| main article site » |
Published in
WAITRO News (December 2014)
Published in
LIPI (Humas, 26 November 2014)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sepakat menjalin kerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) dalam bidang pengkajian, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) bidang pertahanan.
Hal ini tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani oleh Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI Dr. Laksana Tri Handoko, M. Sc dengan Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat TNI AD Brigadir Jenderal Rudiono Edi S., S. IP, MM, Rabu (19/11) pekan lalu, di Aula A. H. Nasution Mabesad, Jakarta.
Ruang lingkup kerja sama antara LIPI dengan TNI AD meliputi beberapa hal, antara lain pertama bidang penelitian, pengembangan dan pemanfaatan iptek nuklir, kedua bidang pengkajian, penelitian dan pengembangan pada riset dasar serta multi disiplin terfokus, dan ketiga kerja sama pemanfaatan ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi bahan peledak.
Deputi IPT LIPI mengatakan, sinergi riset di bidang pertahanan diharapkan terjadi melalui kerja sama ini. Riset pertahanan perlu didukung dengan kebijakan dan komitmen pemerintah seperti organisasi tata laksana, pengalokasian anggaran, sarana prasarana, dan capacity building.
“Ego sentris dari lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang) harus dihilangkan. Adanya keterbatasan anggaran, sarana dan Sumber Daya Manusia (SDM) diharapkan malah memicu sinergi yang lebih baik antar lembaga Litbang untuk kepentingan bangsa dan negara,” kata Handoko.
Di lain pihak, Kepala Staf Ahli TNI AD Mayor Jenderal Asma’i mengharapkan kerja sama seperti ini mampu meningkatkan kemampuan personel Litbang kedua belah pihak. Melalui sharing pengetahuan dan pengalaman, pihaknya juga berharap kualitas teknologi persenjataan dan peralatan pertahanan semakin canggih dan sesuai perkembangan terkini. (dn)
Published in
P2 Kimia LIPI (Humas, 20 November 2014)
Empat orang rombongan dari Korea Selatan yang dipimpin Dr. Lee Sang Chun mengunjungi Pusat Penelitian Kimia (P2 Kimia) LIPI, hari Senin (17/8). Lee yang menjabat sebagai Kepala National Research Council of Science & Technology (NST) membawa dua orang rekannya dari NST dan didampingi oleh Dr. Dong Jin Suh, peneliti utama dari Korea Institute of Science and Technology (KIST). NST merupakan semacam dewan riset nasional yang menaungi sekitar 25 lembaga riset pemerintah di Korea Selatan, termasuk KIST.
Rombongan disambut langsung oleh sejumlah pejabat teras dari LIPI maupun P2 Kimia seperti Dr. L.T. Handoko, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI, Dr. Agus Haryono (Kepala P2 Kimia) dan Dr. Arthur Lelono (Kasubbid Diseminasi dan Kerjasama). Sejumlah peneliti utama dan peneliti senior di P2 Kimia LIPI juga turut menyambut seperti Dr. Syahrul Aiman, Dr. Yanni Sudiyani dan Dr. Anny Sulaswatty.
Kedatangan rombongan ini bertujuan untuk melihat langsung hasil kerjasama penelitian Korea- Indonesia di P2 Kimia. Sebagaimana yang telah diketahui, P2 Kimia bekerjasama dengan KIST dan KOICA (Korea International Cooperation Agency) telah mengembangkan bioetanol generasi kedua berbasis limbah lignoselulosa. Kerjasama ini sudah sampai pada tahap uji coba perbesaran skala produksi hingga 10 liter per hari menggunakan pilot plant bio etanol. Pilot plant ini telah diresmikan secara bersama oleh Menristek, Kepala LIPI, Presiden KIST, Presiden KOICA dan Duta Besar Korea untuk RI bulan Mei 2012 silam.
Dalam diskusi di ruang rapat tersebut, terungkap berbagai kemajuan dan kendala yang dihadapi. “Penelitian bioetanol dengan memanfaatkan pilot plant masih terus dikembangkan hingga kini, “ ujar Agus Haryono. “Bahkan,” lanjutnya, “ada beberapa lembaga riset lain dan industri yang menyatakan ketertarikannya untuk turut melakukan penelitian bersama memanfaatkan pilot plant tersebut”. Pernyataan Agus ini didukung oleh Handoko yang menerangkan bahwa penelitian bioetanol ini sudah ditingkatkan skalanya dengan melibatkan beberapa pusat penelitian lain di LIPI untuk meningkatkan efisiensi proses dan menguji pemanfaatan bioetanol pada kendaraan. Lee pun tampak tertarik dan antusias saat mencermati kemajuan penelitian ini.
