilmiah dengan fokus fenomena non-linier dan seluruh aspek komputasinya.
Konferensi yang bertajuk Conference on Computational, Computing and Non-linear Science (CCCNS 2008) merupakan yang pertama di Indonesia dan diinisiasi oleh konsorsium gabungan lembaga penelitian dan universitas di Indonesia yang bernaung di MKI.
"Pertemuan ilmiah ini merupakan gabungan dari pertemuan tahunan Workshop on Computational Science (WCS) dan Workshop on Non-linear Phenomena (WNP) yang diselenggarakan tahun 2004 dan 2006," kata Peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI, Laksana Tri Handoko di Jakarta, Rabu.
Penyelenggaraan konfrensi sendiri dikatakannya merupakan percobaan pertama yang mempertemukan komunitas sains komputasi, komunitas non-linier yang bertujuan menjalin komunikasi di antara komunitas tersebut, sekaligus mensosialisasikan kepada masyarakat terkait keberadaan komunitas.
"Selama ini pertemuan sudah sering namun dilakukan sendiri-sendiri oleh masing-masing komunitas, dan baru tahun ini kita gabung menjadi satu", katanya.
Fenomena non-linier saat ini merupakan tantangan utama para ilmuwan teoritik di berbagai bidang karena hampir seluruh aspek kehidupan manusia tidak mengikuti hukum-hukum linier yang bisa direpresentasikan dengan matematika liniear, dan karenanya bisa dipecahkan solusinya.
Sejauh ini fenomena non-linier dipecahkan dengan pendekatan nomerik memakai sains komputasi, dan pada banyak kasus memerlukan perangkat komputasi berkinerja tinggi seperti komputer paralel.
Sedangkan sains komputasi sendiri dikatakan Laksana meliputi proses konstruksi model matematis dan teknik solusi numeriknya memakai komputer, kemudian akan diolah lebih lanjut memakai algoritma tertentu oleh komunitas teknik komputasi seperti TI.
"Sehingga jelas keterkaitan serta simbiosis mutualisma diantara ketiga komunitas tersebut", ujarnya.
Namun begitu diakuinya sejauh ini Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia dan infrastruktur untuk melakukan kajian mendalam.
Oleh karenanya, LIPI berharap pertemuan ilmiah tersebut menjadi pemicu aktivitas riset untuk mengejar ketertinggalan yang bisa berdampak serius di bidang-bidang lainnya di masa datang.
Published in Trans TV (23 November 2008)
Host :
Guest : L.T. Handoko
Place of interview : my home
Published in Cakrawala Gita Swara 98.3 FM (25 October 2008)
Host : Puji Andreas and Santy Andani
Guest : Muhammad Budi Setiawan (Deputy of Ministry for Youth and Sport), L.T. Handoko
Place of live : Hayam Wuruk Plaza Tower (12th floor)
Published in Koran Tempo (9 October 2008)
Sosok Makoto Kobayashi sangatlah berarti bagi LT Handoko, peneliti pada Pusat Penelitian Fisika di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Serpong. "Dia sangat bersahabat dan low profile," kata Handoko tentang host professor-nya itu kemarin.
Handoko memang pernah menimba ilmu tentang simetri yang rusak secara langsung dari Kobayashi, salah satu pemenang Hadiah Nobel Fisika 2008. Handoko, yang sejak 1995 sampai 2003 mendalami teori penting dalam fisika partikel itu, mendapat kesempatan belajar di bawah bimbingan Makoto di KEK selama dua tahun.
Handoko bercerita, Makoto dan rekannya--Toshihide Maskawa--memprediksi bahwa setidaknya ada tiga famili quark baru selain tiga quark yang telah diketahui. "Mereka juga memprediksi apa yang akan terjadi bila ada enam quark, yaitu rusaknya simetri," kata Handoko. "Prediksi kerusakan simetri itu akhirnya terbukti dalam eksperimen yang dilakukan pada 1998-2002."
Handoko mengakui rusaknya simetri memang agak sulit dipahami oleh orang awam, meskipun teori itu menjelaskan aneka interaksi di alam semesta. "Manusia memang tidak merasakan apakah dunia yang kita tempati ini simetri atau tidak, tapi ketidakseimbangan akibat rusaknya simetri itulah yang membuat segala sesuatu bergerak," kata Handoko. "Ketidakseimbangan itulah yang membuat alam selalu berubah dan mengalir."
Rusaknya simetri juga menjelaskan bagaimana alam semesta terbentuk ketika Big Bang terjadi hampir 14 miliar tahun lalu, di mana antimateri tercipta hampir sebanyak materi.
"Ini seperti ada elektron yang bermuatan negatif, maka ada positron yang sifatnya sama dengan elektron tapi muatannya positif," ujarnya. "Di alam semesta semestinya juga sama, ada keseimbangan antara materi dan antimateri. Tapi ternyata materi lebih banyak, sehingga hal itu menjelaskan bahwa segala sesuatu tidak perlu seimbang."
Published in
Situs KRT (24 September 2008)
Sekali lagi dipicu oleh liputan media yang tidak direncanakan sebelumnya, secara mendadak Menristek Kusmayanto Kadiman melakukan kunjungan ke P2 Fisika LIPI di Serpong. Salah satu fokus kunjungan adalah untuk melihat Public Cluster yang sebelumnya sempat diberitakan di media cetak.
Tanpa seremoni apapun, dan dengan mengendarai sepeda motor ~pinjaman~ dari satpam kawasan Puspiptek, Menristek tiba sekitar pk 10:00 WIB.
Dalam kunjungan ke dalam ruangan Workshop GFTK di mana Public Cluster berada, Menristek meluangkan waktu hampir 2 jam untuk berdiskusi ~hangat~ seputar cluster serta penelitian ~teoritik~ pada umumnya.
Semoga kunjungan ini cukup memberi oleh-oleh dan wawasan kepada Menristek akan geliat penelitian lanjut terkait teoritik yang selama ini relatif sepi dan dalam beberapa konteks kurang dihargai. Meski demikian kami di GFTK tetap bersemangat dan konsisten melakukan kajian ilmiah di bidang kami dengan kondisi yang ada seperti selama ini sudah berjalan.
Dalam kesempatan tersebut Menristek memberikan beberapa masukan penting, antara lain terkait dengan ~marketing~ agar pemakai Public Cluster bisa lebih banyak khususnya yang dari internal LPND di bawah KRT. Meski sebenarnya usaha sosialisasi sudah kami lakukan sejak awal melalui media maya komunitas terkait. Sebenarnya menurut kami hal ini tidak menjadi masalah karena memang kendala utama adalah kurangnya SDM yang memiliki kemampuan melakukan pemrograman paralel. Justru hal inilah yang memotivasi kami untuk mengembangkan sarana mesin paralel yang sifatnya terbuka.
Kami berharap ke depan semakin banyak generasi muda yang memiliki kemampuan tersebut, sehingga akan mendorong munculnya topik penelitian komputasi lanjut di berbagai bidang penelitian.
Minimal, kami berterima-kasih atas kunjungan dan perhatiannya...
Published in Media Indonesia (15 September 2008)
ILMUWAN di Organisasi Eropa untuk Penelitian Nuklir (CERN) beberapa waktu lalu telah mulai menyalakan mesin besar penghancur partikel. Tujuannya untuk meniru kondisi terjadinya big bang atau letusan keras yang menciptakan alam semesta.
Mesin bernama Large Hadron Collider (LHC) yang dibangun selama 19 tahun tersebut merupakan mesin buatan manusia terbesar dan terlengkap. Bahkan ilmuwan menyatakan platform mesin itu sebagai percobaan keilmuwan terbesar dalam sejarah manusia. Percobaan itu tepat dilakukan di dalam sebuah bilik tertutup rapat serta terkubur di bawah perbatasan Swiss dan Prancis. Target para ilmuwan ini ialah mulai membuka kunci rahasia utama dalam fisika modern serta mencari jawaban dari pertanyaan terkait alam semesta beserta isinya.
Untuk pertama kalinya, mesin seharga US$9 miliar ini berhasil menampilkan titik sinar pada layar di ruang kontrol CERN. Sebuah partikel sinar seukuran rambut manusia muncul dalam terowongan bundar sedalam 27 km. "Kami telah mendapatkan sinar pada LHC," kata pemimpin proyek Lyn Evans kepada sejumlah koleganya yang disambut tepuk tangan.
Sekitar ratusan fisikawan dan juru teknik yang berkumpul di ruang kontrol itu pun lantas merayakan keberhasilan sebuah partikel sinar dalam menyelesaikan lintasan akselerator satu arah. Selanjutnya, ilmuwan berencana mengirim kembali sinar mengelilingi LHC dengan arah yang berbeda. Tujuannya untuk mengetes keterbukaan jalur itu.
Jika berhasil, akan terdapat kemungkinan untuk mengirim sinar-sinar lainnya dalam arah yang berbeda secara serempak. Tujuannya menciptakan benturan energi tingkat tinggi yang dekat dengan kecepatan cahaya.
Para ilmuwan dunia dengan penuh hasrat mengantisipasi data dari tabrakan yang kecil itu. Terdapat kemungkinan tabrakan tersebut menyebabkan terciptanya sebuah materi. Layaknya proses 'big bang' alam semesta.
Tentunya, ilmuwan harus mampu menyediakan teori yang benar terkait pertanyaan mengapa ada massa (berat) dalam suatu benda, yang dikenal sebagai teori 'Higgs Boson'. Ini merupakan teori partikel yang sulit dipahami. Higgs juga dikenal sebagai 'partikel dewa', nama yang diberikan untuk fisikawan Peter Higgs asal Skotlandia yang pertama kali mendalilkan keberadaan partikel ini pada 1964.
Di Indonesia, terdapat sekelompok fisikawan juga tengah mengembangkan teori keberadaan partikel Higgs atau partikel hipotesis yang bisa menjawab pertanyaan dari mana asal usul massa materi. Ketekunan memburu partikel Higgs ikut membuahkan hasil bagi fisikawan LIPI Laksana Tri Handoko yang meraih Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) 2008 untuk kategori sains dan teknologi melalui penelitian partikel ini.
Published in KapanLagi.com (15 September 2008)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membuka penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2008 mulai tanggal 15 September dengan sistem online melalui Sistem Informasi Penerimaan CPNS LIPI (SIPC) yang bisa diakses di www.cpns.lipi.go.id.
Tahapan proses penerimaan CPNS LIPI terdiri dari verifikasi administrasi (15 September - 24 Oktober 2008), ujian tertulis (1 November 2008), wawancara (10 - 12 November 2008), dan pengumuman pelamar diterima (15 November 2008).
Siaran Pers LIPI di Jakarta, Senin (15/9), menyebutkan, CPNS yang diterima di LIPI akan mulai aktif bekerja pada tanggal 1 Maret 2009.
"LIPI mendapat formasi dari MenPAN sebanyak 152 orang tahun ini. Jumlah ini terbagi untuk formasi peneliti, teknisi, dan tenaga administrasi dari berbagai tingkat pendidikan (SLTA, D3, S1, S2, S3) dengan berbagai latar belakang kajian ilmu," jelas Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian (BOK) LIPI Dr. Siti Nuramaliati Prijono.
Terkait perubahan proses penerimaan CPNS secara umum oleh MenPAN/BKN sejak 2004 lalu, LIPI menerapkan Sistem Penerimaan Pegawai Online pada tahun 2005 yang terbukti sangat efektif baik dari segi waktu, dana maupun tenaga, tuturnya. Sistem Penerimaan Pegawai Online adalah perangkat lunak generik yang kemudian diaplikasikan di SIPC LIPI sejak tahun 2005 dan telah memperoleh Hak Cipta yang diterbitkan Departemen Hukum dan Perundangan RI dengan registrasi No. 036749 pada tanggal 9 Juni 2008.
Penggagas SIPC-LIPI Dr. Laksana Tri Handoko menambahkan, sistem SIPC yang berbasis web dinamis ini memungkinkan seluruh proses dilakukan secara online dan transparan bagi semua pihak terkait (pelamar, panitia/LIPI, dan masyarakat).
"Kelebihan sistem ini selain mudah dipakai dan dipelihara oleh seluruh pihak terkait juga sangat transparan?, ungkapnya.
Dengan sistem ini dimungkinkan kontrol internal yang ketat dan check and re-check antar bagian dan level.
"Sebagai bukti, penyimpangan hasil dari SIPC tahun lalu sangat kecil terjadi, karena terdapat sekuriti akses di setiap level," tegas Handoko, yang juga peneliti di Puslit Fisika, LIPI.
Published in Radar Bogor (13 September 2008)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membuka penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 2008.
Kesempatan ini dibuka mulai 15 September dengan sistem online melalui sistem informasi penerimaan CPNS LIPI (SIPC) yang bisa diakses di www.cpns.lipi.go.id. Tahapan proses penerimaan CPNS LIPI terdiri dari berbagai tahapan, yakni tahap verifikasi administrasi (15 September-24 Oktober 2008), ujian tertulis (1 Nopember 2008), wawancara (10-12 Nopember 2008) dan pengumuman pelamar diterima (15 Nopember 2008). CPNS yang diterima di LIPI akan mulai aktif bekerja pada 1 Maret 2009.
~LIPI mendapat formasi dari MenPAN sebanyak 152 orang tahun ini,~ jelas Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian (BOK) LIPI, Siti Nuramaliati Prijono.
Jumlah ini terbagi untuk formasi peneliti, teknisi dan tenaga administrasi dari berbagai tingkatan pendidikan. Mulai dari SMA, D3, S1, S2, S3 dengan berbagai latar belakang kajian ilmu.
Perubahan proses penerimaan CPNS secara umum oleh MenPAN/BKN sejak 2004 lalu dan sejak 2005 LIPI menerapkan sistem penerimaan pegawai online. Hal ini terbukti sangat efekif baik dari segi waktu, dana maupun tenaga.
Sistem penerimaan pegawai online adalah perangkat lunak yang kemudian diaplikasikan di SIPC LIPI sejak 2004 dan telah memperoleh hak cipta yang diterbitkan Departemen Hukum dan Perundangan RI dengan nomor registrasi No 036749 pada 9 Juni 2008.
Penggagas SIPC-LIPI, Laksana Tri Handoko menambahkan, sistem SIPC yang berbasis web dinamis ini memungkinkan seluruh proses dilakukan secara online dan trasnparan bagi semua pihak terkait. Mulai dari pelamar, panitia/LIPI dan masyarakat. ~Kelebihan sistem ini selain mudah dipakai dan dipelihara oleh seluruh pihak terkait juga sangat transparan,~ ungkapnya.
Dengan sistem ini dimungkinkan kontrol internal yang ketat dan check and recheck antar bagian dan level. ~Sebagai bukti penyimpangan hasil dari SIPC tahun lalu sangat kecil terjadi karena tedapat sekuriti akses di setiap level,~ tegas Handoko, yang juga peneliti di Puslit Fisika-LIPI. (rtn/*)
Published in Siaran Pers LIPI (12 September 2008)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membuka penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2008 mulai tanggal 15 September dengan sistem online melalui Sistem Informasi Penerimaan CPNS LIPI (SIPC) yang bisa diakses di www.cpns.lipi.go.id.
Tahapan proses penerimaan CPNS LIPI terdiri dari verifikasi administrasi (15 September - 24 Oktober 2008), ujian tertulis (1 Nopember 2008), wawancara (10 - 12 Nopember 2008), dan pengumuman pelamar diterima (15 Nopember 2008). CPNS yang diterima di LIPI akan mulai aktif bekerja pada tanggal 1 Maret 2009.
"LIPI mendapat formasi dari MenPAN sebanyak 152 orang tahun ini~, jelas Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian (BOK) LIPI Dr. Siti Nuramaliati Prijono. "Jumlah ini terbagi untuk formasi peneliti, teknisi, dan tenaga administrasi dari berbagai tingkat pendidikan (SLTA, D3, S1, S2, S3) dengan berbagai latar belakang kajian ilmu", paparnya.
"Terkait perubahan proses penerimaan CPNS secara umum oleh MenPAN/BKN sejak 2004 lalu, LIPI menerapkan Sistem Penerimaan Pegawai Online pada tahun 2005. Hal ini terbukti sangat efektif baik dari segi waktu, dana maupun tenaga", tuturnya.
Sistem Penerimaan Pegawai Online adalah perangkat lunak generik yang kemudian diaplikasikan di SIPC LIPI sejak tahun 2005 dan telah memperoleh Hak Cipta yang diterbitkan Departemen Hukum dan Perundangan RI dengan registrasi No. 036749 pada tanggal 9 Juni 2008.
Penggagas SIPC-LIPI Dr. Laksana Tri Handoko menambahkan, sistem SIPC yang berbasis web dinamis ini memungkinkan seluruh proses dilakukan secara online dan transparan bagi semua pihak terkait (pelamar, panitia/LIPI, dan masyarakat). "Kelebihan sistem ini selain mudah dipakai dan dipelihara oleh seluruh pihak terkait juga sangat transparan", ungkapnya.
Dengan sistem ini dimungkinkan kontrol internal yang ketat dan check and re-check antar bagian dan level. "Sebagai bukti, penyimpangan hasil dari SIPC tahun lalu sangat kecil terjadi, karena terdapat sekuriti akses di setiap level", tegas Handoko, yang juga peneliti di Puslit Fisika ~ LIPI.
Published in
Situs LIPI (L.T. Handoko, 11 September 2008)
LHC (Large Hadron Collider) di pusat akselerator dunia, CERN di pinggiran kota Genewa berbatasan dengan Perancis, menjadi bintang berita iptek hari ini (10/9). Hal ini terkait dengan saat pertama LHC dijalankan secara resmi. Bahkan bagi pecandu Google, pasti menyadari perubahan logo baru Google dengan animasi akselerator.
Kehebohan ini mengingat LHC merupakan ~proyek mercusuar~ iptek modern di era global dengan melibatkan seperlima negara di dunia dan jumlah kolaborasi ribuan personil dari beragam bidang. Proyek ini menghabiskan ~pengeluaran langsung~ sebesar $ 60 milyar ! Ini belum termasuk pengeluaran tidak langsung seperti biaya komputasi dan sebagainya yang dilaksanakan di luar LHC tetapi dilakukan secara berkelanjutan selama eksperimen berjalan. Sebagian besar biaya tersebut ditanggung oleh negara-negara Uni Eropa dan 6 negara lain seperti Amerika, Rusia, Jepang, Cina, Taiwan dan Kanada. Ditambah beberapa negara partisipan kecil : Israel, Iran, Korea dan lain-lain.