Meski demikian ada sejumlah kendala yang harus dihadapi. Diantaranya, “proses perlakuan awal (pretreatment) terhadap bahan baku harus terus dioptimalkan, terutama dengan adanya sejumlah kerusakan pada instrumen peralatan tersebut,” ujar Dr. Yanni, peneliti utama bioetanol, menambahkan. Dr. Suh selaku mitra penelitian dari KIST turut mengamini pernyataan Yanni. Ia menyatakan bahwa optimalisasi proses dapat terus ditingkatkan, dan instrumen yang rusak merupakan instrumen yang umum dan mudah ditemukan suku cadangnya.
Dalam diskusi tersebut juga sempat terungkap kerjasama lainnya antara P2 Kimia LIPI dengan Korea. Untuk perbaikan alat dan kalibrasi, P2 Kimia melibatkan para penelitinya di bidang kimia analitik dan standar. Para peneliti di bidang ini telah mengembangkan metrologi kimia bekerjasama dengan KRISS (Korea Research Institute of Standards and Sciences). KRISS ini merupakan salah satu di antara 25 lembaga riset di bawah naungan NST. Dengan demikian, P2 Kimia telah memiliki sejarah cukup panjang dalam hal kerjasama penelitian dengan lembaga-lembaga riset binaan NST.
Usai berdiskusi, rombongan diajak melihat langsung pilot plant bioethanol. Pilot plant terdiri dari ruang proses perlakuan awal bahan baku, ruang pengolahan bahan baku menjadi bioetanol, laboratorium analisa dan ruang kendali. Di pilot plant, rombongan mendapat penjelasan langsung dari tim peneliti bioetanol seperti Sudiyarmanto, Deliana Dahnum dan Eka Triwahyuni. Mereka mendapat penjelasan terkait proses pembuatan bioetanol mulai dari perlakuan awal bahan baku, fermentasi, penyulingan hingga pemurnian.
“Dengan sejumlah capaian penelitian saat ini, kami harapkan kerjasama ini dapat terus dilanjutkan di masa datang,” ujar Handoko saat diwawancarai secara terpisah oleh Nirma Yossa, jurnalis Biro Kerjasama, Hukum dan Hubungan Masyarakat LIPI.
Kunjungan pun diakhiri dengan foto bersama dan pemberian souvenir. [aars/p2kimia]
Published in
LIPI (Humas, 20 November 2014)
Sejak tahun 2012, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan Korea International Cooperation Agency (KOICA) dan Korea Institute of Science and Technology (KIST) Korea Selatan telah berhasil membangun pilot plant bioethanol generasi kedua yang mampu menghasilkan ethanol pengganti bahan bakar minyak dari limbah sawit.
Kerja sama ini rupanya menarik perhatian National Research Council of Science and Technology (NST), lembaga yang menaungi 25 lembaga riset pemerintah di Korea Selatan. Dan akhirnya, lembaga ini pun melaksanakan kunjungan untuk meninjau pilot plant tersebut yang bertempat di Pusat Penelitian Kimia LIPI, Kawasan Puspiptek Serpong, Senin (17/11) lalu.
“KIST merupakan salah satu lembaga yang berada di dalam koordinasi kami. Oleh karena itu, kami ingin mengetahui sejauh mana perkembangan kerja sama ini dan keberlanjutannya,” ungkap Prof. Lee Sang Chun, Chairman NST.
Lee sendiri terkesan dengan pembangunan pilot plant tersebut dan akan mempertimbangan mengenai kemungkinan adanya kerja sama lanjutan.
“Ini adalah contoh yang baik bagi kita untuk memulai kerja sama ke bidang yang lebih luas. Tetapi saat ini, kami akan memfokuskan pada bidang energi terlebih dahulu,” ujar Lee yang didampingi Presiden KIST, Dr. Lee Byung Gwon dalam kunjungan itu.
Optimisme juga diungkapkan oleh Dr. L T Handoko, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI. “Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai penghasil energy/energy production dan kita sangat terbuka dengan berbagai kerja sama,” ucap Handoko.
Ia menilai pihak NST cukup antusias dengan pembangunan pilot plant ini. Terkait keberlangsungan operasi pilot plant bioethanol, pihaknya menawarkan kerja sama untuk pembiayaan pemeliharaan.
Menurut Handoko, pertimbangan tersebut didasari kinerja keuangan/cost performance-nya (pilot plant bioethanol) yang tinggi. “Running cost-nya saja sudah 100 juta/bulan, diluar biaya pemeliharaannya,” ujar Handoko.
Solusi yang ditawarkan Handoko adalah dengan mengundang lembaga lain untuk ikut menggunakannya. “Mereka tidak harus membangun infrastuktur ini, karena kami bisa menyediakannya,” imbuhnya.
Handoko mengharapkan pilot plant dapat beroperasi terus-menerus. “Saya jujur saja kepada pihak NST, jika tidak ada program kerja sama lanjutan yang bisa sekaligus dipakai untuk biaya maintainance, pilot plant ini dengan terpaksa lebih baik dijadikan science museum. Tetapi syukurlah, nampaknya mereka memberi komitmen untuk melanjutkan kerja sama minimal untuk dua tahun ke depan,” pungkasnya. (ys)
The Indonesian Institute of Sciences (LIPI) , the Korean International Cooperation Agency (KOICA) and the Korea Institute of Science and Technology(KIST) manage to build second generation of bio-ethanol pilot plant producing ethanol fuel replacement of waste oil.
The collaboration seems to attract the attention of the National Research Council of Science and Technology (NST), the founder of 25 research institutions in Korean to review the pilot plant located at Serpong on 17 November 2014.
KIST is under our coordination. We want to determine the development and sustainability of the collaboration , said Prof. Lee Sang Chun, Chairman of NST.
Lee is impressed with the construction of the pilot plant and will take account of the possibility for further collaboration.
This is a good example for us to start working together and will focus on the energy sector , said Lee, who was accompanied by the President of KIST, Dr. Lee Byung Gwon .
Optimism is also expressed by Dr. Laksamana T Handoko, Deputy for Engineering Sciences . Indonesia has the potential as energy producer and we are very open for further collaborations, said Handoko.
He considers NST is quite enthusiastic with the construction of the pilot plant related with bioethanol pilot plant operation where LIPI and NST will finance the maintenance.
According to Handoko, the consideration is based on the financial performance is expensive . Running cost is IDR 100 million per month, excluding the cost of maintenance, said Handoko.
Solution for the collaboration is to invite other institutions to join . They do not have to build the infrastructure as LIPI will provide, he added.
Handoko expects the pilot plant can be operated continuously. I inform NST honestly , if there is no further collaboration program especially for the cost of maintainance, the pilot plant will be used as science museum. But NST has strong commitment to continue the collaboration of at least for the next two years, he concluded. (Ys/Sc)
Published in
LIPI (Humas, 18 November 2014)
Tiga pejabat tinggi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengikuti Pameran Inovasi Pejabat Tinggi Aparatur Sipil Negara (ASN), Kamis pekan lalu, di Kantor Lembaga Administrasi Negara (LAN) Jakarta.
Ketiga pejabat tinggi ini adalah Sekretaris Utama (Sestama) Dr. Siti Nuramaliati Prijono, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) Dr. Laksana Tri Handoko, dan Deputi Jasa Ilmiah (Jasil) Prof. Dr. Bambang Subiyanto.
Sestama LIPI memaparkan inovasi ‘Proyek Perubahan Peningkatan Peran Indonesian Culture Collection (Ina CC) sebagai Pusat Depositori Nasional untuk Koleksi Mikroba di Indonesia’.
Kemudian, Deputi IPT menawarkan inovasi mengenai ‘Reformasi SDM dan Lingkungan Kerja Menuju Lembaga Riset Berkelas Dunia’.
Dan terakhir, Deputi Jasil mengusung inovasi ‘Peningkatan Kinerja Kedeputian Bidang Jasa ilmiah melalui penguatan Korporasi dan Pengaturan Kembali Organisasi Pasca Reorganisasi LIPI’.
Pameran Inovasi ASN sendiri menghadirkan 30 peserta kalangan pejabat Eselon I dari berbagai instansi pemerintah. Melalui pameran bertajuk ‘Revolusi Mental Aparatur Sipil Negara Menuju Indonesia Hebat’ ini, peserta diarahkan untuk mempromosikan inovasi yang mereka hasilkan.
Pembukaan pameran tersebut dilakukan oleh Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Dr. Yuddy Chrisnandi. Dalam sambutannya, Yuddy mengimbau para ASN untuk memberikan kerja terbaik, meninggalkan ego golongan untuk kepentingan bangsa yang lebih luas.
Yuddy mengharapkan para pemimpin ASN adalah orang yang memiliki kompetensi, keunggulan, kapabilitas, dan memberikan pelayanan kepada publik dengan sebaik-baiknya.
“Sebagai pemimpin ASN, berbagai inovasi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Karena masyarakat kini menginginkan pelayanan lebih dari yang sudah ada selama ini. Pastikan bahwa gerakan revolusi mental berawal dari diri sendiri,” tutupnya. (de, pw)
Published in
Fujitsu (18 November 2014)
On November 11th 2014, Fujitsu Asia Conference was held in Jakarta, Indonesia and gathered senior leaders and executives from both leading businesses and government agencies. Following Singapore, Thailand, Vietnam and Myanmar, this was the fifth Fujitsu Asia Conference this year and continued our theme - Human Centric Innovation. Fujitsu kicked off the event by explaining our activities aimed at resolving social challenges and our future vision for Asia. Furthermore, with the support of guest speakers from the region, attendees were encouraged to consider future ICT trends in Indonesia. Fujitsu Asia Conference Jakarta hosted over 150 people and was a great success!