Skala LHC disumbangkan oleh terowongan berdiameter 3,8 m dengan total panjang 27 km berbentuk lingkaran 50~175 m di bawah tanah seperti gambar diatas. Di dalam terowongan tersebut dipasang pipa hampa udara dengan magnet berdaya super di sekelilingnya. Supermagnet sebanyak 1232 buah ini berfungsi untuk membelokkan proton (salah satu jenis hadron) yang ditembakkan dari dua arah yang berlawanan, dan bertumbukkan di satu titik untuk menghasilkan ~pecahan-pecahan~ partikel yang lebih elementer. Tanpa medan magnet super, proton yang bermuatan tidak akan bisa dibelokkan agar tetap berada di lintasan yang berbentuk lingkaran tersebut. Pipa hampa udara diperlukan untuk menghilangkan kemungkinan interaksi proton dengan molekul gas yang akan ~mengotori~ hasil pengamatan atas tumbukan kedua proton di detektor. Untuk menghasilkan medan magnet super ini digunakan superkonduktor guna mencapai efisiensi daya listrik. Teknologi supermagnet dan superkonduktor ini merupakan akumulasi teknologi tinggi yang telah diperoleh dari eksperimen berbasis akselerator yang sudah dilakukan di berbagai belahan dunia, dan malah telah diaplikasikan sebagai teknologi maju di kereta api magnet dan sebagainya.
Hasil tumbukan proton-proton dari kedua arah tersebut akan ditangkap oleh detektor-detektor super beresolusi tinggi di 4 grup eksperimen, CMS, ATLAS, ALICE dan LHCb. Empat grup eksperimen ini memiliki tujuan untuk melihat aspek yang berbeda dari hasil tumbukan.
Untuk menjalankan fasilitas semacam LHC diperlukan konsumsi energi yang luar biasa. Setidaknya untuk menjalankan cryogenics yang berfungsi sebagai pendingin supermagnet diperlukan listrik sebesar 27,5 MW ! Sedangkan untuk detektor di empat grup eksperimen diperlukan total 22 MW. Daya listrik sebesar ini harus tersedia tanpa jeda selama eksperimen berlangsung. Gangguan di tengah periode eksperimen berakibat pengulangan dari awal. Tidaklah mengherankan bila CERN memiliki pusat pembangkit tersendiri sebanyak dua buah, dimana salah satunya sebagai cadangan.
Skala LHC juga ditunjukkan oleh sistem komputasi yang dipakai. Kebutuhan komputasi dengan kecepatan dan kapasitas raksasa di LHC merupakan pemicu utama pengembangan teknologi komputasi paralel berbasis GRID. GRID merupakan komputasi paralel yang disusun dari komputer-komputer paralel di berbagai belahan dunia yang terhubung melalui koneksi pita super lebar. Salah satu tulang punggung utama adalah koneksi langsung dengan kapasitas 10 Gbps antara komputer paralel di CERN dan SLAC (Stanford Linear Accelerator Center) di Amerika. Komputasi berkinerja tinggi diperlukan untuk mengolah data hasil tumbukan yang berjumlah sangat besar secara waktu nyata. Tanpa ini akan diperlukan kapasitas penyimpanan yang sangat besar yang tidak akan bisa dipenuhi oleh teknologi penyimpanan data saat ini ! Ini sangat berbeda dengan kebanyakan akselerator yang telah ada, dimana data mentah selalu disimpan terlebih dahulu untuk kemudian diolah dan dipilah setelahnya.
Target utama LHC
Mengapa LHC begitu penting dan berskala raksasa ? LHC ditargetkan untuk menguak misteri alam semesta melalui penemuan partikel elementer terakhir prediksi teori partikel yang sejauh ini belum ditemukan keberadaannya. Partikel ini disebut sebagai Higgs, sesuai nama fisikawan partikel teori yang memodelkannya di era 70-an. Partikel ini memegang peranan sebagai media perusak simetri untuk menghasilkan massa 16 partikel elementer yang lain yang telah dibuktikan keberadaannya. Kepastian atas keberadaan partikel Higgs ini akan menutup skenario teori partikel standar modern. Dilain pihak, kepastian akan ketiadaan Higgs akan memicu era baru di komunitas teori fisika partikel, seperti terjadi di dekade 70-an saat teori partikel standar baru dibangun. Karenanya, dalam konteks ini, konfirmasi atas ketiadaan Higgs justru ~diharapkan~ oleh banyak sivitas di komunitas ini. Tanpa eksistensi Higgs, ekstensi teori partikel terpopuler yang disebut supersimetri akan kehilangan pijakannya. Target eksperimen ini menjadi bagian dari grup CMS dan ATLAS.
Berlawanan dengan teori partikel, LHC akan memberikan pijakan awal bagi teori astrofisika. Dengan skala energi yang bisa dicapai oleh LHC, untuk pertama kalinya manusia mampu mereproduksi proses terjadinya alam semesta sejak era big-bang seperti telah diprediksi oleh Hawking dkk. Karena LHC mampu melihat plasma dengan suhu dan kepadatan tinggi yang dihasilkan dari tumbukan proton. Plasma ini merupakan keadaan dari alam semesta segera setelah big-bang sebelum kemudian mendingin dan membentuk struktur-struktur baru berbasis materi nuklir seperti kita kenal saat ini. Eksperimen ini menjadi bagian dari grup ALICE.
Apa yang terjadi bila semua prediksi diatas tidak berhasil diamati ? Itulah yang disebut komunitas fisika partikel sebagai mimpi buruk. Mimpi buruk bagi komunitas eksperimen partikel karena membangun fasilitas eksperimen baru dengan kemampuan lebih besar sudah hampir mustahil, baik secara teknis dan terlebih finansial. Bencana juga bagi komunitas teori partikel yang akan kehilangan ~petunjuk~ untuk mengembangkan teori yang sudah ada. Tentu saja kita hanya bisa menunggu konklusi final yang akan dilaporkan LHC setelah satu tahun pertamanya di akhir 2009 !
Published in Tempo (28/XXXVII, 1 September 2008)
FREEDOM Institute memberikan penghargaan Achmad Bakrie 2008 kepada Taufik Abdullah, Sutardji Calzoum Bachri, Mulyanto, dan Laksana Tri Handoko di Hotel Nikko, Jakarta, Kamis pekan lalu.
Taufik menerima penghargaan untuk pemikiran sosial, Sutardji untuk sumbangsihnya di bidang kesusastraan, Mulyanto untuk bidang kedokteran, serta Laksana Tri Handoko di bidang sains. Selain kepada empat tokoh tersebut, Freedom Institute memberikan penghargaan Achmad Bakrie Award untuk teknologi kepada Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Published in Jurnal Nasional (Sjifa Amori, 21 August 2008)
DIDUKUNG sang isteri yang berprofesi sebagai wartawan, berikut seluruh keluarganya, Dr Laksana Tri Handoko secara konsisten dan intensif terlibat sekian lama dalam penelitian fisika teori. Baik yang berbasis eksperimen maupun kajian teoritis fundamental. Beberapa penelitian dilakukannya sendiri. Ada juga yang dilakukan dengan kolaborasi bersama fisikawan dunia melalui keterlibatannya dalam riset di laboratorium fisika partikel terkemuka dunia, seperti DESY di Hamburg, Jerman, dan laboratorium fisika teori yang didirikan Nobelis Fisika Abduis Salam, ICTP, di Trieste, Italia. Tak heran ia dianugerahi Penghargaan Achmad Bakrie tahun ini untuk bidang sains.
Meski sehari-harinya berkutat dengan ilmu yang mensyaratkan inteligensi di atas rata-rata, bukan berarti Laksana, yang dalam situsnya menyatakan akrab disapa Koko, adalah orang yang sulit bercanda. Sebaliknya, ayah dua anak ini mudah tertawa dan sangat rendah hati. Berikut obrolan dengannya seusai ia menerima Penghargaan Achmad Bakrie 2008 dari Freedom Institute bersama Taufik Abdullah, Sutardji Calzoum Bachri, dan Mulyanto, di Hotel Nikko, Jakarta, Kamis (14/8) lalu.
1. Anda yang paling muda dari semua penerima penghargaan malam ini. Memangnya sejak kapan Anda bergelut di bidang fisika teori?
Iya. Saya agak malu juga tadi disandingkan di depan. Pas ditelepon saya sempat berpikir, nggak salah, nih? Akhirnya saya riset di internet tentang Freedom Institute dan saya tahu bahwa penghargaan ini sangat serius.
Saya sudah lama mendalami bidang ini (sains). Mungkin karena sejak SMA saya sekolah di luar negeri, jadi bisa memulai lebih cepat. Kalau di Indonesia umumnya memulai di usia 35-an. Dan saya sejak awal memang ambilnya ilmu fisika. Bidang yang jarang disentuh. Makanya tadi saat menerima penghargaan banyak yang bilang bahwa nggak ada yang memahami penjelasan mengenai apa yang saya kerjakan.
2. Bagaimana menjelaskan dengan bahasa sederhana apa yang Anda lakukan dalam penelitian fisika teori?
Penelitiannya? Gimana ya? Begini, kita kan punya yang namanya unsur. Misalnya, ada baju yang terdiri atas unsur pembentuknya. Dan unsur itu terdiri atas unsur kimia natrium atau semacamnya. Yang juga terdiri atas molekul-molekul yang terdiri atas atom. Dan atom terdiri lagi atas ion dan elektron. Lalu orang tahu bahwa inti terdiri atas proton dan neutron. Tapi, ternyata proton terdiri atas sesuatu lagi. Sampai sekarang, itulah yang terakhir. Dan itu ada. Meskipun ada ribuan jenis, itu hanyalah kombinasi dari aneka macam dari 16 partikel fundamental. Nah, itulah yang teorinya sudah ada. Oleh teori itu sudah diprediksi. Dan dikonfirmasi oleh eksperimen. Tinggal satu saja yang belum. Jadi, 16 plus satu. Yang 16 sudah selesai, namun yang satu belum ditemukan. Ini partikel belum selesai. Belum jelas, benar enggak-nya teorinya.
3. Kenapa fisika teori disebut sebagai ilmu yang penerapannya sulit?
Karena ini basic science. Masih jauhlah dari aplikasi dalam kehidupan. Kayak dulu, orang menemukan elektron. Butuh waktu berpuluh-puluh tahun sampai elektron lalu bisa jadi elektronika. Jadi, yang saya teliti masih dasar sekali, yaitu untuk memahami interaksi. Memahami alam semesta. Mungkin masuk ke pelajaran teori fisika, tapi untuk mata pelajaran anak SMA sepertinya belum.
4. Anda terkejut dengan penghargaan ini atau sudah menduga sebelumnya?
Saya kaget juga. Karena tiba-tiba mereka telepon. Kayaknya mereka cari tahu sendiri. Saya memang mengetuai riset ini mulai tahun 2003. Kami sempat publikasikan tahun 2005.
5. Makna penghargaan semacam ini buat Anda pribadi?
Yang paling penting adalah pengakuannya. Bahwa orang tahu ternyata ada toh komunitas fisika teori selama ini. Pasti tadinya banyak yang nggak ngerti, toh? Memang sedikit sekali orang yang meneliti di bidang ini.
6. Kenapa jarang orang yang tertarik dengan fisika teori?
Bagaimana mau banyak? Kan ini nggak menghasilkan duit, he-he-he. Saya nggak pernah mikir untuk mengejar penghargaan. Saya melakukan ini hanya karena scientific curiosity. Yang mendukung adalah lembaga kita sendiri dengan menyediakan tempat dan sarana. Penelitiannya juga tidak membutuhkan dana besar. Karena, kalau kita menyebut laboratorium dalam ilmu ini, adalah tempat yang penuh dengan kertas-kertas. Modalnya "nasi-pecel" aja. Jadi, cuma isi kepala aja. Tapi, jelas ini menghabiskan waktu. Meskipun saya tetap mengajar di UI.
7. Biasanya ilmuwan adalah orang yang serius dan kaku, tapi Anda pengecualian?
Saya nggak serius ya? Wah, ini muji atau menghina, nih? Ha-ha-ha. Kalau di kampus, saya malah nggak serius, maksudnya lebih santai. Paling hanya pakai kaos saja. Makanya mahasiswa saya banyak. Bisa dilihat di website saya. Mungkin mereka tertarik karena cara mengajar saya menarik, ha-ha-ha.
8. Dengan latar belakang ilmu Anda yang tidak dipahami kebanyakan orang, bagaimana menyiasati komunikasi dengan peraih penghargaan lain?
Yang jelas, sama-sama nggak mengerti. Jadi, malah nggak ada problem. Jadi, ya ngobrol aja.
9. Bagaimana komentar Anda atas kehadiran Presiden SBY malam ini?
Saya senang jika Presiden tahu ada orang yang mengerjakan hal seperti ini. Itu saja sudah lebih dari cukuplah. Karena, memang tidak banyak orang yang mengerjakan ini, khususnya di Indonesia. Komunitasnya terbilang langka. Dan nggak terlalu diapresiasi juga. Karena dianggap nggak perlu. Artinya, nggak terlalu aplikatif secara langsung. Jadi, lebih susah mendapatkan apresiasi. Ya memang karakteristik ilmunya begitu, mau bagaimana? Kalau di negara maju, ini kayak mercusuar. Penguasaan di suatu bidang adalah pencapaian yang jadi kebanggaan. Meskipun nggak ada aplikasinya juga, karena kita kan di level yang sangat ujung. Pioneer sekali.
Published in Koran Tempo (FANNY FAJARAIANTI, 19 August 2008)
Sekitar sekitar 100 fisikawan yang datang dari 24 negara, menghadiri sebuah konferensi fisika internasional yang dibuka oleh Menristek Kusmayanto, di Pusat Studi Jepang, Kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa (19/8).
Konferensi yang dijuduli dengan "Internasional The Fourth Asia-Pasific Conference on Few-Body in Physics" itu, akan melaporkan hasil riset ahli-ahli fisika dunia khususnya tentang fisika kebendaan atau sering diistilahkan dengan 'few-body physics'.
Konferensi yang dijadwalkan berlangsung dari 19-23 Agustus ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran bagi ilmuwan, khususnya fisikawan di Indonesia. Apalagi usaha untuk membawa konferensi bergengsi ini ke Indonesia cukup berat lantaran harus bersaing dengan India, Korea Selatan, dan Kazahkstan. Terlebih ketiga negara tersebut memiliki banyak fisikawan terkenal ketimbang Indonesia.
Hanya delapan fisikawan Indonesia yang akan menggelar presentasi dalam konferensi ini. Salah satunya LT Handoko, peraih Bakri Award. Adapun mayoritas peserta konferensi konferensi berasal dari Jepang yang mengirimkan 30 fisikawan.
"Ini menunjukkan kalau kita cukup diperhitungkan dalam bidang 'few-body physics'," ujar Imam Fachruddin, fisikawan yang juga ketua panitia konferensi ini. Sebelumnya konferensi ini diadakan di Tokyo, Shanghai, dan Thailand.
Konferensi ini merupakan salah satu upaya fisikawan Indonesia mendapatkan pengakuan internasional. Karena menurut survey comstech.org, lembaga yang mensurvei para insinyur dan ilmuwan di negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI), hanya enam orang saja dari Indonesia yang penelitiannya diakui secara internasional. Padahal, negeri jiran Malaysia memiliki belasan orang.
Published in
Suara Karya (Budi Seno, 16 August 2008)
Dalam dunia yang makin kompleks, manusia tidak boleh kehilangan kepekaan pada keindahan, bahkan terhadap hal-hal yang paling sederhana sekali pun. Itulah pandangan tentang kehidupan dalam filosofi yang terkandung pada penghargaan Achmad Bakrie.
Demikian Aburizal Bakrie mengungkapkan dalam sambutannya pada malam Penghargaan Achmad Bakrie, di Jakarta, Kamis malam. Kepekaan pada kehidupan, menurut dia, ialah rasa yang tajam pada keindahan. Itu merupakan salah satu dimensi kehidupan yang hakiki.
Ical, sapaan akrab Aburizal Bakrie, sebagai anak tertua dari empat bersaudara pasangan Achmad Bakrie dan Roosniah Bakrie, mengemukakan, penghargaan Achmad Bakrie telah diberikan kepada tokoh-tokoh Indonesia, yang menghasilkan karya dan mengabdikan hidupnya dalam pengembangan bidangnya.
Penghargaan diberikan kepada mereka yang mengabdi pada bidang kesusastraan, pemikiran sosial, ilmu dasar, teknologi dan kedokteran.
Penyelenggaraan pemberian penghargaan ini sudah dimulai sejak tahun 2003. Tahun ini penghargaan diberikan kepada Taufik Abdullah di bidang sejarah, Sutardji Calzoum Bachri di bidang kesusastraan, dr Mulyanto di bidang kedokteran, Laksana Tri Handoko dalam bidang fisika, serta Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Sumatera Utara sebagai pusat peneliti terdepan di Tanah Air.
Di samping penghargaan, dari waktu ke waktu, seperti dikatakan Ical, juga diadakan pemberian Beasiswa Achmad Bakrie. Beasiswa itu diberikan kepada siswa-siswa terbaik Indonesia, siswa yang telah mengukir prestasi akademik. Kepada penerima beasiswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan sampai ke tingkat program doktor.
"Kami biayai sepenuhnya hingga selesai, di universitas yang mereka pilih sendiri, baik di dalam maupun luar negeri. Sebagian penerima beasiswa tersebut telah menjadi mahasiswa program doktor di universitas-universitas terbaik dunia, macam di MIT Boston, Michigan State University, serta Florida Tech," tutur Ical.
Terkait dengan Hari Kemerdekaan RI, pemberian penghargaan Achmad Bakrie memang diserahkan pada 14 Agustus setiap tahunnya. Ini dimaksudkan, kata Ical, agar acara tersebut bisa turut mengisi perayaan kemerdekaan.
Dia juga mengungkapkan, dengan penghargaan ini pihaknya ingin memberi inspirasi kepada generasi muda. Pengabdian pada dunia ilmu, teknologi, kesusastraan, kedokteran, dan pemikiran sosial merupakan kunci kemajuan yang tak pernah boleh dilupakan.
Published in Sinar Harapan (Dina Sasti Damayanti, 15 August 2008)
Penghargaan Achmad Bakrie Tahun 2008 ini diberikan kepada empat tokoh dan satu institusi, yaitu Taufik Abdullah (pemikiran sosial), Sutardji Colzoum Bachri (kesusastraan), Mulyanto (kedokteran), Laksana Tri Handoko (sains), dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (teknologi).
Penghargaan diserahkan langsung wakil keluarga Bakrie, Aburizal Bakrie dan Direktur Eksekutif Freedom Institute Rizal Mallarangeng kepada para pemenang, Kamis (14/8). Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, karya dan prestasi para pemenang penghargaan ini sudah menjadi bagian dari sejarah.