Fujitsu Asia Conference Jakarta opened with a greeting from Mr. Achmad Sunuadji Sofwan, Managing Director-PT, Fujitsu Indonesia. "Fujitsu provides an extensive range of solutions as well as products. We will continue to offer our customers in Indonesia comprehensive solutions that leverage our many years of experience in Japan and all over the world." Using ICT to overcome social challenges in Asia, Disaster Management Following the opening greeting, Tatsuya Tanaka, Corporate Executive Officer SVP, Head of Asia Region of Fujitsu Limited, introduced Fujitsu's business structure and activities in Asia. Mr. Tanaka explained that for Indonesia, whose ecological structure is very similar to Japan, the development of viable social infrastructure that supports preventative measures for natural disasters, is very important. This was also reflected in a case study from Indonesia where the Disaster Information Management System helped BPBD DKI Jakarta accelerate information management for disaster mitigation, particularly during severe flooding that hit Jakarta. Tatsuya Tanaka continued, "Fujitsu wants to help grow our customer's business in Asia and support society using ICT". He demonstrated how this will be achieved through three pillars; "Modernization" - the optimization of existing systems; "Business Innovation" - ICT for mobility, cloud, and big data solutions; and "Social Innovation" - the resolution of social issues. In conclusion he reinforced "Fujitsu will continue to be an innovation partner for business and society in Indonesia".
Guest speech "THE STRATEGIC ROLE OF ICT FOR NATION BUILDING" Ir. Bambang Heru Tjahjono M.Sc., Director General Informatics Application, Ministry of Communications and Information Technology Fujitsu invited Ir. Bambang Heru Tjahjono M.Sc. to provide a guest presentation. He addressed the current use of ICT in Indonesia and how ICT will contribute to the growth of Indonesia as a nation. As Indonesia now trys to accelerate broadband access, Bambang Heru Tjahjono explained "The fusion of cyberspace and real space will continue to be advanced by ICT in the future. This will also enhance the prosperity of the nation and will give way to the development of an effective ICT ecosystem that gives consideration to regulations and policies, market vitality and the business environment". Human Centric Innovation, how will the future be different? Dr. Hideyuki Saso, President, Fujitsu Laboratories Limited, delivered a keynote speech titled - Human Centric Innovation, how will the future be different? Hideyuki Saso focused on how the use of ICT has evolved, including the collection and processing of large amounts of data, and how this will contribute to innovation in business and society. He further explained how this was aligned to activities currently being undertaken by Fujitsu Laboratories. The presentation began by introducing certain technology developments and how this has reflected changes in the business environment. An example was the significant improvements in supercomputer performance and mobile communications speeds. Specifically he mentioned that the processing capacity of Fujitsu's supercomputer over the last 20 years has improved by 100,000 times. As a result it has seen dramatic advancements in a variety of fields, such as medicine, were a supercomputer simulation now makes it possible to precisely replicate heart movements and can significantly improve the drug discovery process. In addition, for many ASEAN countries experiencing rapid urbanization, ICT can also help improve social issues such as traffic congestion, air pollution, and energy problems. Drawing attention to some of Fujitsu Laboratory activities, Hideyuki Saso introduced the high precision fire & smoke detection technology based on image processing, developed though collaboration with A*STAR and Singapore Management University. "Leveraging our technology and experience from Japan and globally, Fujitsu will deliver professional support and systems that truly understand characteristics of business and industry in Indonesia."
How will the future be different? This business session took place with the theme - How will the future be different? It consisted of a collaborative expert discussion around how people will use the power of ICT to create a more prosperous, safer, and sustainable society in the future. Prof. Dr. Ir. Suhono Harso Supangkat, CGEIT opened the business session by explaining the importance of developing a Smart City for the resolution of urban and social challenges, such as population growth and global warming. He further discussed the "City Dashboard" platform and how it will enable people to visualize city related information, such as traffic conditions, in real time.
Business Session "Indonesian Smart City Initiatives" Prof. Dr. Ir. Suhono Harso Supangkat, CGEIT, Vice Chairman of the Board of Smart City Bandung 2014, Chairman of Institute for Innovation and Entrepreneurship Development of ITB, Special Staff of the Ministry of Communications and Information and the National ICT Council Member 2007-2009 The next speaker was Shinsuke Hamada, Head of the Office of CSR Dept, who took the stage to address the importance of Business Continuity Planning (BCP). He strongly reiterated that there are many things that can be learnt from our experience following the devastation of the Tohoku region in Japan. "We can share and take advantage of our knowledge and experience in Japan, to create a safer and more sustainable future in other Asian countries."
Dr. Laksana Tri Handoko M.Sc., Deputy Chairman for Engineering Sciences at Indonesian Institute of Sciences (LIPI). LIPI is a leading research organization in earth science, life science, and social science and aims to build a prosperous nation for Indonesia. As the next guest to take the stage, he revealed that research the institute conducts in these fields is strongly supported through ICT infrastructure based on Fujitsu's leading edge PRIMERGY servers.
Business Session "First Indonesia cluster dedicated for scientific computing" Dr. Laksana Tri Handoko M.Sc., Deputy Chairman for Engineering Sciences at Indonesian Institute of Sciences The business session and conference was concluded by Mikito Kiname, Head of the Global Marketing Unit. Taking the stage, Mikito Kiname expressed his appreciation to the guest speakers and everyone for taking part in the conference. He continued by elaborating on the conference theme - Human Centric Innovation. Mr. Kiname articulated "In order to create innovation, there are three key management resources; People, Information and Infrastructure". In his final message, as he closed the conference, he stated "Fujitsu wants to build a prosperous society through co-creation with customers in Indonesia, using ICT".
Closing Speech "Human Centric Innovation" Mikito Kiname, Head of Marketing Unit, Fujitsu Limited
Published in
Sindo Trijaya (Ari Sinaga, 11 November 2014)
Published in
Selasar.com (Ika Akbarwati, November 2014)
Joko Widodo telah resmi menggabungkan Kementerian Riset dan Teknologi dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) dalam Kabinet Kerja 2014 – 2019. Kementerian itu kini bernama Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek dan Dikti). M. Nasir dipercaya menjadi Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi pada Kabinet Kerja 2014-2019.
Langkah Jokowi tersebut disambut baik oleh Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, L.T. Handoko. Menurutnya sejumlah negara telah melakukan penggabungan antara bidang pendidikan dan riset agar diurus oleh satu kementerian.
Kementerian Ristek dan Dikti sebelumnya bernama Kementerian Riset dan Teknologi. Sebelumnya, kementerian ini ditempati oleh Gusti Muhammad Hatta yang memiliki latar belakang kehutanan, ada pula Suharna Surapranata pada periode 2009 hingga 2011 yang memiliki latar belakang fisika.
Nasir sendiri sebelumnya dipercaya sebagai Rektor Universitas Diponegoro, Semarang, dan rencananya akan dilantik 18 Desember 2014. Kala itu, Nasir punya visi universitas yang dipimpinnya berkembang sebagai perguruan tinggi berbasis riset. Ia juga bercita-cita membentuk komunitas peneliti mahasiswa.
Peringkat universitas-universitas asal Indonesia di dunia pada tahun 2013 menurut Webometrics masih berada di peringkat 600-an dunia. Tiga Universitas terbaik di Indonesia adalah: Institut Teknologi Bandung (ITB) di peringkat 600 dunia, Universitas Gadjah Mada (UGM) di peringkat 640 dunia dan Universitas Indonesia (UI) di peringkat 653 dunia.
Refleksi Kondisi Riset di Indonesia
Publikasi ilmiah adalah salah satu perwujudan karya dan identitas bagi seorang peneliti maupun dosen. Publikasi ilmiah biasanya berupa tulisan dalam bentuk paper yang dimuat dalam jurnal atau berkala ilmiah. Indonesia sendiri publikasi ilmiah yang berbasis riset masih minim.
Menurut data dari www.scimagojr.com berdasarkan jumlah paper ilmiah yang dipublikasikan dalam skala internasional Indonesia pada tahun 2013 hanya berada di peringkat 61 dunia dari 239 negara. Jumlah publikasi internasional dari Indonesia pada periode 1996 – 2013 mencapai 25.481. Indonesia bahkan tertinggal dengan Kuba yang berada di peringkat 59 dengan publikasi 27.139 artikel.
Jika dibandingkan hanya dengan negara-negara di kawasan Asia, Indonesia berada di peringkat ke-11. China merupakan negara Asia yang amat produktif dalam menghasilkan publikasi ilmiah. Negara tersebut sepanjang periode 1996 – 2013 menghasilkan 3.129.719 publikasi. China menempati posisi pertama di Asia dan kedua di dunia, hanya kalah dari Amerika Serikat.