~Mudah-mudahan ini bisa menyemangati, memberikan inspirasi terhadap putra dan putri terbaik bangsa yang lain untuk juga berprestasi pada bidang-bidang, bukan hanya yang diberikan penghargaan oleh Freedom Institute ataupun keluarga besar Bakrie, tapi juga bidang-bidang yang lain,~ ujar Presiden Yudhoyono dalam acara penganugerahan Achmad Bakrie 2008 di Hotel Nikko, Jakarta, Kamis (14/8) malam.
Taufik Abdullah mendapatkan penghargaan ini karena dia adalah sejarawan dan ilmuwan sosial yang telah memperkaya historiografi Indonesia. Sutardji Calzoum Bachri dinilai telah mengeksplorasi batas-batas kemungkinan dalam berbahasa Indonesia yang baik dan subtil. Selanjutnya, Dokter Mulyanto telah menemukan metode baru dalam dunia kedokteran, yaitu mengembangkan imunokromatografi yang mampu mendeteksi keberadaan atau ketiadaan penyakit yang lazim berkembang di masyarakat, seperti malaria, hepatitis B dan C, bahkan HIV.
Laksana Tri Handoko telah meretas prestasi sebagai fisikawan dengan karya di tingkat dunia dan memperkaya pemahaman akan asal usul massa dan materi. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan, telah menjadi salah satu pusat penelitian terdepan di Indonesia yang telah berkontribusi dalam pengembangan teknologi kelapa sawit dan pengembangan potensi ekspor Indonesia.
Aburizal Bakrie mengungkapkan, pihaknya sedang mempertimbangkan untuk menambah satu kategori, yaitu bidang hukum. Hal ini bermula dari usulan Jaksa Agung Hendarman Supandji agar Penghargaan Achmad Bakrie juga diberikan untuk bidang hukum. Menurut Ical yang juga Menko Kesra, usulan ini akan dipertimbangkan seraya memikirkan kriterianya.
Sejak Penghargaan Achmad Bakrie diberikan pada tahun 2003, baru diberikan untuk lima bidang, yaitu kesusasteraan, pemikiran sosial, ilmu dasar, teknologi dan kedokteran.
Published in Liputan 6 (15 August 2008)
Pada tahun 2008, untuk keenam kalinya penghargaan Achmad Bakrie diberikan untuk putra putri terbaik bangsa di bidang sosial, sastra, kedokteran, sains, dan teknologi. Penghargaan Achmad Bakrie 2008 diberikan kepada Taufik Abdullah untuk pemikiran sosial.
Sementara Sutardji Calzoum Bachrie diberi penghargaan untuk kesusastraan, Mulyanto untuk kedokteran dan Laksana Tri Handoko untuk sains dan pusat penelitian kelapa sawit untuk teknologi. Para penerima penghargaan adalah yang terbaik di bidangnya menurut tim dewan juri dari Freedom Institute.
Salah satu yang menonjol adalah dokter Mulyanto untuk bidang kedokteran. Mulyanto berhasil menemukan alat pendeteksi penyakit seperti malaria, hepatitis B dan C hingga HIV tanpa tes laboratorium yang rumit dan memakan biaya yang besar.(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)
Published in Media Indonesia (15 August 2008)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap budaya memberikan penghargaan atau apresiasi yang tulus dapat berkembang di negeri ini. Dengan itu maka Indonesia dapat maju dan sejahtera.
"Kita agak pelit untuk memberikan apresiasi. Padahal itu nilai-nilai yang baik,yang patut dipelihata. Kita cepat menghardik dan saling menyalahkan," kata Presiden dalam sambutan Penghargaan Achmad Bakrie 2008, di Jakarta, Kamis (14/8) malam.
Menurut Presiden, budaya apresiasi atau penghargaan belum berkembang dengan baik di Indonesia. Pemberian penghargaan Achmad Bakrie merupakan satu langkah untuk membangun peradaban bangsa.
Presiden menceritakan, pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei lalu, ia telah mengajak seluruh masyarakat untuk menjemput masa depan dan mewujudkan negara yang maju dan sejahtera. "Tidak mungkin jalan ke arah itu mudah tetapi penuh tantangan. Ada tiga modal mewujudkan itu yakni kemandirian, daya saing dan peradaban," kata Presiden.
Pembangunan karakter atau peradaban, lanjut Presiden, harus terus dibangun karena itu sangat penting. "Saya tidak senang dimana kita pernah dimitoskan bahwa pribumi itu malas. Padahal kita mempunyai kekuatan untuk maju," kilah Yudhoyono.
Dikatakan Presiden, dirinya optimistis dan yakin Indonesia bisa maju. Apalagi setelah bertatap muka dan bertemu dengan mahasiswa dan siswa Indonesia yang sering mendapat medali dalam olimpiade sains.
"Itu membuat kita yakin indonesi bisa maju. Optimis mencari akal untuk memecahkan masalah yang ada harus selalu ditumbuhkan. Kita harus memiliki keyakinan bahwa bersama dapat membawa perubahan," kata Presiden Yudhoyono.
Untuk tahun ini, penghargaan Achmad Bakrie diberikan kepada Taufik Abdullah untuk pemikiran sosial, Sutardji Calzoum Bachri untuk kesusastraan, Mulyanto untuk kedokteran, Laksana Tri Handoko untuk sains dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit untuk teknologi.
Published in Kedaulatan Rakyat (15 August 2008)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam rangkaian memperingati Proklamasi Kemerdekaan ke-63 RI menganugerahkan tanda jasa kehormatan kepada 18 orang atas jasa-jasanya yang besar kepada bangsa dan negara selama ini di Istana Negara Jakarta Kamis (14/8).
Berdasarkan Keppres No 026/TK/Tahun 2008 8 Agustus 2008, Presiden menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana kepada tiga orang yaitu Wakil Ketua MPR AM. Fatwa, mantan Menag Prof Dr KH Muhammad Tholhah Hasan dan mantan Panglima TNI Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto.
Presiden menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Jasa kepada 13 putra-putri terbaik bangsa yaitu untuk Penerima Bintang Jasa Utama, Sapta Nirwandar mantan Sekjen Depdikbud dan Dirjen Pemasaran Depbudpar, Suhadi Mangkusuwondo mantan Kepala Badan Litbang Perdagangan Deperdag, Mayjen TNI Nachrowi Ramli Kepala Lembaga Sandi Negara, Djoko Utomo Kepala Arsip Nasional, Jana Tjahjana Anggadiredja Deputy Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam dan Jansen Manansang Direktur Taman Safari Indonesia Cisarua.
Sedangkan dua penerima Bintang Budaya Parama Dharma berdasarkan Keppres No 028/ TK/Tahun 2008, seniman dan sutradara film yang telah menulis 30 skenario film layar lebar, Misbach Yusa Biran dan ~presiden~ penyair Sutardji Calzoum Bahri dengan karyanya delapan buku kumpulan puisi dan cerita pendek.
Kamis malamnya Sutardji Calzoum Bachrie dalam upacara di Hotel Nikko Jalan Thamrin Jakarta yang juga dihadiri Presiden SBY, menerima penghargaan Achmad Bakrie Award atas jasanya dibidang kesusasteraan.
~Saya tetap akan hadir,~ tegas penyair senior berambut gondrong itu ketika ditanya wartawan seusai penganugerahan Bintang Budaya Parama tentang kesediaannya menerima Bakrie Award itu. Ditegaskan lagi bahwa kasus lumpur Lapindo tidak terkait dengan Bakrie Award.~ ujar penyair senior itu sambil menambahkan semua orang punya hak menyampaikan apresiasi terhadap karya seni.
Sedangkan seniman, tidak punya wewenang untuk menolak apresiasi apa pun dari siapa pun termasuk memilih siapa orang yang diperbolehkan memberikan apresiasi pada karya seninya.
~Apakah apresiasi dari presiden atau tukang becak, tetap itu apresiasi dan seniman tidak bisa main tolak,~ tegas Sutardji.
Bagi Sutardji, kasus lumpur Lapindo tidak bisa serta merta dikait-kaitkan dengan Bakrie Award. Karena itu ia menyarankan semua pihak menilai penghargaan itu dari sisi niat baik si pemberi apresiasi terhadap dunia seni. ~Kita harus melihat juga sisi lainnya, nggak bisa satu sisi. Saya melihat niat baiknya saja, kalau selalu dilihat negatifnya ya tidak akan bergerak kita,~ ujar Sutardji lagi.
Penganugerahan Achmad Bakrie Award diserahkan kepada 4 orang dan 1 lembaga. Untuk pemikiran sosial diberikan kepada Taufik Abdullah, Sutardji Calzoum Bachri untuk bidang kesusastraan, Mulyanto untuk kedokteran, LT Handoko untuk sains dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit untuk teknologi.
Taufik Abdullah yang juga peneliti senior LIPI mengaku tidak menolak penghargaan yang sebelumnya pernah ditolak oleh rohaniwan Frans Magnis Suseno. Namun demikian 20 persen dari hadiah itu (Rp 150 juta) akan dikeluarkan untuk keperluan zakat.
Seperti diketahui Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) tahun 2007 lalu sempat mendapat penolakan dari Romo Franz Magnis Suseno. Rohaniwan dan pengajar di STF Driyarkara itu menolak karena korban lumpur Lapindo belum diperlakukan secara layak disamping belum adanya sikap yang jelas dari pihak Lapindo Brantas Inc.
Namun bagi Taufik Abdullah, penghargaan yang diterimanya itu merupakan karunia Allah yang tidak boleh ditolak. Tentang kritikan yang ditujukan kepadanya akibat menerima penghargaan dari Bakrie tersebut, mantan Ketua LIPI itu menilai hal itu merupakan urusannya. ~Itu merupakan urusan saya dan hati nurani saya,~tandas Taufik Abdullah. (Mgn/Ful/Sim)-a
Published in Suara Merdeka (15 August 2008)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono rupanya tak selalu ingin serius dalam menyampaikan sambutannya dan sesekali ingin berpidato di luar teks.
Hal itu diwujudkan Kepala Negara saat menyampaikan sambutannya dalam acara penganugerahan penghargaan Achmad Bakrie yang berlangsung di Jakarta, Kamis malam.
"Kali ini saya tidak ingin serius. Besok (Jumat 15/8) saya akan menyampaikan pidato kenegaraan. Biarlah yang berat-berat besok, sekarang yang ringan saja," kata Presiden Yudhoyono, disambut gelak tawa dan tepuk tangan hadirin yang hadir pada acara tersebut.
Meski demikian, Presiden yang berpidato tanpa teks malam itu menyatakan pentingnya pembangunan karakter (character building) bangsa untuk menghadapi masalah saat ini.
"Saya khawatir ada yang melihat 'character building' sudah selesai. 'Character building' adalah 'unfinished agenda' (agenda terus menerus), karena bangsa ini memerlukan karakter yang kuat," katanya dengan mimik yang serius kali ini.
Penghargaan Achmad Bakrie mulai diberikan sejak 2003 dan diserahkan setiap 14 Agustus. Penghargaan itu diberikan untuk tokoh-tokoh atau lembaga dalam lima kategori, yakni pemikiran sosial, kesusastraan, kedokteran, sains dan teknologi.
Pada 2008 kategori pemikiran sosial diberikan pada Taufik Abdullah, bidang kesustraan diberikan pada Sutardji Calzoum Bachri, bidang kedokteran bagi Mulyanto, untuk sains diberikan pada Laksana Tri Handoko dan bidang teknologi pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit. (Ant /CN08)
Published in Jurnal Nasional (Jan Prince Permata, 15 August 2008)
Bangsa Indonesia miskin dan pelit apresiasi terhadap pencapaian. Padahal pencapaian merupakan bagian dari upaya membangun kultur yang berdaya saing, the culture of execellence.
Demikian dikemukakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Penganugerahan Penghargaan Achmad Bakrie 2008 di Jakarta, tadi malam (14/8).
Kepala Negara mengatakan, bangsa besar adalah bangsa yang pandai berterima kasih dan memberikan penghargaan secara tulus. "Marilah kita menjadi bangsa yang berjiwa besar, berakhlak mulia, pandai berterima kasih, dan memberikan penghargaan secara tulus. Karena itulah sesungguhnya nilai-nilai dan peradaban yang baik," katanya.
SBY menilai, penghargaan Achmad Bakrie merupakan bentuk kepeloporan untuk membangun peradaban yang lebih baik, great civilization di tanah air. Presiden berharap penghargaan ini bisa memacu prestasi dan menjadi inspirasi seluruh rakyat Indonesia. "Mudah-mudahan prestasi ini bisa menyemangati dan menjadikan inspirasi terhadap putra putri terbaik bangsa lainnya untuk juga berprestasi pada bidang-bidang yang tidak hanya diberikan Freedom institute dan keluarga besar Bakrie, tetapi juga bidang-bidang yang lain," katanya.
Penerima kategori pemikiran sosial, Taufik Abdullah mengatakan miskinnya apresiasi disebabkan oleh budaya masyarakat komunal. Karena itu apresiasi individual terabaikan. "Achmad Bakrie Award adalah upaya untuk menumbuhkan budaya apresiasi,".
Penghargaan Achmad Bakrie mulai diberikan sejak 2003 dan diserahkan setiap 14 Agustus. Penghargaan itu diberikan untuk tokoh-tokoh atau lembaga di bidang pemikiran sosial, kesastraan, kedokteran, sains dan teknologi.
Pada 2008 kategori pemikiran sosial diberikan pada Taufik Abdullah, bidang kesastraan diberikan pada Sutardji Calzoum Bachri, bidang kedokteran bagi Mulyanto, untuk sains diberikan kepada Laksana Tri Handoko dan bidang teknologi kepada Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Published in
Seputar Indonesia (15 August 2008)
Seputar Indonesia (15 August 2008)
Empat tokoh dan satu lembaga penerima Penghargaan Achmad Bakrie 2008 merupakan teladan pemberi inspirasi bangsa.
Acara yang diselenggarakan Freedom Institute tersebut dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beserta Ibu Negara Ani Yudhoyono, Menko Kesra Aburizal Bakrie, dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Hadir juga sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan Direktur Eksekutif Freedom Institute Rizal Mallarangeng.
Aburizal Bakrie yang merupakan putra sulung almarhum Achmad Bakrie dalam sambutannya mengatakan, Penghargaan Achmad Bakrie telah berlangsung sejak 2003. Tiap tahunnya diselenggarakan pada 14 Agustus. ~Kami bermaksud agar acara ini turut mengisi perayaan kemer-dekaan negeri kita tercinta,~ujar Aburizal Bakrie,tadi malam. Ical~sapaan Aburizal Bakrie~ menjelaskan, dalam enam tahun penyelenggaraannya, termasuk tahun ini, Penghargaan Achmad Bakrie telah diberikan kepada 20 tokoh pemikir, penyair, budayawan, dokter, teknolog, rohaniwan, fisikawan, dan astronomer.
~Mereka adalah teladan bangsa yang terus memberikan inspirasi kepada kita semua akan kekayaan khazanah ilmu dan kebudayaan Indonesia,~ tandasnya. Penerima Penghargaan Achmad Bakrie 2008 adalah sejarawan Taufik Abdullah untuk pemikiran sosial, Sutardji Calzoum Bachri untuk kesusastraan, Dokter Mulyanto untuk kedokteran, Laksana Tri Handoko untuk bidang sains,dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan untuk bidang teknologi.
Para penerima penghargaan masing-masing mendapat hadiah uang Rp150 juta, meningkat dibanding 2007 yang sebesar Rp100 juta. Sementara itu Presiden SBY dalam sambutannya memberikan penghormatan kepada Freedom Institute dan keluarga besar Achmad Bakrie atas prakarsanya.Presiden mengatakan, penghargaan ini merupakan wujud dari budaya apresiasi yang belum mekar di negeri ini.
~Tentu dengan kepeloporan seperti inilah kita bisa membangun peradaban yang makin baik,great civilization di negeri ini,~paparnya. Presiden SBY selaku kepala negara, pemerintah, dan pribadi mengucapkan selamat kepada para penerima penghargaan. Dia berharap penghargaan yang diberikan ini akan bisa memberikan inspirasi kepada putra-putri terbaik bangsa yang lain untuk menciptakan sebuah prestasi.
~Tentu saja bukan hanya pada bidang-bidang yang diberi penghargaan oleh Freedom Institute dan keluarga Achmad Bakrie, tapi juga di bidangbidang yang lain,~tambahnya. Sutardji Calzoum Bachri dalam ucapan terima kasihnya mengatakan, dirinya sangat malu menerima penghargaan ini karena belum mampu mencapai prestasi yang terbaik bagi bangsa.
Penghargaan Achmad Bakrie yang diterima Sutardji merupakan penghargaan kedua yang dia terima kemarin. Sebelumnya, Sutardji mendapatkan bintang jasa dari pemerintah untuk bidang budaya yang disematkan langsung Presiden SBY. ~Saya malu,belum apa-apa sudah diberi penghargaan dan bintang jasa.Tapi kalau kata agama,apa yang telah kita dapatkan itu harus kita syukuri,~ ujar Sutardji, sang Presiden Penyair Indonesia, disambut tepuk tangan meriah hadirin.
Adapun Dokter Mulyanto mengatakan dirinya semakin terpacu untuk melakukan eksperimen dalam bidang kedokteran. Mulyanto merupakan penerima penghargaan karena mampu menciptakan alat untuk deteksi berbagai penyakit. (rarasati syarief/sofian dwi)
Published in
Kompas (15 August 2008)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk pertama kali menghadiri Penghargaan Achmad Bakrie yang digelar tiap tahun sejak tahun 2003 di Hotel Nikko, Jakarta, Kamis (14/8). Presiden mengapresiasi upaya Freedom Institute dan ahli waris keluarga Bakrie dalam menumbuhkan budaya apresiasi lewat penghargaan itu.
~Penghargaan disampaikan kepada Freedom Institute dan keluarga Achmad Bakrie atas prakarsa yang mulia ini. Budaya apresiasi belum mekar di Indonesia. Dengan kepeloporan ini, kami berharap bisa membangun peradaban yang baik,~ ujar Presiden dalam pidato tanpa teks.
Presiden menyebut, kebesaran jiwa memberikan apresiasi kepada pihak lain merupakan peradaban mulia sebagai bekal Indonesia maju, bermartabat, dan sejahtera.
Kemampuan memberi apresiasi, berterima kasih, serta mengakui pencapaian dan kelebihan seseorang merupakan bagian dari budaya unggul yang diharapkan Presiden bisa makin menjadi budaya Indonesia.
~Kita mudah menyalahkan, cepat menghukum, dan lekas menghardik. Kita kurang memberi apresiasi, menghargai, dan berterima kasih kepada yang lain,~ ujarnya.
Empat penerima
Tujuh juri Penghargaan Achmad Bakrie 2008 menetapkan Taufik Abdullah sebagai penerima penghargaan pemikiran sosial, Sutardji Calzoum Bachri untuk kesusastraan, Mulyanto untuk kedokteran, Laksana Tri Handoko untuk sains, dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit untuk teknologi. Penerima penghargaan merasa tidak pantas meskipun akhirnya menerima penghargaan dan hadiah uang Rp 150 juta.
~Penghargaan dan gelar kehormatan yang saya terima membuat saya makin malu karena belum berbuat apa-apa. Tetapi, ini adalah takdir yang harus disyukuri,~ ujar Sutardji yang pada pagi harinya menerima Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden di Istana Negara. (INU)
Gambar :
Published in perempuan.com (14 August 2008)
Freedom Institute bekerja sama dengan keluarga besar Achmad Bakrie kembali memberikan Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) 2008 untuk lima bidang, yaitu pemikiran sosial, kesusastraan, kedokteran, sains, dan teknologi.
Dewan Juri PAB 2008 telah menetapkan nama-nama individu dan lembaga sebagai penerima PAB 2008. Mereka itu adalah Taufik Abdullah (pemikiran sosial), Sutardji Calzoum Bachri (kesusastraan), Mulyanto (kedokteran), Laksana Tri Handoko (sains), serta Pusat Penelitian Kelapa Sawit (teknologi).
Penyerahaan PAB 2008 akan diadakan di Hotel Nikko, Jakarta, pada Kamis malam ini. "Masing-masing penerima PAB 2008 akan mendapatkan hadiah uang Rp 150 juta," kata Direktur Program Freedom Institute, Hamid Basyaib, didampingi Deputi Direktur Luthfi Assyaukanie, dalam jumpa pers, di Jakarta, Rabu.
Hamid Basyaib mengemukakan, para penerima PAB 2008 ini adalah mereka yang telah menghasilkan prestasi puncak sekaligus pembaharu di bidang masing-masing.
Penghargaan Achmad Bakrie diberikan sejak tahun 2003 setiap menjelang Hari Kemerdekaan RI. Pada mulanya hanya ada dua kategori penghargaan, yaitu kategori pemikiran sosial dan kategori kesusastraan.
Pada 2005, Freedom Institute menambah penghargaan untuk kedokteran dan pada 2007 kategori itu ditambah lagi, yaitu bidang sains dan teknologi.
Sutardji Calzoum Bachri asal Provinsi Riau yang pada tahun 1973 menyebut dirinya sebagai "Presiden Penyair Indonesia" meraih penghargaan bergengsi "Achmad Bakrie" 2008 atas jasanya terhadap bidang sastra. "Sutardji menggunakan bahasa Indonesia yang modern, tapi juga kuno," kata Hamid.
Sementara Mulyanto adalah seorang dokter yang melalui laboratoriumnya yang jauh di Mataram telah mengembangkan alat yang mampu mendeteksi penyakit Hepatitis B dan juga HIV-AIDS. "Saat ini ia sedang mengembangkan alat mendeteksi demam berdarah dengue," katanya.
Sedangkan Laksana Tri Handoko dari LIPI termasuk salah satu ilmuwan langka di Tanah Air, yang berkiprah di dunia internasional dengan merintis usaha memburu partikel yang disebut "higgs".
Sementara itu, Pusat Penelitian Kelapa Sawit juga mendapat penghargaan karena berhasil mengembangkan berbagai teknologi perkelapasawitan.
Sejak 2003 hingga 2007, Penghargaan Achmad Bakrie pernah diberikan kepada sejumlah ilmuwan dan pakar antara lain Sapardi Djoko Damono (sastra), Goenawan Kohammad (sastra), Sartono Kartodirdjo (pemikiran sosial), Frans Magnis Suseno (pemikiran sosial), serta Arif Budiman (pemikiran sosial).
Hamid mengatakan, jika sekarang penghargaan ini baru diberikan kepada para tokoh dalam bidang-bidang tertentu saja, maka di masa mendatang akan diperluas, misalnya untuk bidang ekonomi. "Sekarang memang banyak analis atau komentator di bidang ekonomi, namun mereka belum menghasilkan teori-teori yang besar," kata Hamid sambil menolak menyebutkan nama-nama juri.
Hamid menjelaskan pula tim juri penghargaan ini terdiri dari tujuh orang terkemuka, namun sejak tahun pertama, 2003, jati diri atau identitas setiap anggota tim juri tidak pernah dipublikasikan atau diumumkan secara terbuka. "Sekalipun tim juri adalah anonim, keputusan mereka pasti dapat dipertanggungjawabkan," kata Hamid.
Menurut Hamid Basyaib, nama "Achmad Bakrie" diabadikan untuk mengenang jasa Achmad Bakrie, ayah Aburizal Bakrie, pendiri dan donatur utama Freedom Institute.
Achmad Bakrie dilahirkan di Lampung, 1 Juni 1916. Ia adalah seorang pengusaha sukses yang dikenal gigih dan mencintai ilmu pengetahuan. Achmad Bakrie memulai usahanya sebagai seorang pedagang karet dan rempah-rempah di Lampung.
Setelah merasa semakin sukses, pada 10 Februari 1942 ia mendirikan Bakrie & Brothers, sebuah perusahaan yang kelak menjadi induk bagi bisnis Bakrie. Setelah Achmad Bakrie wafat pada 15 Februari 1988, Bakrie & Brothers diteruskan oleh Aburizal Bakrie, putra tertuanya yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Kabinet Indonesia Bersatu (KIB). Data Belum Tersedia
Published in Sinar Harapan (14 August 2008)
Untuk keenam kalinya Freedom Institute menggelar penghargaan Achmad Bakrie. Penghargaan yang diuji selama berbulan-bulan tersebut akhirnya melahirkan beberapa nama dan sebuah lembaga atas karyanya.
~Peraih penghargaan itu di antaranya, Taufik Abdullah untuk pemikiran sosial, Sutardji Calzoum Bachri untuk kesusastraan, Mulyanto untuk kedokteran, LT Handoko untuk sains, serta Lembaga Pusat Penelitian Kelapa Sawit untuk teknologi,~ kata juru bicara penjurian Penghargaan Achmad Bakrie, Hamid Basyaib.
Hamid Bakrie, yang siang itu memberikan pernyataan pers terkait dengan Penghargaan Achmad Bakrie mengatakan, adanya penghargaan-penghargaan ini menunjukkan bahwa di tengah sikap sinisme dan persoalan bangsa, Indonesia masih memiliki orang-orang pintar. Terlebih setiap tahunnya penghargaan makin meluas ke bidang lain. Pemenang penghargaan Achmad Bakrie, diungkapkan Hamid akan memperoleh hadiah berupa uang senilai Rp 150 juta rupiah per orang. (nuk)
Published in detikNews (Ken Yunita, 14 August 2008)
Penyair Sutardji Calzoum Bachri dan peneliti Taufik Abdullah meraih Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) 2008. Mereka masing-masing akan menerima hadiah Rp 150 juta.
Demikian rilis yang diterima detikcom dari Direktur Freedom Institute Rizal Malarangeng, Kamis (14/2008).
PAB 2008 akan diserahkan kepada 4 individu dan 1 lembaga. Taufik Abdullah akan menerima PAB untuk pemikiran sosial, Sutardji Calzoum Bachri untuk kesusastraan.
Sementara nama lainnya yang mendapat penghargaan ini adalah Mulyanto untuk kedokteran, LT Handoko untuk sains, dan Pusat Penelitian Kepala Sawit untuk teknologi.
Penghargaan itu akan diserahkan di Hotel Nikko, Jalan MH Thamrin, Jakarta, pukul 18.30 WIB.
Tahun 2007, penghargaan ini mendapat penolakan dari Prof Dr Franz Magnis-Suseno. Pria yang sejatinya mendapat penghargaan untuk kategori pemikiran sosial itu menolak karena lumpur Lapindo.
Sementara Putu Wijaya sempat pikir-pikir untuk menerimanya. Namun akhirnya Putu menerima penghargaan di bidang kesusastraan itu.(ken/iy)
Published in
QB Headlines (14 August 2008)
Four innovative and full of achievement personages, Thursday (14/8) evening, will receive Achmad Bakrie Award 2008. The award giving tradition since 2003 is conducted by Freedom Institute to appreciate forethoughts and creativity in social, politics, economy, and culture.
The jury team established Taufik Abdullah to receive the social award, Sutardji Calzoum Bachri for literature, Mulyanto for medics, Laksana Tri Handoko for science, and Palm Oil Research Center for technology.
Published in
detikNews (Luhur Hertanto, 13 August 2008)
Kasus lumpur Lapindo yang masih membelit kelompok usaha Bakrie dinilai tidak terkait dengan Bakrie Award. Karena itu, sang penyair Sutardji Calzoum Bachrie memastikan akan menerima dengan senang hati penghargaan tersebut.
Hal ini ia sampaikan menjawab pertanyaan kesediaannya menerima Bakrie Award, saat mendapat penghargaan Bintang Budaya Parama dari pemerintah di Istana Negara, Jakarta, Kamis (14/8/2008). "Saya akan hadir nanti," ujar penyair senior berambut panjang ini.
Menurut Sutardji, semua orang punya hak untuk menyampaikan apresiasi terhadap karya seni. Sedangkan seniman, tidak punya wewenang untuk menolak apresiasi apa pun dari siapa pun termasuk memilih siapa orang yang diperbolehkan memberikan apresiasi pada karya seninya.
"Apakah apresiasi dari presiden atau tukang becak, tetap itu apresiasi dan seniman tidak bisa main tolak," jelas Presiden para penyair itu.
Menyinggung lumpur Lapindo, bagi dia, kasus tersebut tidak bisa serta merta dikait-kaitkan dengan Bakrie Award. Ia menyarankan agar semua pihak menilai penghargaan yang akan dianugerahkan malam ini dari sisi niat baik memberikan apresiasi terhadap dunia seni.
"Kita harus melihat juga sisi lainnya, nggak bisa satu sisi. Saya melihat niat baiknya saja, kalau selalu dilihat negatifnya ya tidak akan bergerak kita," ujar 'presiden' yang mengaku hanya berbeda nasib dengan SBY.
Rencananya, penganugerahan Bakrie Award akan dilakukan di Hotel Nikko, Jalan MH Thamrin, Jakarta, pukul 18.30 WIB, Kamis (14/8/2008). Bakrie Award akan diserahkan kepada 4 individu dan 1 lembaga. Taufik Abdullah akan menerima Bakrie Award untuk pemikiran sosial, Sutardji Calzoum Bachri untuk kesusastraan, Mulyanto untuk kedokteran, LT Handoko untuk sains, dan Pusat Penelitian Kepala Sawit untuk teknologi.(lh/asy)
Published in
Berita Baru (13 August 2008)
Bakrie Award beri penghargaan pada fisikawan, dokter, sastrawan dan lembaga penelitian, mereka dinilai punya peran penting dalam kemajuan ilmu dan teknologi di Indonesia.
Hamid Basyaib mewakili dewan juri saat jumpa pers mengatakan, sebenarnya ada 7 orang yang mendapat penghargaan, setelah dipertimbangkan akhirnya hanya 5 yang lolos.
"Itupun hanya dilakukan di Indonesia, bila di luar negeri biayanya terlalu mahal, kemampuan kita terbatas, jadi kita tahu diri," kilahnya.
Menurutnya, sebenarnya penghargaan ini akan diperluas karena keterbatas pihaknya maka urung dilaksanakan. Tahun depan mereka akan memberi penghargaan di bidang kedokteran, dimana dewan juri nantinya berasal dari luar negeri.
Tidak masuknya bidang ekonomi dalam penghargaan kali ini, menurut Hamid, banyak pakar di Indonesia namun tak menghasilkan karya yang berpengaruh, meski banyak diantara mereka dinilai ekonom handal.
"Ekonom jarang memberi prestasi ilmiah, dan tanpa basic ilmu dan pengetahuan teknologi, jika ini berlangsung terus bangsa ini tak akan maju."
Penghargaan ini hanya diberikan bagi mereka yang masih hidup, bila yang telah meninggal dunia juga diberikan tentu lebih sulit dan banyak tokoh yang akan diberi penghargaan.
hadiah berupa uang tunai sebesar 150 juta rupiah diberikan kepada Taufik Abdullah, Sutardji Calzoun Bachri (sastrawan), Mulyanto (dokter peneliti), Laksana Tri Handoko (fisikawan), dan pusat penilitian kelapa sawit PPKS Medan.
Taufik sebagai ilmuwan sosial yang menyadari pentingnya pandangan multi dimensional terhadap sejarah, penulisan sejarah tak hanya kronologis peristiwa namun diramu disiplin ilmu seperti sosiologi, antropologi, politik dan ekonomi.
Sutradji dalam berkarya kerap menggunakan bahasa yang sangat modern, pasca modern dan purba, kiprahnya usaha yang tiada henti merebut kembali kata yang terlanjur dibakukan dalam kamus dan konvensi.
Sementara Mulyanto selaku dokter peneliti, keahliannya memenuhi standar akademis internasional, ketekunan untuk menaikan diri dengan komunitas global, punya komitmen penuh untuk menyediakan sarana kesehatan yang terjangkau masyarakat miskin.
Tri salah satu fisikawan yang merintis usaha memburu partikel Higgs, yakni partikel yang bisa menjawab pertanyaan "dari mana asal usul massa materi" atau dalam bahasa umum "mengapa benda mempunyai berat".
Sedangkan PPKS mampu meneliti dan menghimpun berbagai pengetahuan dan teknologi kelapa sawit, banyak negara mengandalkan rencana pengembangan perekonomian kelapa sawit pada lembaga ini, berkat PPKS Indonesia menjadi negara penghasil minyak sawit mentah terbesar di dunia.(fari/rap)
Published in
KilasBerita (14 August 2008)
Penyair Sutardji Calzoum Bachri dan peneliti Taufik Abdullah meraih Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) 2008. Mereka masing-masing akan menerima hadiah Rp 150 juta. Demikian rilis yang diterima dari Direktur Freedom Institute Rizal Malarangeng, Kamis (14/2008).
PAB 2008 akan diserahkan kepada 4 individu dan 1 lembaga. Taufik Abdullah akan menerima PAB untuk pemikiran sosial, Sutardji Calzoum Bachri untuk kesusastraan.
Sementara nama lainnya yang mendapat penghargaan ini adalah Mulyanto untuk kedokteran, LT Handoko untuk sains, dan Pusat Penelitian Kepala Sawit untuk teknologi.
Penghargaan itu akan diserahkan di Hotel Nikko, Jalan MH Thamrin, Jakarta, pukul 18.30 WIB.
Tahun 2007, penghargaan ini mendapat penolakan dari Prof Dr Franz Magnis-Suseno. Pria yang sejatinya mendapat penghargaan untuk kategori pemikiran sosial itu menolak karena lumpur Lapindo. Sementara Putu Wijaya sempat pikir-pikir untuk menerimanya. Namun akhirnya Putu menerima penghargaan di bidang kesusastraan itu.
Published in Media Indonesia (13 August 2008)
Seorang penyair nyentrik asal Provinsi Riau, Sutardji Calzoum Bachri yang pada tahun 1973 menyebut dirinya sebagai"Presiden Penyair Indonesia" meraih penghargaan bergengsi "Achmad Bakrie" 2008 atas jasanya di bidang sastra.
"Sutardji menggunakan bahasa Indonesia yang modern tapi juga kuno," kata juru bicara tim juri, Hamid B kepada pers di Jakarta, Rabu (13/8), ketika menjelaskan para pemenang penghargaan ini.
Ia mengatakan pula para pememang "Achmad Bakrie Award" tahun 2008 yang lainnya adalah tokoh pemikir sejarah Taufik Abdullah, Profesor Mulyanto dari bidang kedokteran, ahli fisika Laksana Tri Handoko serta Pusat Penelitian Kelapa sawit di Medan.
Hamid mengatakan setiap pemenang akan mendapat hadiah uang Rp150 juta.
Namun, diingatkannya bahwa uang itu tidaklah sebanding dengan dedikasi mereka selama puluhan tahun di bidangnya masing-masing. Penghargaan ini akan diserahkan dalam waktu dekat di Jakarta.
Mulyanto adalah seorang dokter yang melalui laboratoriumnya yang jauh di Mataram telah mengembangkan alat yang mampu mendeteksi penyakit Hepatitis B dan juga HIV.
Sementara itu, Laksana Tri Handoko dari LIPI termasuk salah satu ilmuwan langka di tanah air yang berkiprah di dunia internasional yang merintis usaha memburu partikel yang disebut "higgs".
Sementara itu, Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Medan juga mendapat penghargaan karena berhasil mengembangkan berbagai teknologi perkelapasawitan.
Sejak tahun 2003 hingga 2007, "Achmad Bakrie Award" ini pernah diberikan kepada sejumlah ilmuwan dan pakar antara lain Sapardi Djoko Darmono(sastra), Goenawan Kohammad (sastra), Sartono Kartodirdjo( pemikir sosial), Frans Magnis Suseno (pemikiran sosial) serta Arif Budiman (pemikiran sosial).
Hamid mengatakan jika sekarang penghargaan ini baru diberikan kepada para tokoh dalam bidang-bidang tertentu saja, maka di masa mendatang akan diperluas misalnya untuk bidang ekonomi.
"Sekarang memang banyak analis atau komentator di bidang ekonomi, namun mereka belum menghasilkan teori-teori yang besar," kata Hamid sambil menolak menyebutkan nama-nama juri.
Hamid menjelaskan pula tim juri penghargaan ini terdiri atas tujuh orang terkemuka, namun sejak tahun pertama tahun 2003, jati diri atau identitas setiap anggota tim juri tidak pernah dipublikasikan atau diumumkan secara terbuka.
"Sekalipun tim juri adalah anonim, tapi keputusan mereka pasti dapat dipertanggungjawabkan," kata Hamid. (Ant/OL-02)
Published in Suara Karya (Singgih BS, 14 August 2008)
Freedom Institute bekerja sama dengan keluarga besar Achmad Bakrie kembali memberikan Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) 2008 untuk lima bidang, yaitu pemikiran sosial, kesusastraan, kedokteran, sains, dan teknologi.
Dewan Juri PAB 2008 telah menetapkan nama-nama individu dan lembaga sebagai penerima PAB 2008. Mereka itu adalah Taufik Abdullah (pemikiran sosial), Sutardji Calzoum Bachri (kesusastraan), Mulyanto (kedokteran), Laksana Tri Handoko (sains), serta Pusat Penelitian Kelapa Sawit (teknologi).