Posisi Indonesia di Asia hingga tahun 2013 belum bisa dikatakan membanggakan. Di antara negara-negara anggota ASEAN Indonesia masih kalah dengan Singapura yang berada di posisi ke-7 Asia dengan jumlah publikasi 171.037. Malaysia berada di posisi ke-8 Asia dengan jumlah publikasi 125.084. Thailand berada di peringkat 9 Asia dengan jumlah publikasi 95.690. Dengan demikian artinya Indonesia berada di posisi ke-4 di antara negara-negara ASEAN. Indonesia bahkan kalan dari Pakistan yang ada di posisi 10 dengan jumlah publikasi sebanyak 70.208.
Hasil dari pengembangan riset adalah penemuan yang menghasilkan hak paten. Pada tahun 2012 untuk pertama kalinya China menjadi negara dengan jumlah pengajuan paten terbesar di dunia. China mengajukan paten sebanyak 560.681, lebih banyak dibandingkan pengajuan paten oleh penduduk Jepang yaitu 486.070 maupun Amerika Serikat yang berjumlah 460.276. Pada tahun 2012 lalu juga untuk pertama kalinya jumlah pengajuan paten yang dikabulkan di seluruh dunia melampaui angka 1 juta dengan komposisi 649.200 diajukan di negara tempat tinggal pengaju dan 439.600 diajukan di negara di luar tempat tinggal pengaju.
Untuk Indonesia tercatat pada tahun 2013 lalu sendiri jumlah paten yang diajukan melalui Patent Cooperation Treaty (PCT) berdasarkan asal negara sebanyak 14 paten. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2011 yang hanya 8 paten. Meskipun demikian Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan Malaysia yang mencapai 310 paten.
Jumlah permohonan pendaftaran paten dari Indonesia ke Amerika Serikat selama periode 2005 – 2010 tercatat masih jauh di bawah Singapura, Malaysia, Thailand bahkan Filipina.
Paten dari Indonesia selama periode itu hanya sedikit di atas Vietnam, Myanmar dan Brunei Darussalam. Di antara delapan negara di kawasan Asean, posisi Indonesia, dalam hal jumlah paten ke AS, berada di urutan ke lima, sedangkan tiga terbawah adalah Vietnam, Myanmar dan Brunei Darussalam.
Paten dari Indonesia ke Negara Paman Sam tersebut selama tahun 2010, menurut data United States Patent and Trademark Office (USPTO) hanya tercatat 6 permohonan. Angka itu memang naik 100 persen bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya ada 3 permohonan.
Jumlah permohonan paten dari Indonesia ke Negara Adidaya itu terlihat timpang sekali bila dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina.
Menurut data USPTO itu, aplikasi paten dari Singapura pada tahun 2010 mencapai 603, Malaysia (202 aplikasi), Thailand (46 aplikasi), Filipina (37 aplikasi), Indonesia (6 aplikasi), Vietnam (2 aplikasi),sementara itu Myanmar dan Brunei Darusslam tidak satupun mengajukan aplikasi paten.
Published in
Koran Sindo (30 October 2014)
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kebutuhan mendasar bagi sebuah bangsa.
Apalagi di era globalisasi yang serbakompetitif seperti sekarang ini, tanpa memiliki keduanya adalah persoalan besar. Karena itu, pendidikan sejak dini berbasis iptek mutlak diberikan agar inovasi nasional semakin bermunculan di masa mendatang.
Menyadari hal itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berupaya terus mendorong anakanak muda di dalam negeri supaya terbiasa melakukan kerjakerja penelitian.
Saat ini juga, hampir di semua sekolah (SD, SMP, SMA, dan setingkatnya) telah ada kegiatan ekstrakurikuler bersifat karya ilmiah siswa. LIPI dalam beberapa programnya juga kerap menyelenggarakan ajang karya ilmiah, mulai tingkat provinsi, nasional maupun internasional. Pada 30 Oktober- 1 November 2014, LIPI didaulat menjadi penyelenggara International Exhibition for Young Inventors (IEYI) 2014 dengan mengambil tema Creating A Better Future Through Innovation di Gedung SMESCO Convention Center Jakarta.
Menurut Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain, tujuan penyelenggaraan IEYI secara umum antara lain untuk meningkatkan motivasi remaja dalam menumbuhkembangkan ide-ide kreatif dan inovatif melalui penemuan mereka. Kemudian meningkatkan daya tarik remaja untuk berkreasi di bidang iptek. “Tujuan lainnya adalah menumbuh kembangkan sikap berani berkompetisi di ajang internasional pada kalangan remaja dan memberikan wadah bagi mereka untuk saling berbagi pengalaman dan informasi terkait invensi di bidang iptek,” tuturnya.