Penyerahaan PAB 2008 akan diadakan di Hotel Nikko, Jakarta, pada Kamis malam ini. "Masing-masing penerima PAB 2008 akan mendapatkan hadiah uang Rp 150 juta," kata Direktur Program Freedom Institute, Hamid Basyaib, didampingi Deputi Direktur Luthfi Assyaukanie, dalam jumpa pers, di Jakarta, Rabu.
Hamid Basyaib mengemukakan, para penerima PAB 2008 ini adalah mereka yang telah menghasilkan prestasi puncak sekaligus pembaharu di bidang masing-masing.
Penghargaan Achmad Bakrie diberikan sejak tahun 2003 setiap menjelang Hari Kemerdekaan RI. Pada mulanya hanya ada dua kategori penghargaan, yaitu kategori pemikiran sosial dan kategori kesusastraan.
Pada 2005, Freedom Institute menambah penghargaan untuk kedokteran dan pada 2007 kategori itu ditambah lagi, yaitu bidang sains dan teknologi.
Sutardji Calzoum Bachri asal Provinsi Riau yang pada tahun 1973 menyebut dirinya sebagai "Presiden Penyair Indonesia" meraih penghargaan bergengsi "Achmad Bakrie" 2008 atas jasanya terhadap bidang sastra. "Sutardji menggunakan bahasa Indonesia yang modern, tapi juga kuno," kata Hamid.
Sementara Mulyanto adalah seorang dokter yang melalui laboratoriumnya yang jauh di Mataram telah mengembangkan alat yang mampu mendeteksi penyakit Hepatitis B dan juga HIV-AIDS. "Saat ini ia sedang mengembangkan alat mendeteksi demam berdarah dengue," katanya.
Sedangkan Laksana Tri Handoko dari LIPI termasuk salah satu ilmuwan langka di Tanah Air, yang berkiprah di dunia internasional dengan merintis usaha memburu partikel yang disebut "higgs".
Sementara itu, Pusat Penelitian Kelapa Sawit juga mendapat penghargaan karena berhasil mengembangkan berbagai teknologi perkelapasawitan.
Sejak 2003 hingga 2007, Penghargaan Achmad Bakrie pernah diberikan kepada sejumlah ilmuwan dan pakar antara lain Sapardi Djoko Damono (sastra), Goenawan Kohammad (sastra), Sartono Kartodirdjo (pemikiran sosial), Frans Magnis Suseno (pemikiran sosial), serta Arif Budiman (pemikiran sosial).
Hamid mengatakan, jika sekarang penghargaan ini baru diberikan kepada para tokoh dalam bidang-bidang tertentu saja, maka di masa mendatang akan diperluas, misalnya untuk bidang ekonomi. "Sekarang memang banyak analis atau komentator di bidang ekonomi, namun mereka belum menghasilkan teori-teori yang besar," kata Hamid sambil menolak menyebutkan nama-nama juri.
Hamid menjelaskan pula tim juri penghargaan ini terdiri dari tujuh orang terkemuka, namun sejak tahun pertama, 2003, jati diri atau identitas setiap anggota tim juri tidak pernah dipublikasikan atau diumumkan secara terbuka. "Sekalipun tim juri adalah anonim, keputusan mereka pasti dapat dipertanggungjawabkan," kata Hamid.
Menurut Hamid Basyaib, nama "Achmad Bakrie" diabadikan untuk mengenang jasa Achmad Bakrie, ayah Aburizal Bakrie, pendiri dan donatur utama Freedom Institute.
Achmad Bakrie dilahirkan di Lampung, 1 Juni 1916. Ia adalah seorang pengusaha sukses yang dikenal gigih dan mencintai ilmu pengetahuan. Achmad Bakrie memulai usahanya sebagai seorang pedagang karet dan rempah-rempah di Lampung.
Setelah merasa semakin sukses, pada 10 Februari 1942 ia mendirikan Bakrie & Brothers, sebuah perusahaan yang kelak menjadi induk bagi bisnis Bakrie. Setelah Achmad Bakrie wafat pada 15 Februari 1988, Bakrie & Brothers diteruskan oleh Aburizal Bakrie, putra tertuanya yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Kabinet Indonesia Bersatu (KIB).
Published in Joglo Semar (, 14 August 2008)
Sutardji Calzoum Bachri adalah pujangga pembaharu Indonesia. Banyak puisinya susah dimengerti. Tapi tidak sedikit orang yang mengidolakannya. Pada tahun 1973, atau 35 tahun lalu, Sutardji menyebut dirinya sebagai ~Presiden Penyair Indonesia.~
Sudah banyak penghargaan yang diraih pria kelahiran Riau 1941 ini. Bahkan dunia internasional juga mengakui kepenyairannya. Berbagai negara telah mengundang Sutardji hanya untuk membacakan syair-syairnya. Pengakuan terhadap Sutardji makin kukuh. Penulis O Amuk Kapak itu meraih penghargaan bergengsi ~Achmad Bakrie~ 2008 atas jasanya terhadap bidang sastra. ~Sutardji menggunakan bahasa Indonesia yang modern tapi juga kuno,~ kata juru bicara tim juri, Hamid kepada pers di Jakarta, Rabu (13/8) ketika menjelaskan para pemenang penghargaan Achmad Bakrie Award 2008.
Pada tahun 2008, terdapat empat individu pemenang serta sebuah lembaga penelitian di bidang kelapa sawit di Medan, Provinsi Sumatera Utara yang meraih penghargaan ini.
Selain Sutardji, pememang ~Achmad Bakrie Award 2008~ yang lainnya adalah tokoh pemikir sejarah Taufik Abdullah, Profesor Mulyanto dari bidang kedokteran, ahli fisika Laksana Tri Handoko dan Pusat Penelitian Kelapa sawit di Medan. Hamid mengatakan setiap pemenang akan mendapat hadiah uang Rp 150 juta. Uang itu, hanya penghormatan dan tidaklah sebanding dengan dedikasi mereka selama puluhan tahun di bidangnya masing-masing.
Mulyanto adalah seorang dokter yang melalui laboratoriumnya yang jauh di Mataram telah mengembangkan alat yang mampu mendeteksi penyakit Hepatitis B dan juga HIV.
Laksana Tri Handoko dari LIPI adalah salah satu ilmuwan langka di tanah air yang berkiprah di dunia internasional yang merintis usaha memburu partikel yang disebut ~higgs~.
Sedang Pusat Penelitian Kelapa Sawit juga mendapat penghargaan karena berhasil mengembangkan berbagai teknologi perkelapasawitan. SejaK 2003 hingga 2007, ~Achmad Bakrie Award~ ini pernah diberikan kepada sejumlah tokoh. Mereka yang sudah menerima antara lain Sapardi Djoko Darmono dan Goenawan Mohammad bidang sastra. Sartono Kartodirdjo, Frans Magnis Suseno dan Arif Budiman bidang pemikiran sosial.
Published in Media Indonesia (14 August 2008)
Untuk kali keenam, pada tahun ini Freedom Institute kembali memberikan penghargaan Achmad Bakrie 2008. Mereka yang menerima penghargaan pada tahun ini adalah Sutardji Calzoum Bachri (untuk kesusasteraan), Taufik Abdullah (untuk pemikiran sosial), Mulyanto (untuk kedokteran), Laksana Tri Handoko (untuk Sains), dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (untuk teknologi).
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Negara Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu turut menghadiri penyerahan penghargaan Achmad Bakrie 2008 yang berlangsung di Hotel Nikko, Jakarta, Kamis (14/8) malam. Penghargaan langsung diserahkan oleh putra sulung Achmad Bakrie, yang juga Menko Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie, didampingi Direktur Freedom Institute Rizal Mallarangeng.
Dalam sambutannya, Aburizal mengatakan, penghargaan ini diberikan untuk menginspirasi generasi muda bahwa pengabdian pada dunia ilmu, teknologi, kesusasteraan, kedokteran dan pemikiran sosial. Bidang-bidang ini merupakan kunci kemajuan.
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang terus mendorong agar pengabdian dan dedikasi di bidang-bidang yang penting terus berkembang dan berlanjut, dari satu generasi ke generasi lainnya. Penghargaan Achmad Bakrie ini telah diberikan kepada tokoh-tokoh Indonesia yang memang telah menghasilkan karya dan mengabdikan hidup dan kehidupan mereka dalam pengembangan bidang-bidang penting tersebut," demikian Aburizal Bakrie.
Dalam enam tahun penyelenggaraannya, penghargaan Achmad Bakrie telah diberikan kepada 20 tokoh pemikir, penyair, budayawan, dokter, teknolog, rohaniawan, fisikawan, dan astronomer. "Lewat penghargaan Achmad Bakrie, saya berharap bahwa dorongan-dorongan untuk mencipta dan berkarya pada kaum sastrawan kita menjadi lebih besar lagi," lanjut Aburizal.
Taufik Abdullah adalah sejarawan dan ilmuwan sosial yang telah memperkaya historigrafi Indonesia. Sutardji Calzoum Bachri telah mengeksplorasi batas-batas kemungkinan dalam berbahasa Indonesia yang baik dan subtil. Dokter Mulyanto telah menemukan metode baru dalam dunia kedokteran yang penggunaannya telah menyelamatkan begitu banyak nyawa manusia. Laksana Tri Handoko telah meretas prestasi sebagai fisikawan dengan karya di tingkat dunia yang memperkaya pemahaman manusia terhadap asal-usul massa dan materi.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, dinilai telah menjadi salah satu penelitian yang diandalkan dan memberikan kontribusi positif bukan hanya pada pengembangan teknologi kelapa sawit, tetapi juga terhadap pengembangan potensi ekspor Indonesia yang sangat penting. Pada tahun 2007 lalu, penghargaan diberikan kepada Putu Wijaya (kesusasteraan), Franz Magnis Suseno (pemikiran sosial), Sangkot Marzuki (kedokteran) dan Jorga Ibrahim (sains) meski Franz Magnis Suseno tak bersedia menerimanya.
Published in Kompas (14 August 2008)
Untuk kali keenam, pada tahun ini Freedom Institute kembali memberikan penghargaan Achmad Bakrie 2008. Mereka yang menerima penghargaan pada tahun ini adalah Sutardji Calzoum Bachri (untuk kesusasteraan), Taufik Abdullah (untuk pemikiran sosial), Mulyanto (untuk kedokteran), Laksana Tri Handoko (untuk Sains), dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (untuk teknologi).
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Negara Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu turut menghadiri penyerahan penghargaan Achmad Bakrie 2008 yang berlangsung di Hotel Nikko, Jakarta, Kamis (14/8) malam. Penghargaan langsung diserahkan oleh putra sulung Achmad Bakrie, yang juga Menko Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie, didampingi Direktur Freedom Institute Rizal Mallarangeng.
Dalam sambutannya, Aburizal mengatakan, penghargaan ini diberikan untuk menginspirasi generasi muda bahwa pengabdian pada dunia ilmu, teknologi, kesusasteraan, kedokteran dan pemikiran sosial. Bidang-bidang ini merupakan kunci kemajuan.
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang terus mendorong agar pengabdian dan dedikasi di bidang-bidang yang penting terus berkembang dan berlanjut, dari satu generasi ke generasi lainnya. Penghargaan Achmad Bakrie ini telah diberikan kepada tokoh-tokoh Indonesia yang memang telah menghasilkan karya dan mengabdikan hidup dan kehidupan mereka dalam pengembangan bidang-bidang penting tersebut," demikian Aburizal Bakrie.
Dalam enam tahun penyelenggaraannya, penghargaan Achmad Bakrie telah diberikan kepada 20 tokoh pemikir, penyair, budayawan, dokter, teknolog, rohaniawan, fisikawan, dan astronomer. "Lewat penghargaan Achmad Bakrie, saya berharap bahwa dorongan-dorongan untuk mencipta dan berkarya pada kaum sastrawan kita menjadi lebih besar lagi," lanjut Aburizal.
Taufik Abdullah adalah sejarawan dan ilmuwan sosial yang telah memperkaya historigrafi Indonesia. Sutardji Calzoum Bachri telah mengeksplorasi batas-batas kemungkinan dalam berbahasa Indonesia yang baik dan subtil. Dokter Mulyanto telah menemukan metode baru dalam dunia kedokteran yang penggunaannya telah menyelamatkan begitu banyak nyawa manusia. Laksana Tri Handoko telah meretas prestasi sebagai fisikawan dengan karya di tingkat dunia yang memperkaya pemahaman manusia terhadap asal-usul massa dan materi.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, dinilai telah menjadi salah satu penelitian yang diandalkan dan memberikan kontribusi positif bukan hanya pada pengembangan teknologi kelapa sawit, tetapi juga terhadap pengembangan potensi ekspor Indonesia yang sangat penting. Pada tahun 2007 lalu, penghargaan diberikan kepada Putu Wijaya (kesusasteraan), Franz Magnis Suseno (pemikiran sosial), Sangkot Marzuki (kedokteran) dan Jorga Ibrahim (sains) meski Franz Magnis Suseno tak bersedia menerimanya.
Published in Republika (13 August 2008)
Seorang penyair nyentrik Sutardji Calzoum Bachri asal Provinsi Riau yang pada tahun 1973 menyebut dirinya sebagai" Presiden Penyair Indonesia" meraih penghargaan bergengsi "Achmad Bakrie" 2008 atas jasanya terhadap bidang sastra.
"Sutardji menggunakan bahasa Indonesia yang modern tapi juga kuno," kata juru bicara tim juri, Hamid B kepada pers di Jakarta, Rabu, ketika menjelaskan para pemenang penghargaan ini.
Pada tahun 2008, terdapat empat individu pemenang serta sebuah lembaga penelitian di bidang kelapa sawit di Medan, Provinsi Sumatera Utara.
Hamid mengatakan para pememang "Achmad Bakrie Award" tahun 2008 yang lainnya adalah tokoh pemikir sejarah Taufik Abdullah, Profesor Mulyanto dari bidang kedokteran, ahli fisika Laksana Tri Handoko, dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Medan.
Hamid mengatakan setiap pemenang akan mendapat hadiah uang Rp150 juta. Namun, diingatkannya bahwa uang itu tidaklah sebanding dengan dedikasi mereka selama puluhan tahun di bidangnya masing-masing. Penghargaan ini akan diserahkan dalam waktu dekat di Jakarta.
Mulyanto adalah seorang dokter yang melalui laboratoriumnya yang jauh di Mataram telah mengembangkan alat yang mampu mendeteksi penyakit Hepatitis B dan juga HIV.
Sementara itu, Laksana Tri Handoko dari LIPI termasuk salah satu ilmuwan langka di tanah air yang berkiprah di dunia internasional yang merintis usaha memburu partikel yang disebut "higgs".
Sementara itu, Pusat Penelitian Kelapa Sawit" juga mendapat penghargaan karena berhasil mengembangkan berbagai teknologi perkelapasawitan.
Sejak tahun 2003 hingga 2007, "Achmad Bakrie Award" ini pernah diberikan kepada sejumlah ilmuwan dan pakar antara lain Sapardi Djoko Darmono(sastra), Goenawan Kohammad (sastra), Sartono Kartodirdjo( pemikir sosial), Frans Magnis Suseno (pemikiran sosial) serta Arif Budiman (pemikiran sosial).
Hamid mengatakan jika sekarang penghargaan ini baru diberikan kepada para tokoh dalam bidang-bidang tertentu saja, maka di masa mendatang akan diperluas misalnya untuk bidang ekonomi.
"Sekarang memang banyak analis atau komentator di bidang ekonomi, namun mereka belum menghasilkan teori-teori yang besar," kata Hamid sambil menolak menyebutkan nama-nama juri.
Hamid menjelaskan pula tim juri penghargaan ini terdiri atas tujuh orang terkemuka, namun sejak tahun pertama tahun 2003, jati diri atau identitas setiap anggota tim juri tidak pernah dipublikasikan atau diumumkan secara terbuka. "Sekalipun tim juri adalah anonim, tapi keputusan mereka pasti dapat dipertanggungjawabkan," kata Hamid. ant/is
Published in anTV (15 August 2008)
Sejumlah tokoh dan lembaga yang telah berjasa dalam bidang pemikiran, social, kesusasteraan, kedokteran, sains dan teknologi menerima penghargaan Bakrie 2008 semalam. Penghargaan itu juga dimaksudkan untuk menginspirasi generasi muda di berbagai bidang yang menjadi kunci kemajuan sebuah bangsa.
Ini merupakan penghargaan yang keenam kali. Tahun ini penghargaan dianugerahkan kepada Sutardji Calzoum Bachri di bidang kesusasteraan, Taufik Abdullah di bidang pemikiran sosial, Muyanto di bidang kedokteran, Laksana Tri Handoko di bidang sains dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan di bidang teknologi. Selain piagam, kelima penerima penghargaan Achmad Bakrie 2008 juga mendapatkan hadiah uang senilai Rp. 100 juta. Penghargaan diserahkan langsung oleh putra sulung Achmad Bakrie, yang juga Menkokesra Aburizal Bakrie.
Dalam enam tahun penyelenggaraannya, penghargaan Achmad Bakrie telah diberikan kepada 20 tokoh diantaranya pemikir, penyair, budayawan, dokter, teknologi dan rohaniawan.
Published in KapanLagi.com (15 August 2008)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono menghadiri penganugerahan penghargaan Achmad Bakrie 2008 yang berlangsung di Jakarta, Kamis malam (14/8).
Penghargaan Achmad Bakrie mulai diberikan sejak 2003 dan diserahkan setiap 14 Agustus. Penghargaan itu diberikan untuk tokoh-tokoh atau lembaga di bidang pemikiran sosial, kesastraan, kedokteran, sains dan teknologi.
Pada 2008 kategori pemikiran sosial diberikan pada Taufik Abdullah, bidang kesastraan diberikan pada Sutardji Calzoum Bachri, bidang kedokteran bagi Mulyanto, untuk sains diberikan kepada Laksana Tri Handoko dan bidang teknologi kepada Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Aburizal Bakrie dalam sambutannya selaku perwakilan keluarga Achmad Bakrie menyebutkan dalam enam tahun penyelenggaraannya, termasuk tahun ini penghargaan Achmad Bakrie telah diberikan pada 20 tokoh pemikir, penyair, budayawan, dokter, teknologi, rohaniwan, fisikawan dan astronomer.
"Mereka adalah teladan bangsa kita yang terus memberikan inspirasi kepada kita semua akan kekayaan khazanah ilmu dan kebudayaan Indonesia modern," katanya.
Taufik Abdullah adalah sejarawan dan ilmuwan sosial yang telah memperkaya historiografi Indonesia. Sutardji Calzoum Bachri telah mengeksplorasi batas-batas kemungkinan dalam bahasa Indonesia yang baik dan subtil.
Dokter Mulyanto telah menemukan metode baru dalam dunia kedokteran yang penggunaannya telah menyelamatkan begitu banyak nyawa manusia.
Laksana Tri Handoko telah meretas prestasi sebagai fisikawan dengan karya di tingkat dunia yang memperkaya pemahaman manusia terhadap asal usul massa dan materi.
Sedangkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Medan telah menjadi salah satu pusat penelitian terdepan di Indonesia yang telah memberi kontribusi positif bukan hanya kepada pengembangan teknologi kelapa sawit, tetapi lebih jauh lagi terhadap pengembangan potensi ekspor Indonesia yang sangat penting.
Hadir dalam acara tersebut sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu antara lain Mensesneg Hatta Radjasa, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali, Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Meneg Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Mensos Bachtiar Chamsyah dan sejumlah mantan menteri seperti mantan Kepala BKKBN Hayono Suyono dan mantan Mendiknas Wardiman Djoyonegoro. (kpl/rif)
Published in Koran Tempo (Sorta Tobing & Anton Septian, 15 August 2008)
Keempat tokoh yang mendapat penghargaan adalah sejarawan Taufik Abdullah, budayawan Sutardji Calzoum Bachri, dokter Mulyanto, dan fisikawan Laksana Tri Handoko.
Freedom Institute memberikan penghargaan Achmad Bakrie 2008 kepada empat tokoh dan satu lembaga penelitian. Mereka menerima penghargaan karena dianggap memberi kontribusi besar dalam pengembangan bidang masing-masing.
Pemberian piagam penghargaan dan hadiah masingmasing Rp 150 juta itu dilakukan oleh Aburizal Bakrie, putra sulung Achmad Bakrie, di Hotel Nikko, Jakarta, tadi malam. Hadir dalam acara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama sejumlah menteri. ~Prestasi Bapak semua bagian dari sejarah,~ ujar Yudhoyono.
Keempat tokoh yang mendapat penghargaan adalah sejarawan Taufik Abdullah, budayawan Sutardji Calzoum Bachri, dokter Mulyanto, dan fisikawan Laksana Tri Handoko. Sedangkan satu lembaga yang mendapat penghargaan adalah Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Taufik Abdullah dianggap berjasa untuk pemikiran sosial karena menyadari pentingnya pandangan multidimensional terhadap sejarah. Bagi Taufik, sejarah tak boleh menjadi alat propaganda. "Saya bersyukur ada orang yang menghargai saya," kata Taufik kemarin.
Sutardji Calzoum Bachri dianggap telah mengeksplorasi batas-batas kemungkinan dalam berbahasa Indonesia yang baik dan subtil. Dokter Mulyanto dinilai telah menemukan metode baru dalam dunia kedokteran. Laksana Tri Handoko dinilai telah meraih prestasi sebagai fisikawan dengan karya di tingkat dunia mengenai asal-usul massa dan materi.
Adapun Pusat Penelitian Kelapa Sawit dianggap berperan membantu Indonesia menjadi negara penghasil minyak sawit mentah terbesar di dunia.
Pada 2007, penerima penghargaan, Franz Magnis-Suseno, menolak penghargaan karena menganggap penghargaan itu disponsori oleh Grup Bakrie, yang merupakan pemilik PT Lapindo Brantas.
Published in Tempo Interactive (15 August 2008, SORTA TOBING and ANTON SEPTIAN)
The Freedom Institute gave the 2008 Achmad Bakrie award and Rp150million to four people and one research institution.
The awards were presented at the Nikko Hotel, Jakarta last night by Aburizal Bakrie, the eldest son of Ahmad Bakrie, who initiated the award. President Susilo Bambang Yudhoyono, ministers and public figures attended the event.
âYour achievements are part of the history and inspiration for the young generation,â said Yudhoyono. The President encourages Indonesians to appreciate national assets.
Four notables receiving the prize were historian Taufik Abdullah; cultural observer Sutardji Calzoum Bachri, physician Dr. Mulyanto; and physics expert Laksana Tri Handoko. One research institution also receiving the prize was Oil Palm Research Center.
Taufik Abdullah was honored for his multidimensional view of history, who said that history cannot be used as propaganda. âI am grateful that people can appreciate what I do,â said Taufik yesterday. âThe prize is very helpful for state officials like me whose salary is small,â he added.
Sutardji Calzoum Bachri was honored for exploring the possibilities to speak the Indonesian language well while Dr. Mulyanto was appreciated for his new methods found in the medical world. Laksana Tri Handoko was regarded for his achievement in scrutinizing the characteristics of the origin of mass and the material.
The Oil Palm Research Center has been encouraging Indonesia to be one of the highest crude palm oil producers in the world. The center also has made oil palm as one of Indonesiaâs biggest export commodities after oil and gas.
In 2007, the award receiver Franz Magnis Suseno, refused to accept the prize as he considered the award was sponsored by the Bakrie Group that owned PT Lapindo Brantas.
Published in Media Indonesia (13 August 2008)
Seorang penyair nyentrik asal Provinsi Riau, Sutardji Calzoum Bachri yang pada tahun 1973 menyebut dirinya sebagai"Presiden Penyair Indonesia" meraih penghargaan bergengsi "Achmad Bakrie" 2008 atas jasanya di bidang sastra.
"Sutardji menggunakan bahasa Indonesia yang modern tapi juga kuno," kata juru bicara tim juri, Hamid B kepada pers di Jakarta, Rabu (13/8), ketika menjelaskan para pemenang penghargaan ini.
Ia mengatakan pula para pememang "Achmad Bakrie Award" tahun 2008 yang lainnya adalah tokoh pemikir sejarah Taufik Abdullah, Profesor Mulyanto dari bidang kedokteran, ahli fisika Laksana Tri Handoko serta Pusat Penelitian Kelapa sawit di Medan.
Hamid mengatakan setiap pemenang akan mendapat hadiah uang Rp150 juta. Namun, diingatkannya bahwa uang itu tidaklah sebanding dengan dedikasi mereka selama puluhan tahun di bidangnya masing-masing. Penghargaan ini akan diserahkan dalam waktu dekat di Jakarta.
Mulyanto adalah seorang dokter yang melalui laboratoriumnya yang jauh di Mataram telah mengembangkan alat yang mampu mendeteksi penyakit Hepatitis B dan juga HIV.
Sementara itu, Laksana Tri Handoko dari LIPI termasuk salah satu ilmuwan langka di tanah air yang berkiprah di dunia internasional yang merintis usaha memburu partikel yang disebut "higgs".
Sementara itu, Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Medan juga mendapat penghargaan karena berhasil mengembangkan berbagai teknologi perkelapasawitan.
Sejak tahun 2003 hingga 2007, "Achmad Bakrie Award" ini pernah diberikan kepada sejumlah ilmuwan dan pakar antara lain Sapardi Djoko Darmono(sastra), Goenawan Kohammad (sastra), Sartono Kartodirdjo( pemikir sosial), Frans Magnis Suseno (pemikiran sosial) serta Arif Budiman (pemikiran sosial).
Hamid mengatakan jika sekarang penghargaan ini baru diberikan kepada para tokoh dalam bidang-bidang tertentu saja, maka di masa mendatang akan diperluas misalnya untuk bidang ekonomi.
"Sekarang memang banyak analis atau komentator di bidang ekonomi, namun mereka belum menghasilkan teori-teori yang besar," kata Hamid sambil menolak menyebutkan nama-nama juri.
Hamid menjelaskan pula tim juri penghargaan ini terdiri atas tujuh orang terkemuka, namun sejak tahun pertama tahun 2003, jati diri atau identitas setiap anggota tim juri tidak pernah dipublikasikan atau diumumkan secara terbuka.
"Sekalipun tim juri adalah anonim, tapi keputusan mereka pasti dapat dipertanggungjawabkan," kata Hamid. (Ant/OL-02)
Published in Kompas (13 August 2008)
Empat tokoh yang dinilai berprestasi luar biasa dan inovatif di bidangnya, Kamis (14/8) malam, akan menerima Penghargaan Achmad Bakrie 2008. Tradisi pemberian penghargaan sejak 2003, diselenggarakan setiap menjelang Hari Kemerdekaan ini, dilakukan Freedom Institute untuk menghargai dunia pemikiran dan kreativitas pada bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
"Penghargaan Achmad Bakrie 2008 ini semacam hadiah Nobelnya Indonesia. Mereka dihargai bukan karena satu per satu karyanya, tapi menghargai berbagai macam kepeloporan atau inovasi yang dilakukan sepanjang hidupnya. Ini skenario besar untuk memberikan penghargaan ilmiah," kata Juru Bicara Dewan Juri Penghargaan Achmad Bakrie 2008, Hamid Basyaib, di Jakarta, Rabu (14/8).
Tujuh juri yang namanya sengaja dirahasiakan untuk menjaga independensinya, telah menetapkan Taufik Abdullah penerima penghargaan untuk Pemikiran Sosial, Sutardji Calzoum Bachri untuk kesusastraan, Mulyanto untuk Kedokteran, Laksana Tri Handoko untuk Sains, dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit untuk Teknologi. Hamid Basyaib menjelaskan, Taufik Abdullah terpilih karena ia ilmuwan sosial yang menyadari pentingnya pandangan multidimensional terhadap sejarah.
Penulisan sejarah tak cukup hanya bermodalkan pengetahuan tentang kronologi peristiwa. Disiplin keilmuan seperti sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi, merupakan instrumen penting dalam melihat peristiwa kesejarahan di masa silam. Taufik Abdullah berpandangan bahwa sejarah harus dibiarkan sebagai wacana intelektual. Ia tidak boleh menjadi alat propaganda.
Sedang Sutardji, dalam puisinya bahasa Indonesia tampak sangat modern, pascamodern, sekaligus purba. Kiprahnya adalah usaha yang diada henti dalam merebut kembali hidup kata yang terlanjur dibeku-bakukan dalam kamus dan konvensi. Puisi Sutardji menyadarkan kita bahwa ada banyak modus komunikasi yang terjadi di luar bahasa. Bahasa seakan dikembalikan kepada kondisinya sebelum ia tunduk kepada hukum tata bahasa.
Mulyanto, menurut penilaian dewan juri, keahliannya sebagai dokter telah membuktikan memenuhi standar akademis internasional. Ia terpilih karena ketekunan, semangat untuk mengaitkan diri dengan komunitas ilmiah global, komitmen penuh pada bidang ilmunya, dan kegigihan untuk menyediakan sarana kesehatan yang terjangkau masyarakat miskin dapat membuahkan hasil yang hebat, sangat praktis, murah dan melampaui capaian pada koleganya di negara-negara maju.
Sementara Laksana Tri Handoko, adalah satu dari sejumlah fisikawan di dunia ini yang merintis usaha memburu partikel Higgs, yakni partikel hipotetis yang bisa menjawab pertanyaan dari mana asal usul massa materi. Dirumuskan dalam bahasa umum, pertanyaan ini berbunyi mengapa benda mempunyai berat. Belasan publikasi di jurnal fisika tingkat dunia telah ia hasilkan baik berupa karya mandiri maupun dalam kolaborasi dengan fisikawan lain.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Sumatera Utara ditetapkan penerima di bidang teknologi karena dengan meneliti, menghimpun, dan menemukan berbagai pengetahuan dan teknologi kepala sawit. Lembaga ini termasuk paling maju di dunia dalam bidangnya. Banyak negara mengandalkan rencana pengembangan perekonomian kelapa sawit kepadanya. Dengan sumbangannya pula, sejak 2007 Indonesia menjadi negara penghasil minyak sawit mentah terbesar di dunia, dan produk sawit menjadi komoditas ekspor terbesar negara kita setelah minyak dan gas alam.
Masing-masing penerima Penghargaan Achmad Bakrie 2008 akan mendapat hadiah uang Rp150 juta, meningkat dibanding tahun 2007 yang hanya Rp100 juta. "Hadiah uang ini tak apa-apanya jika dibandingkan dengan pengabdian tokoh-tokoh dan lembaga tersebut, yang terhitung puluhan tahun. Kecuali, sekadar pendorong lembaga-lembaga lain untuk memberikan penghargaan kepada orang-orang Indonesia yang berprestasi dan konsisten," ujar Hamid.
Published in
Kompas (13 August 2008)
Penyair Sutardji Calzoum Bachri asal Provinsi Riau yang pada tahun 1973 menyebut dirinya sebagai" Presiden Penyair Indonesia" meraih penghargaan bergengsi "Achmad Bakrie" 2008 atas jasanya terhadap bidang sastra.
"Sutardji menggunakan bahasa Indonesia yang modern tapi juga kuno," kata juru bicara tim juri, Hamid B kepada pers di Jakarta, Rabu, ketika menjelaskan para pemenang penghargaan ini. Pada tahun 2008, terdapat empat individu pemenang serta sebuah lembaga penelitian di bidang kelapa sawit di Medan, Provinsi Sumatera Utara.
Ia mengatakan pula para pememang "Achmad Bakrie Award" tahun 2008 yang lainnya adalah tokoh pemikir sejarah Taufik Abdullah, Profesor Mulyanto dari bidang kedokteran, ahli fisika Laksana Tri Handoko serta Pusat Penelitian Kelapa sawit di Medan.
Hamid mengatakan setiap pemenang akan mendapat hadiah uang Rp150 juta. Namun, diingatkannya bahwa uang itu tidaklah sebanding dengan dedikasi mereka selama puluhan tahun di bidangnya masing-masing. Penghargaan ini akan diserahkan dalam waktu dekat di Jakarta.
Mulyanto adalah seorang dokter yang melalui laboratoriumnya yang jauh di Mataram telah mengembangkan alat yang mampu mendeteksi penyakit Hepatitis B dan juga HIV.
Sementara itu, Laksana Tri Handoko dari LIPI termasuk salah satu ilmuwan langka di Tanah Air yang berkiprah di dunia internasional yang merintis usaha memburu partikel yang disebut "higgs". Pusat Penelitian Kelapa Sawit" juga mendapat penghargaan karena berhasil mengembangkan berbagai teknologi perkelapasawitan.
SejaK tahun 2003 hingga 2007, "Achmad Bakrie Award" ini pernah diberikan kepada sejumlah ilmuwan dan pakar antara lain Sapardi Djoko Darmono(sastra), Goenawan Kohammad (sastra), Sartono Kartodirdjo( pemikir sosial), Frans Magnis Suseno (pemikiran sosial) serta Arif Budiman (pemikiran sosial).
Hamid mengatakan jika sekarang penghargaan ini baru diberikan kepada para tokoh dalam bidang-bidang tertentu saja, maka di masa mendatang akan diperluas misalnya untuk bidang ekonomi. "Sekarang memang banyak analis atau komentator di bidang ekonomi, namun mereka belum menghasilkan teori-teori yang besar," kata Hamid sambil menolak menyebutkan nama-nama juri.
Hamid menjelaskan pula tim juri penghargaan ini terdiri atas tujuh orang terkemuka, namun sejak tahun pertama tahun 2003, jati diri atau identitas setiap anggota tim juri tidak pernah dipublikasikan atau diumumkan secara terbuka. "Sekalipun tim juri adalah anonim, tapi keputusan mereka pasti dapat dipertanggungjawabkan," kata Hamid.(ANT)
Published in
Freedom Institute (13 August 2008)
Ringkasan Alasan Juri Memberikan Penghargaan Achmad Bakrie 2008 kepada :
Sebagai seorang ilmuwan sosial, Taufik menyadari betul pentingnya pandangan multidimensional terhadap sejarah. Penulisan sejarah tak cukup hanya bermodalkan pengetahuan tentang kronologi peristiwa. Disiplin keilmuan seperti sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi, merupakan instrumen penting dalam melihat peristiwa kesejarahan di masa silam. Pendekatan multidimensional membantu sejarahwan melihat persoalan secara lebih utuh.
Sejarah yang baik adalah sejarah yang mengisahkan tentang keadaan yang sesungguhnya, bukan keadaan yang diinginkan atau dibayangkan seorang sejarahwan. Untuk itu diperlukan berbagai perspektif dan pendekatan dalam menulis sejarah. Pendekatan yang keliru akan menuju pada kesimpulan yang keliru.
Taufik Abdullah berpandangan bahwa sejarah harus dibiarkan sebagai wacana intelektual. Ia tidak boleh menjadi alat propaganda. Sejarahwan dan para pengajar sejarah harus terus mengingatkan bahwa sejarah adalah hasil rekonstruksi atas serpihan-serpihan peristiwa masa silam, yang penuh dengan kepentingan dan subyektifisme. Sejarah adalah berita pikiran hasil interaksi dan negosiasi penulisnya dengan realitas masa silam yang dihadapinya. Sebagai ~berita pikiran~ sejarah harus dibongkar, digugat, dan dipertanyakan terus-menerus, untuk kemudian dikonstruksi kembali menjadi narasi baru yang lebih sahih.
Dalam puisi Sutardji Calzoum Bachri, bahasa Indonesia tampak sangat modern, pascamodern, sekaligus purba. Kiprahnya adalah usaha yang tiada henti dalam merebut kembali hidup kata yang telanjur dibeku-bakukan dalam kamus dan konvensi.
Puisi Sutardji menyadarkan kita bahwa ada banyak modus komunikasi yang terjadi di luar bahasa. Justru dengan menggunakan kata, ia dengan ironis menyatakan apa yang tak bisa disampaikan oleh kata atau justru melampaui kata itu sendiri. Bahasa seakan dikembalikan kepada kondisinya sebelum ia tunduk kepada hukum tata bahasa. Kata dalam puisi Sutardji seperti pemain yang bergerak mencari kemungkinan arah dan tujuannya sendiri karena, antara lain, si penyair memainkan kelas kata~misalnya mengalih-gunakan katabenda jadi kata sifat, dan katakerja jadi katabenda.
Sutardji meradikalkan puisi bebas. Pada mayoritas penyair kita, puisi bebas sekadar upaya untuk membebaskan diri dari pola mapan; atau, puisi bebas sekadar puisi yang mendekat ke prosa. Pada Sutardji, puisi bebas adalah konsekuensi dari rangkaian kalimat atau frase yang tak stabil, yang saling membentur demi membentuk keseluruhan yang tak teramalkan.
Sutardji Calzoum Bachri menemukan kembali mantra. Di masa dahulu, mantra memberi tuah dan penyembuhan; di masa kini, mantra Sutardji memulihkan tenaga bahasa yang telanjur dimelaratkan oleh komunikasi massa.
Dokter Mulyanto membuktikan bahwa keahlian yang memenuhi standar akademis internasional, ketekunan, semangat untuk mengaitkan diri dengan komunitas ilmiah global, komitmen penuh pada bidang ilmunya, dan kegigihan untuk menyediakan sarana kesehatan yang terjangkau masyarakat miskin dapat membuahkan hasil yang hebat, sangat praktis, murah dan melampaui capaian para koleganya di negara-negara maju.