Iskandar menjelaskan bahwa sejak diselenggarakan pertama kalinya, Iskandar melanjutkan, IEYI telah menampilkan ribuan penemuan remaja termasuk penemu dari para remaja Indonesia. Dalam setiap penyelenggaraannya, penemu-penemu terbaik memperoleh apresiasi berupa medali emas, perak dan perunggu melalui sistem penjurian. Pada penyelenggaraan tahun lalu di Malaysia, Indonesia meraih tiga emas dan dua perak. Ajang IEYI kali ini diikuti belasan negara dari berbagai belahan dunia.
Negara- negara tersebut adalah Jepang, Mesir, Nigeria, Taiwan, Hong Kong, Filipina, Malaysia, Thailand, India, Iran dan Indonesia. “Para peserta merupakan inovator remaja berusia maksimal 18 tahun. Mereka bisa secara individu maupun kelompok dengan maksimal dua inventor,” papar Ketua Dewan Juri IEYI dan Kompetisi Ilmiah LIPI Laksana Tri Handoko.
Selain IEYI, secara bersamaan LIPI juga menyelenggarakan kompetisi ilmiah nasional National Young Inventors Award (NYIA) VII. Jadi, total inventor remaja yang datang di acara ini semuanya berjumlah sekitar 202 inventor, yang terdiri dari peserta internasional sebanyak 142 inventor dan 60 inventor peserta nasional.
Dalam rangkaian penyelenggaraan kedua kegiatan tersebut, beberapa workshop dan seminar inovasi juga diselenggarakan bekerja sama dengan berbagai mitra (stakeholders ). Pada ajang NYIA VII kali ini, tiga pemenang telah ditetapkan. Juara pertama diberikan kepada dua siswa SMA Negeri 4 Pontianak Syarif Muhammad Nur Taufiq dan Nurul Annisa dengan inovasi mereka bertema “Lens_RG: Lensa Kontak bagi Penderita Buta Warna Parsial Merah-Hijau”.
“Lensa kontak yang merupakan modifikasi dengan proses sensitasi pigmen merah tumbuhan secang ini dinilai mampu membantu penderita buta warna. Penelitian ini akan memberikan manfaat besar bagi dunia kesehatan,” ungkap Syarif kepada KORAN SINDO kemarin. Untuk juara kedua, penghargaan diberikan kepada dua siswa kelas XII IPA SMA Muhammadiyah 02 Sidoarjo, Yusril Anwar dan Dyhan Ramadhan, yang membuat ASYVO tech home (android system and voice recognition).
“Alat ini memberi kemudahan bagi penghuni rumah dalam mengontrol keamanan rumah berbasis perintah suara dan kendali jarak jauh menggunakan aplikasi android,” kata Yusril Anwar. Sementara gelar juara ketiga diperoleh Hanif Faalih Wienico Kusuma dan Akmal Khalid Farhan dari SMA IT Al- Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto dengan hasil risetnya yang bertajuk “Ikat Pinggang Sistem Ekolokasi Portabel Ber-output Getaran sebagai Alat Bantu Jalan Penyandang Tunanetra”.
Menurut Hanif, sistem ini menggunakan gelombang ultrasonik, sensor ultrasonik HC-SR04, serta motor DC yang dirancang sebagai alat bantu jalan penderita tunanetra. Dalam pembuatannya, peneliti merancang alat agar dapat digunakan senyaman dan semudah mungkin bagi penyandang tunanetra.
Setelah itu, dibuat program untuk mengatur mikrokontroler agar memberi isyarat pada motor DC supaya menghasilkan getaran ketika jarak antara sensor dan objek kurang dari 150 cm serta semakin kuat ketika jarak antara sensor dengan objek semakin dekat.
Published in Antara (30 October 2014)
Sekitar 22 orang remaja di 11 negara mengikuti International Exhibition for Young Inventors (IEYI) 2014, yang digelar di Gedung SMESCO Convention Center Jakarta, pada 30 Oktober hingga 1 November 2014.
"Pelaksanaan IEYI sebagai bentuk dukungan terhadap remaja di bidang iptek," kata Kepala LIPI Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain, di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan ajang IEYI tahun ini, diikuti oleh belasan negara dari berbagai belahan dunia. Negara-negara tersebut adalah Jepang, Mesir, Nigeria, Taiwan, Hongkong, Filipina, Malaysia, Thailand, India, Iran dan Indonesia.
Ajang ini menampilkan ratusan karya invensi atau penemuan para remaja dari berbagai negara di dunia. Pada penyelenggaraan tahun ini, LIPI dipercaya sebagai tuan rumah dengan mengambil tema "Creating a Better Future through Innovation".
"Para peserta merupakan inovator remaja berusia maksimal 18 tahun. Mereka bisa secara individu maupun kelompok dengan maksimal dua inovator," katanya.