Selama tiga dekade, Mulyanto bekerja tekun di Laboratorium Hepatika di Mataram yang sepi dan jauh dari reputasi ilmiah. Ia mengembangkan penggunaan reagen dengan perangkat dipstick yang amat sederhana, tapi mampu mendeteksi penyakit yang masih lazim di masyarakat berkembang seperti malaria, juga hepatitis B dan hepatitis C, bahkan HIV.
Kepraktisan metode dan perangkatnya mampu memotong rantai proses di laboratorium uji klinis yang panjang, rumit dan mahal. Imunokromatografi hasil inovasi Mulyanto berupa kertas tipis nitroselulose berisi unsur cairan dan sel darah, antibodi, protein virus, antigen dan koloid emas, yang dibungkus kaset pipih berbahan plastik transparan sepanjang 8 cm, lebar 1 cm dan tebal 0,5 cm. Dengan alat sederhana itu, siapapun bisa melakukan tes sendiri. Dan imunokromatografi Mulyanto yang sederhana dan murah tersebut mencapai sensitifitas 100 persen, dengan tingkat akurasi 97 persen.
Laksana Tri Handoko adalah satu dari sejumlah fisikawan di dunia ini yang merintis usaha memburu partikel Higgs, yakni partikel hipotetis yang bisa menjawab pertanyaan ~dari mana asal-usul massa materi.~ Dirumuskan dalam bahasa umum, pertanyaan ini berbunyi ~mengapa benda mempunyai berat~.
Dalam ilmu fisika modern dikenal Model Standar yang dapat menjelaskan gejala alam di ranah mikroskopik di mana gaya-gaya elektromagnetik, nuklir lemah dan nuklir kuat bekerja. Sebanyak 16 partikel elementer yang diramalkan Model Standar ini sudah berhasil diobservasi berbagai eksperimen. Tapi, ada satu partikel hipotetis yang dinamakan partikel Higgs yang sampai saat ini belum terkonfirmasi.
Handoko memburu partikel Higgs dengan kajian matematika maupun eksperimen di laboratorium. Handoko memilih skenario perburuan partikel Higgs dengan memanfaatkan temuan bahwa neutrino (yakni partikel elementer yang tak bermuatan) ternyata bermassa. Instrumen matematik yang bernama Teori Supersimetri ia coba terapkan dalam konteks ini. Belasan publikasi di jurnal fisika tingkat dunia telah ia hasilkan baik berupa karya mandiri maupun dalam kolaborasi dengan fisikawan lain.
Dengan meneliti, menghimpun dan menemukan berbagai pengetahuan dan teknologi kelapa sawit, lembaga ini termasuk paling maju di dunia dalam bidangnya. Banyak negara mengandalkan rencana pengembangan perekonomian kelapa sawit kepadanya. Dengan sumbangannya pula, sejak 2007 Indonesia menjadi negara penghasil minyak sawit mentah terbesar di dunia, dan produk sawit menjadi komoditas ekspor terbesar negara kita setelah minyak dan gas alam.
Ditopang oleh koleksi plasma nutfah terlengkap di dunia, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) menjadi lembaga yang paling subur memproduksi varietas baru. Di laboratorium kultur jaringan terbesar di dunia untuk jenisnya, PPKS meneliti teknologi pemuliaan sawit yang berpotensi mengubah masa depan industri sawit. Di samping itu, lembaga ini praktis meneliti segala hal yang berkaitan dengan perkebunan sawit dari hulu hingga ke hilir.
PPKS adalah contoh terbaik di Indonesia dalam hal pertautan antara riset ilmiah-teknologis dengan kegiatan bisnis dan non-bisnis. Dari sebagian hasil risetnya sendiri, PPKS sanggup mandiri secara finansial, sambil membantu sejumlah kegiatan riset pekebunan di tempat lain di Indonesia. Banyak buah karya PPKS yang siap tumbuh menjadi bisnis besar industri hilir yang potensial membentuk lapangan kerja dan mengangkat pendapatan negara.
Published in
KabarIndonesia (5 August 2008)
Asian Science Camp 2008 (ASC 2008) resmi dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Tampaksiring, Bali, Selasa (5/8).
Ketika menerima peserta di Istana Tampaksiring, Presiden memberikan tiga pertanyaan. Setiap pertanyaan dijawab oleh tiga peserta. Kemudian Prof. Yohanes Surya dan Rektor UGM, Soedjarwadi, memilih jawaban terbaik dari setiap pertanyaan untuk mendapatkan bingkisan dari Presiden.
Kegiatan ASC 2008 diikuti 365 peserta dari seluruh Indonesia dan 150 dari negara-negara Asia lainnya. ASC untuk pertama kalinya diadakan di Taiwan pada tahun 2007. Adapun pelaksanaan tahun ini merupakan yang kedua.
Asian Science Camp 2008 berlangsung di Hotel Inna Beach Bali dan dihadiri oleh sejumlah peraih Nobel. Antara lain Prof. Yuan Tseh Lee Ph. D. (Nobel Laureate in Chemistry 1986 dari Taiwan), Prof. Richard Robert Ernst Ph. D. (Nobel Laureate in Chemistry 1991, Swiss), Prof. Douglas D. Osheroff Ph. D. (Nobel Laureate in Physics 1996, Amerika Serikat), Prof. Chintamani Nagesa Ramachandra Rao F.R.S. (Hughes Medal by Royal Society 2000, CSIR Centre of Excellence in Chemistry, India), Prof. Masatoshi Koshiba Ph. D. (Nobel Laureate in Physics 2002 , Jepang), Prof. David Gross Ph. D. (Nobel Laureate in Physics 2004, Amerika Serikat).
Turut hadir Prof. Nelson Tansu, Ph.D. (Lehigh University, Amerika Serikat), Lim Yow Pin MD, Ph.D. (Brown Medical School, Amerika Serikat), Dr.rer.nat. Johny Setiawan (Max Planck Institute for Astronomy, Jerman), Rizal Fajar Hariadi B.S., Ph.D. cand. (California Institute of Technology, Amerika Serikat), Dr. Laksana Tri Handoko (LIPI), Dr. Teguh Triono (LIPI), Dr. Adi Santoso (LIPI), Dr. rer.nat. Heri Haerudin (LIPI).
ASC awalnya dilaksanakan atas ide dari Professor Yuan-Tseh Lee, peraih Nobel kimia 1986 dari Taiwan dan Professor Masatoshi Koshiba, peraih Nobel Fisika 2002 dari Jepang. Selanjutnya disampaikan bahwa tujuan ASC ini adalah untuk memberikan pencerahan sains pada generasi muda melalui diskusi dan dialog dengan para peraih Nobel dan ilmuwan tingkat dunia lainnya. Tujuan lainnya untuk mendorong kerja sama antara pelajar-pelajar terbaik calon pemimpin Asia.
Published in Republika (6 August 2008)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan generasi muda merupakan investasi bangsa yang diharapkan mampu memberi kontribusi bagi penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi di masa yang akan datang.
"Masalah yang dihadapi akan terus bertambah. Mari kita berinvestasi untuk menyiapkan jawaban dan juga memberikan solusinya," kata Presiden saat menerima sekitar 350 peserta Asian Science Camp (ASC) di ruang konferensi Istana Tampak Siring, Bali, Selasa malam.
Kepala Negara menjelaskan bila setiap orang memiliki kemauan maka tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan.
"Kita harus optimistis dan berpikiran luas. Bila belum apa-apa sudah pesimis, berjiwa gelap dan tidak inovatif maka sulit untuk menyelesaikan masalah," tegas Presiden.
Presiden Yudhoyono yang dalam kesempatan itu didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono mengatakan potensi yang ditunjukkan para siswa Indonesia dengan memenangi sejumlah medali dalam berbagai olimpiade sains yang diselenggarakan memberikan harapan yang cerah bagi masa depan Indonesia.
"Namun dalam berbagai lomba, jangan semata-mata mengejar kemenangan dan medali namun juga bisa memberikan kontribusi pada permasalahan global," kata Yudhoyono.
ASC pertama kali diselenggarakan di Taiwan pada 2007 dan menjadi ajang tahunan tingkat internasional untuk memotivasi generasi muda Asia berusia 17-22 tahun untuk meraih prestasi bidang sains sekaliber peraih nobel dan ilmuwan dunia lainnya yang akan hadir.
Asian Science Camp 2008 berlangsung di Hotel Inna Beach Bali dan diikuti 350 peserta dan dihadiri oleh sejumlah peraih nobel antara lain Prof. Yuan Tseh Lee Ph. D. (1986 Nobel Laureate in Chemistry, Taiwan), Prof. Richard Robert Ernst Ph. D. (1991 Nobel Laureate in Chemistry, Swiss), Prof. Douglas D. Osheroff Ph. D. (1996 Nobel Laureate in Physics, Amerika Serikat),Prof. Chintamani Nagesa Ramachandra Rao F.R.S.(2000 Hughes Medal by Royal Society, CSIR Centre of Excellence in Chemistry, India), Prof. Masatoshi Koshiba Ph. D. (2002 Nobel Laureate in Physics, Jepang),Prof. David Gross Ph. D. (2004 Nobel Laureate in Physics, Amerika Serikat).
Selain itu hadir pula peneliti yang cukup mumpuni di bidangnya yaitu Prof. Nelson Tansu, Ph.D. (Lehigh University, Amerika Serikat), Lim Yow Pin MD, Ph.D. (Brown Medical School, Amerika Serikat), Dr.rer.nat. Johny Setiawan (Max Planck Institute for Astronomy, Jerman), Rizal Fajar Hariadi B.S., Ph.D. cand. (California Institute of Technology, Amerika Serikat), Dr. Laksana Tri Handoko (LIPI), Dr. Teguh Triono (LIPI),Dr. Adi Santoso (LIPI), Dr. rer.nat. Heri Haerudin (LIPI).
Major Donor dalam program tersebut adalah Tanoto Foundation, PT Perusahaan Gas Negara, PT Jamsostek, PT Pertamina, PT Medco Energi, PT Astra International, Bank NISP, PT Adaro Energy, Bakrie untuk Negeri, Yayasan Sutomo, Yayasan BPK Penabur, Yayasan IPEKA dan President University.ant
Published in inilah.com (5 August 2008)
Presiden SBY menyatakan generasi muda merupakan investasi bangsa yang diharapkan mampu memberi kontribusi bagi penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi di masa yang akan datang.
"Masalah yang dihadapi akan terus bertambah. Mari kita berinvestasi untuk menyiapkan jawaban dan juga memberikan solusinya," kata Presiden saat menerima sekitar 350 peserta Asian Science Camp (ASC) di ruang konferensi Istana Tampak Siring, Bali, Selasa (5/8) malam.
Kepala Negara menjelaskan bila setiap orang memiliki kemauan maka tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. "Kita harus optimistis dan berpikiran luas. Bila belum apa-apa sudah pesimis, berjiwa gelap dan tidak inovatif maka sulit untuk menyelesaikan masalah," tegas Presiden.
Presiden Yudhoyono yang dalam kesempatan itu didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono mengatakan potensi yang ditunjukkan para siswa Indonesia dengan memenangi sejumlah medali dalam berbagai olimpiade sains yang diselenggarakan memberikan harapan yang cerah bagi masa depan Indonesia.
"Namun dalam berbagai lomba, jangan semata-mata mengejar kemenangan dan medali namun juga bisa memberikan kontribusi pada permasalahan global," kata Yudhoyono.
ASC pertama kali diselenggarakan di Taiwan pada 2007 dan menjadi ajang tahunan tingkat internasional untuk memotivasi generasi muda Asia berusia 17-22 tahun untuk meraih prestasi bidang sains sekaliber peraih nobel dan ilmuwan dunia lainnya yang akan hadir.
Asian Science Camp 2008 berlangsung di Hotel Inna Beach Bali dan diikuti 350 peserta dan dihadiri oleh sejumlah peraih nobel antara lain Prof. Yuan Tseh Lee Ph. D. (1986 Nobel Laureate in Chemistry, Taiwan), Prof. Richard Robert Ernst Ph. D. (1991 Nobel Laureate in Chemistry, Swiss), Prof. Douglas D. Osheroff Ph. D. (1996 Nobel Laureate in Physics, Amerika Serikat),Prof. Chintamani Nagesa Ramachandra Rao F.R.S.(2000 Hughes Medal by Royal Society, CSIR Centre of Excellence in Chemistry, India), Prof. Masatoshi Koshiba Ph. D. (2002 Nobel Laureate in Physics, Jepang),Prof. David Gross Ph. D. (2004 Nobel Laureate in Physics, Amerika Serikat).
Selain itu hadir pula peneliti yang cukup mumpuni di bidangnya yaitu Prof. Nelson Tansu, Ph.D. (Lehigh University, Amerika Serikat), Lim Yow Pin MD, Ph.D. (Brown Medical School, Amerika Serikat), Dr.rer.nat. Johny Setiawan (Max Planck Institute for Astronomy, Jerman), Rizal Fajar Hariadi B.S., Ph.D. cand. (California Institute of Technology, Amerika Serikat), Dr. Laksana Tri Handoko (LIPI), Dr. Teguh Triono (LIPI),Dr. Adi Santoso (LIPI), Dr. rer.nat. Heri Haerudin (LIPI).
Major Donor dalam program tersebut adalah Tanoto Foundation, PT Perusahaan Gas Negara, PT Jamsostek, PT Pertamina, PT Medco Energi, PT Astra International, Bank NISP, PT Adaro Energy, Bakrie untuk Negeri, Yayasan Sutomo, Yayasan BPK Penabur, Yayasan IPEKA dan President University.[*/L6]
Published in Media Indonesia (5 August 2008)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima dan bertemu dengan para peserta Asian Science Camp 2008 di Istana Tampak Siring, Bali, Selasa malam.
Kepala Negara yang didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono bertemu dengan 350 siswa SMA dan perguruan tinggi yang ikut serta dalam kegiatan yang berlangsung sejak 3 Agustus 2008 hingga 9 Agustus 2008 tersebut.
Presiden Yudhoyono juga didampingi oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman, Menkominfo Muhammad Nuh, Mendagri Mardiyanto, dan Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi.
ASC pertama kali diselenggarakan di Taiwan pada 2007 dan menjadi ajang tahunan tingkat internasional untuk memotivasi generasi muda Asia berusia 17-22 tahun untuk meraih prestasi bidang sains sekaliber peraih nobel dan ilmuwan dunia lainnya yang akan hadir.
Asian Science Camp 2008 berlangsung di Hotel Inna Beach Bali dan diikuti 350 peserta dan dihadiri oleh sejumlah peraih Nobel antara lain Prof. Yuan Tseh Lee Ph. D. (1986 Nobel Laureate in Chemistry, Taiwan), Prof. Richard Robert Ernst Ph. D. (1991 Nobel Laureate in Chemistry, Swiss), Prof. Douglas D. Osheroff Ph. D. (1996 Nobel Laureate in Physics, Amerika Serikat),Prof. Chintamani Nagesa Ramachandra Rao F.R.S.(2000 Hughes Medal by Royal Society, CSIR Centre of Excellence in Chemistry, India), Prof. Masatoshi Koshiba Ph. D. (2002 Nobel Laureate in Physics, Jepang),Prof. David Gross Ph. D. (2004 Nobel Laureate in Physics, Amerika Serikat).
Selain itu hadir pula peneliti yang cukup mumpuni di bidangnya yaitu Prof. Nelson Tansu, Ph.D. (Lehigh University, Amerika Serikat), Lim Yow Pin MD, Ph.D. (Brown Medical School, Amerika Serikat), Dr.rer.nat. Johny Setiawan (Max Planck Institute for Astronomy, Jerman), Rizal Fajar Hariadi B.S., Ph.D. cand. (California Institute of Technology, Amerika Serikat), Dr. Laksana Tri Handoko (LIPI), Dr. Teguh Triono (LIPI),Dr. Adi Santoso (LIPI), Dr. rer.nat. Heri Haerudin (LIPI). (Ant/OL-01)
Published in Antara (5 August 2008)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan generasi muda merupakan investasi bangsa yang diharapkan mampu memberi kontribusi bagi penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi di masa yang akan datang.
"Masalah yang dihadapi akan terus bertambah. Mari kita berinvestasi untuk menyiapkan jawaban dan juga memberikan solusinya," kata Presiden saat menerima sekitar 350 peserta Asian Science Camp (ASC) di ruang konferensi Istana Tampak Siring, Bali, Selasa malam.
Kepala Negara menjelaskan bila setiap orang memiliki kemauan maka tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan.
"Kita harus optimistis dan berpikiran luas. Bila belum apa-apa sudah pesimis, berjiwa gelap dan tidak inovatif maka sulit untuk menyelesaikan masalah," tegas Presiden.
Presiden Yudhoyono yang dalam kesempatan itu didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono mengatakan potensi yang ditunjukkan para siswa Indonesia dengan memenangi sejumlah medali dalam berbagai olimpiade sains yang diselenggarakan memberikan harapan yang cerah bagi masa depan Indonesia.
"Namun dalam berbagai lomba, jangan semata-mata mengejar kemenangan dan medali namun juga bisa memberikan kontribusi pada permasalahan global," kata Yudhoyono.
ASC pertama kali diselenggarakan di Taiwan pada 2007 dan menjadi ajang tahunan tingkat internasional untuk memotivasi generasi muda Asia berusia 17-22 tahun untuk meraih prestasi bidang sains sekaliber peraih nobel dan ilmuwan dunia lainnya yang akan hadir.
Asian Science Camp 2008 berlangsung di Hotel Inna Beach Bali dan diikuti 350 peserta dan dihadiri oleh sejumlah peraih nobel antara lain Prof. Yuan Tseh Lee Ph. D. (1986 Nobel Laureate in Chemistry, Taiwan), Prof. Richard Robert Ernst Ph. D. (1991 Nobel Laureate in Chemistry, Swiss), Prof. Douglas D. Osheroff Ph. D. (1996 Nobel Laureate in Physics, Amerika Serikat),Prof. Chintamani Nagesa Ramachandra Rao F.R.S.(2000 Hughes Medal by Royal Society, CSIR Centre of Excellence in Chemistry, India), Prof. Masatoshi Koshiba Ph. D. (2002 Nobel Laureate in Physics, Jepang),Prof. David Gross Ph. D. (2004 Nobel Laureate in Physics, Amerika Serikat).
Selain itu hadir pula peneliti yang cukup mumpuni di bidangnya yaitu Prof. Nelson Tansu, Ph.D. (Lehigh University, Amerika Serikat), Lim Yow Pin MD, Ph.D. (Brown Medical School, Amerika Serikat), Dr.rer.nat. Johny Setiawan (Max Planck Institute for Astronomy, Jerman), Rizal Fajar Hariadi B.S., Ph.D. cand. (California Institute of Technology, Amerika Serikat), Dr. Laksana Tri Handoko (LIPI), Dr. Teguh Triono (LIPI),Dr. Adi Santoso (LIPI), Dr. rer.nat. Heri Haerudin (LIPI).
Major Donor dalam program tersebut adalah Tanoto Foundation, PT Perusahaan Gas Negara, PT Jamsostek, PT Pertamina, PT Medco Energi, PT Astra International, Bank NISP, PT Adaro Energy, Bakrie untuk Negeri, Yayasan Sutomo, Yayasan BPK Penabur, Yayasan IPEKA dan President University.(*)
Published in
AsiaNET (5 August 2008)
President Susilo Bambang Yudhoyono met with participants of the Asian Science Camp 2008 at the Tampak Siring Palace in Bali on Tuesday night.
The head of state in the company of First Lady Ani Yudhoyono held talks with 350 students of senior high schools and institutes of higher learning taking part in the week-long event which opened on Sunday.
Also present at the meeting were State Minister of Research and Technology Kusmayanto Kadiman, Communication and Information Minister Muhammad Nuh, Home Affairs Minister Mardiyanto and Cabinet Secretary Sudi Silalahi.
ASC which was for the first time held in Taiwan last year serves as an annual international event to motivate Asian younger generations to make as best achievements as Nobel laureates and world-renowned scientists have done in the field of sciences.
The ASC 2008 which is taking place at Hotel Inn Beach Bali is also attended by a number of Nobel laureates including Prof. Yuan Tseh Lee Ph. D. of Taiwan (1986 Nobel prize in chemistry), Prof. Richard Robert Ernst Ph. D. of Switzerland (1991 Nobel prize in chemistry), Prof. Douglas D. Osheroff Ph. D. of the United States (1996 Nobel prize in physics), Prof. Chintamani Nagesa Ramachandra Rao F.R.S. of India (2000 Hughes Medal by Royal Society, CSIR Centre of Excellence in chemistry), Prof. Masatoshi Koshiba Ph. D. of Japan (2002 Nobel prize in physics), Prof. David Gross Ph. D. of the United States (2004 Nobel prize in physics).
Also present at the event were world-renowned researchers including Prof. Nelson Tansu, Ph.D. (Lehigh University, the United States), Lim Yow Pin MD, Ph.D. (Brown Medical School, the United States), Dr.rer.nat. Johny Setiawan (Max Planck Institute for Astronomy, Germany), Rizal Fajar Hariadi B.S., Ph.D. cand. (California Institute of Technology, the United States), as well as Dr. Laksana Tri Handoko, Dr. Adi Santoso, Dr. rer.nat. Heri Haerudin, Dr. Teguh Triono, all from the Indonesian Institutes of Sciences (LIPI).
Published in
Kompas (5 August 2008)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan generasi muda merupakan investasi bangsa yang diharapkan mampu memberi kontribusi bagi penyelesaian masalah-masalah di waktu mendatang. "Masalah yang dihadapi akan terus bertambah. Mari kita berinvestasi untuk menyiapkan jawaban dan juga memberikan solusinya," kata Presiden saat menerima sekitar 350 peserta Asian Science Camp (ASC) di ruang konferensi Istana Tampak Siring, Bali, Selasa (5/8) malam.
Kepala Negara menjelaskan bila setiap orang memiliki kemauan maka tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. "Kita harus optimistis dan berpikiran luas. Bila belum apa-apa sudah pesimis, berjiwa gelap dan tidak inovatif maka sulit untuk menyelesaikan masalah," tegas Presiden.
Presiden Yudhoyono yang dalam kesempatan itu didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono mengatakan potensi yang ditunjukkan para siswa Indonesia dengan memenangi sejumlah medali dalam berbagai olimpiade sains yang diselenggarakan memberikan harapan yang cerah bagi masa depan Indonesia. "Namun dalam berbagai lomba, jangan semata-mata mengejar kemenangan dan medali namun juga bisa memberikan kontribusi pada permasalahan global," kata Yudhoyono.
ASC pertama kali diselenggarakan di Taiwan pada 2007 dan menjadi ajang tahunan tingkat internasional untuk memotivasi generasi muda Asia berusia 17-22 tahun meraih prestasi bidang sains sekaliber peraih nobel dan ilmuwan dunia lainnya yang akan hadir.
Asian Science Camp 2008 berlangsung di Hotel Inna Beach Bali diikuti 350 peserta dan dihadiri oleh sejumlah peraih nobel antara lain Masatoshi Koshiba (Nobel Laureate 2002, Fisika, Jepang), Yuan-Tseh Lee (Nobel Laureate 1986, Kimia, Taiwan), dan Douglas Osherroff (Nobel Laureate 1996, Fisika, Amerika Serikat). Selain itu, ada juga Richard Robert Ernst (Nobel Laureate 1991, Kimia, Swiss), dan David Gross (Nobel Laureate 2004, Fisika, Amerika Serikat).
Hadir pula peneliti yang cukup mumpuni di bidangnya yaitu Nelson Tansu (Lehigh University, Amerika Serikat), Lim Yow Pin (Brown Medical School, Amerika Serikat), Johny Setiawan (Max Planck Institute for Astronomy, Jerman), Rizal Fajar Hariadi (California Institute of Technology, Amerika Serikat), Laksana Tri Handoko (LIPI), Teguh Triono (LIPI), Adi Santoso (LIPI), dan Heri Haerudin (LIPI).
Published in Antara (5 August 2008)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima dan bertemu dengan para peserta Asian Science Camp 2008 di Istana Tampak Siring, Bali, Selasa malam.
Kepala Negara yang didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono bertemu dengan 350 siswa SMA dan perguruan tinggi yang ikut serta dalam kegiatan yang berlangsung sejak 3 Agustus 2008 hingga 9 Agustus 2008.
Presiden Yudhoyono juga didampingi oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman, Menkominfo Muhammad Nuh, Mendagri Mardiyanto dan Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi.
ASC pertama kali diselenggarakan di Taiwan pada 2007 dan menjadi ajang tahunan tingkat internasional untuk memotivasi generasi muda Asia berusia 17-22 tahun untuk meraih prestasi bidang sains sekaliber peraih nobel dan ilmuwan dunia lainnya yang akan hadir.
Asian Science Camp 2008 berlangsung di Hotel Inna Beach Bali dan diikuti 350 peserta dan dihadiri oleh sejumlah peraih Nobel antara lain Prof. Yuan Tseh Lee Ph. D. (1986 Nobel Laureate in Chemistry, Taiwan), Prof. Richard Robert Ernst Ph. D. (1991 Nobel Laureate in Chemistry, Swiss), Prof. Douglas D. Osheroff Ph. D. (1996 Nobel Laureate in Physics, Amerika Serikat),Prof. Chintamani Nagesa Ramachandra Rao F.R.S.(2000 Hughes Medal by Royal Society, CSIR Centre of Excellence in Chemistry, India), Prof. Masatoshi Koshiba Ph. D. (2002 Nobel Laureate in Physics, Jepang),Prof. David Gross Ph. D. (2004 Nobel Laureate in Physics, Amerika Serikat).
Selain itu hadir pula peneliti yang cukup mumpuni di bidangnya yaitu Prof. Nelson Tansu, Ph.D. (Lehigh University, Amerika Serikat), Lim Yow Pin MD, Ph.D. (Brown Medical School, Amerika Serikat), Dr.rer.nat. Johny Setiawan (Max Planck Institute for Astronomy, Jerman), Rizal Fajar Hariadi B.S., Ph.D. cand. (California Institute of Technology, Amerika Serikat), Dr. Laksana Tri Handoko (LIPI), Dr. Teguh Triono (LIPI),Dr. Adi Santoso (LIPI), Dr. rer.nat. Heri Haerudin (LIPI).(*)
Published in
e-Indonesia (Vol. IV no. 26, 2008, L.T. Handoko)
Mendapatkan nomor ISSN untuk terbitan berkala mungkin tidak mudah bagi sebagian orang. Lebih dari itu pemanfaatan kodebar ISSN di masyarakat masih rendah dan berpotensi menimbulkan pemborosan yang tidak perlu. Untuk itulah ISSN Online diluncurkan...
Membuat majalah, atau lebih umum terbitan berkala ? Ah, itu sudah kuno alias jadul. Di jaman dijital ini setiap orang bisa mempublikasikan tulisannya tanpa melalui media formal. Meski pandangan ini tidak salah, tetapi media formal tetap memiliki peranan dan fungsi yang tidak bisa digantikan oleh sekedar blog di jaringan maya. Perbedaan utama adalah adanya proses editorial dan penilaian dari pihak ketiga sebelum disampaikan ke pembaca. Proses ini memastikan tingkat akurasi, atau setidaknya mengurangi kesalahan, isi sebuah artikel serta memberikan jaminan kebenaran informasi seperti diharapkan oleh pembaca.
Seluruh media yang dikelola dengan proses editorial seperti ini umumnya diterbitkan secara berkelanjutan sebagai terbitan berkala. Terbitan berkala resmi ditunjukkan dengan nomor registrasi yang dikenal sebagai ISSN (International Standard of Serial Number) yang berlaku secara global. Sebaliknya, terbitan tunggal seperti buku mengikuti nomor registrasi ISBN (International Standard Book Number). Nomor-nomor registrasi semacam ini ditujukan sebagai alat identifikasi atas aneka publikasi di seluruh dunia. Sistem penomoran ISSN dikelola secara terpusat oleh ISDS (International Serial Data System) yang berkedudukan di Paris, Perancis, dan diadopsi sebagai implementasi dari ISO-3297 di tahun 1975. Tentu saja tidak seluruh pemohon ISSN harus berurusan dengan ISDS di Paris, melainkan cukup dengan Pusat Nasional ISSN di negaranya masing-masing. Untuk Indonesia, ISSN dikelola oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah ~ Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI). Hal ini sebagai bagian dari tugas dan wewenang PDII LIPI untuk melakukan pemantauan atas seluruh publikasi terbitan berkala yang diterbitkan di Indonesia.
Mengikuti kecenderungan di era reformasi, sejak 1 April 2008 lalu seluruh proses pengajuan sampai penerbitan ISSN dilakukan secara online melalui situs ISSN Online (http://issn.pdii.lipi.go.id). Dengan sistem ini pengelolaan ISSN menjadi lebih mudah, murah, cepat dan transparan bagi publik.
Namun berbeda dengan sarana online untuk ISSN di negara lain, ISSN Online dari PDII LIPI tidak hanya menyediakan sarana terpadu untuk pengurusan administrasi ISSN, tetapi juga menyediakan perangkat lunak online untuk membuat kodebar (barcode generator) khusus ISSN. Dengan ini penerbit tidak perlu memiliki perangkat lunak pembuat kodebar yang cukup mahal.
Yang lebih penting, infomasi detail mengenai ISSN dan kodebar serta perangkatnya di ISSN Online diharapkan menjadi sumber rujukan penerbitan dan pemakaian ISSN di masyarakat. Meski kesadaran akan kepemilikan ISSN sudah cukup tinggi, pada prakteknya khususnya pemakaian kodebar ISSN masih rancu. Tidak heran bila kodebar yang dicetak di aneka publikasi berkala seperti majalah tidak terpakai. Akibatnya para distributor atau pusat pertokoan harus menempelkan kembali kodebar internal mereka untuk keperluan identifikasi barang dan harga. Ini terjadi karena pemakaian kodebar ISSN yang statis seperti nomor ISSN itu sendiri sebagai akibat kekurangpahaman akan kodebar ISSN.
Sejatinya, meski untuk nomor ISSN yang sama, kodebar ISSN bisa diubah tergantung variasi terbitan terkait perubahan isi dan harga. Karena nomor ISSN berlaku seterusnya selama ~nama terbitan~ tidak berubah, bahkan meski terjadi perubahan pemilik atau penerbit. Sehingga perubahan harga secara berkala atau edisi spesial dengan harga berbeda harus bisa diakomodasi oleh sistem kodebar ISSN. Fungsi kodebar ISSN adalah sama dengan kodebar pada produk lainnya, yaitu sebagai alat bantu identifikasi barang dan harga di level penjual.
Kodebar ISSN memakai standar EAN-13 yang terdiri dari 13 karakter, meski nomor ISSN hanya terdiri dari 8 karakter. Tiga karakter pertama selalu 977 yang menunjukkan kodebar ISSN. Diikuti oleh tujuh karakter pertama nomor ISSN, dua karakter untuk variasi terbitan dan terakhir karakter cek untuk EAN-13. Nomor ISSN sendiri sejatinya hanya tujuh karakter pertama saja, sedangkan karakter terakhir hanyalah karakter cek untuk mencegah kesalahan. Dua karakter tambahan inilah yang bebas dipakai oleh penerbit untuk membuat variasi kodebar sesuai dengan kebutuhannya guna membedakan produk terbitan yang sama tetapi memiliki harga berbeda. Karakter tambahan dua dijit ini bisa salah satu dari kombinasi angka 00~99. Selama ini, sebagian besar penerbit menganggap kodebar ISSN adalah statis seperti yang diberikan oleh PDII LIPI saat awal penerbitan nomor ISSN.
Dengan ISSN Online yang dilengkapi dengan barcode generator, setiap penerbit yang telah mendapatkan ISSN bisa membuat variasi kodebar sesuai kebutuhannya hanya dengan login ke ISSN Online. Para penerbit yang telah mendapatkan nomor ISSN-nya sebelum adanya sistem ini juga bisa turut memanfaatkan. Prosedur yang harus ditempuh untuk mendapatkan akses tertulis di situs ISSN Online. Dengan ini kodebar ISSN tidak hanya sebagai penghias di sampul depan terbitan, tetapi dapat lebih diberdayagunakan sesuai fungsi utamanya untuk identifikasi barang di level para penjual seperti layaknya produk manufaktur lainnya. Semoga !
Published in Inherent UI (3 Juni 2008)
|
Video Conference Pada sesi ke 8 membangun riset kita, akan kita bahas bersama tentang peran OPI dan Peneliti Muda dalam pengembangan IPTEK nasional di masa mendatang. Sebagai nara sumber akan hadir: Bagi para peneliti muda dan rekans semua yang ingin urun rembug dalam pengembangan penelitian di Indonesia, silahkan bergabung dalam wtw kita kali ini.
Pendaftaran peserta paling lambat hari Rabu, 4 Juni 2008 Pukul 16.00
Published in Inherent Dikti (5 Juni 2008, Nizam)
Remote Parties
Published in KabarIndonesia (21 April 2008, Muhibuddin) Tulungagung, Deputi bidang ilmu kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Ir Hery Harjono berharap, peserta Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) VII yang berasal dari berbagai penjuru tanah air nantinya bisa menembus International Exhibition for Young Inventor (IYEI) V di Taiwan. IYEI merupakan ajang internasional untuk memamerkan hasil inovasi para remaja dari berbagai belahan negara. "Kami berharap, dari peserta PIRN VII akan lahir inovasi-inovasi teknologi yang dapat dipamerkan di IYEI. Kami yakin diantara kalian dapat membuktikannya, sehingga bisa menjadi duta Indonesia dalam ajang internasional itu,?? ujar Hery Harjono saat membuka PIRN VII yang berlangsung di Ponpes Jawaahirul Hikmah (JH) Desa / Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Senin (21/4). Itu sebabnya, Hery meminta peserta hendaknya memanfaatkan moment PIRN VII dengan sebaik-baiknya untuk menambah wawasan, pengalaman dan menjalin persahabatan dengan rekan-rekannya dari berbagai daerah di Indonesia. " Moment PIRN ini hendaknya juga dimanfaatkan sebagai forum komunikasi antara para remaja. Guru pembimbing pecinta Iptek dan para ilmuwan,?? kata dia. Diingatkan Hery, masa remaja merupakan usia yang labil. Di usia ini, tambah dia, seorang anak mulai senang melakukan hal-hal yang baru, baik positif maupu negatif. "Kita yang lebih senior atau sebagai orang tua, hendaknya peka terhadap perubahan watak atau sifat para remaja tersebut. Karena itu, keingintahuan yang ada dalam diri remaja jangan sampai dibiarkan tanpa adanya bekal yang berarti,?? saran Hery Harjono yang asli dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, itu. Di lingkungan sekolah, Hery berharap, para guru harus mampu menggugah minat siswa dan menjawab rasa keingintahuan siswa. Pasalnya, tambah dia, jika dicermati peneliti-peneliti dunia rata-rata memulai kegiatan penelitiannya sejak usia muda. "Albert Einstein, penemu ilmu bidang Fisika, memulai penelitiannya pada usia menginjak remaja,?? kata Hery mencontohkan. Sementara itu, suasana pembukaan PIRN VII berlangsung meriah. Itu karena, Ponpes JH selaku tuan rumah juga menyuguhkan atraksi kesenian tradisional Reyog dan demontrasi marching band dari Ponpes Jawaahirul Hikmah yang sudah berhasil go internasional. Pembukaan PIRN juga dihadiri peneliti-peneliti dari LIPI yang akan memberikan bekal materi dalam kegiatan penelitian ilmiah. DR Neni Sintawardani, Kepala Biro Kerjasama Pemasyarakatan Iptek LIPI selaku Ketua Panitia PIRN VII melaporkan, peserta perkemahan ilmiah remaja kali ini diikuti 259 orang peserta yang terdiri dari 112 orang putra dan 147 orang putrid. Selain itu, PIRN VII juga diikuti sebanyak 102 orang guru pembimbing. Para peserta berasal dari 74 SMA dan 15 SMP serta satu kelompok ilmiah remaja. "Mereka berasal dari 27 propinsi yang tersebar di penjuru Indonesia,?? kata Neni. Selama menjalani perkemahan, kata dia, kegiatan yang dilakukan peserta meliputi ceramah, pembekalan materi dan bimbingan lapangan, diskusi, penyusunan laporan dan presentasi hasil penelitian. "Kami juga memberikan pembekalan metode penelitian kepada para guru pembimbing,?? papar Neni. Neni mengemukakan, instruktur dalam perkemahan ini berasal dari peneliti-peneliti LIPI dibantu peneliti dari Ponpes Jawaahirul Hikmah. "Khusus untuk materi robotika dimotori mahasiswa ITS Surabaya,?? terang dia. Usai pembukaan, peserta PIRN VII langsung mengikuti ceramah umum dengan topic kekayaan sumber daya alam Indonesia dan potensi kebencanaan (DR Hery Harjono, Deputi Bidang Ilmu Kebumian LIPI), Menumbuhkan budaya inovatif di kalangan remaja (DR. L.T. Handoko, peneliti LIPI) dan profil Ponpes Jawaahirul Hikmah (KH Muhammad Zaki, pengasuh Ponpes Jawaahirul Hikmah).
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||