Ia mengatakan tujuan penyelenggaraan IEYI secara umum, antara lain untuk meningkatkan motivasi remaja dalam menumbuhkembangkan ide-ide kreatif dan inovatif melalui penemuan mereka. Kemudian, meningkatkan daya tarik remaja untuk berkreasi di bidang iptek.
"Tujuan lainnya adalah menumbuhkembangkan sikap berani berkompetisi di ajang internasional pada kalangan remaja dan memberikan wadah bagi mereka untuk saling berbagi pengalaman dan informasi terkait invensi bidang iptek," ujarnya.
Menurut dia, sejak diselenggarakan pertama kalinya, IEYI telah menampilkan ribuan penemuan remaja termasuk invensi dari para remaja Indonesia. Dalam setiap penyelenggaraannya, invensi-invensi terbaik memperoleh apresiasi berupa medali emas, perak dan perunggu melalui sistem penjurian.
"Pada penyelenggaraan tahun lalu di Malaysia, Indonesia sendiri meraih tiga emas dan dua perak," katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Juri IEYI dan Kompetisi Ilmiah LIPI Dr. Laksana Tri Handoko mengungkapkan, proses penjurian IEYI tahun ini tentu tidak jauh beda dengan penyelenggaraan sebelumnya.
"Tim Dewan Juri berasal dari Indonesia dan internasional yang terseleksi," kata Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI tersebut. (*)
Published in
Indo Pos (30 October 2014)
Anak Indonesia kembali mengharumkan nama bangsa, kali ini, anak-anak berbakat itu menyabet sejumlah penghargaan di ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI), yang di selenggarakan di Indonesia, 30 Oktober hingga 1 November 2014.
Ajang pengembangan iptek yang mengangkat tema ‘Creating a Better Future Trought Innovation’ ini, diamanatkan kepada Lembaga Ilmu Pengetauan Indonesia (LIPI), sebagai tuan rumah.
Ajang kompetisi anak muda yang telah memasuki kali yang 10 sejak pembentukan pertama kalinya di tahun 2003 silam, di ikuti oleh belasan negara dari berbagai belahan dunia. Negara-negara tersebut adalah Jepang, Mesir, Nigeria, Taiwan, Hongkong, Filipina, Malaysia, Thailand, India, Iran dan Indonesia.
Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain menyebutkan, Sejak diselenggarakan pertama kalinya IEYI telah menampilkan ribuan penemuan remaja termasuk invensi dari para remaja Indonesia.
”Dalam setiap penyelenggaraannya, invensi-invensi terbaik memperoleh apresiasi berupa medali emas, perak dan perunggu melalui sistem penjurian. Pada penyelenggaraan tahun lalu di Malaysia, Indonesia sendiri meraih tiga emas dan dua perak, dan untuk tahun ini Indonesia ada peningkatan perolehan medali,“ ungkapnya, kepada awak media, disela-sela penyerahan medali, di Gedung SMESCO Convention Center Jakarta, Sabtu (1/11), malam.
Menurutnya, sebagai sebuah kompetisi berlevel Internasional, tentunya, banyak tujuan yang akan dicapai dalam setiap penyelenggaraannya. Salah satu tujuan utamanya, kata dia adalah untuk meningkatkan motivasi remaja dalam menumbuhkembangkan ide-ide kreatif dan inovatif melalui penemuan mereka.
“Selain itu untuk meningkatkan daya tarik remaja untuk berkreasi di bidang iptek, menumbuhkembangkan sikap berani berkompetisi di ajang internasional pada kalangan remaja, memberikan wadah bagi mereka untuk saling berbagi pengalaman dan informasi terkait invensi bidang iptek, bisa juga sebagai ajang saling mengenalkan budaya bangsa,” terangnya, kepada awak media.
Kedepannya, Ajang yang rutin diselenggarakan setahun sekali ini, akan sangat bermanfaat tidak hanya untuk peserta, namun juga, buat masyarakat, bangsa dan negara, dengan terus-menerus melakukan pengembangan. Pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Juri IEYI dan Kompetisi Ilmiah LIPI, Laksana Tri Handoko menyebutkan ajang yang di ikuti sekira 202 invensi yang terdiri dari peserta internasional sebanyak 142 invensi dan peserta nasional sejumlah 60 invensi ini, merupakan ajang anak remaja yang rata-rata masih duduk di sekolah Dasar dan menengah.
Mereka datang secara individu maupun kelompok dengan maksimal dua innovator. ”proses penjurian IEYI tahun ini tentu tidak jauh beda dengan penyelenggaraan sebelumnya. Dewan Juri berasal dari Indonesia dan internasional yang terseleksi, dengan rata-rata peserta remaja yang masih bersekolah di tingkat dasar dan menengah, mereka berusia maksimal 18 tahun,” ungkapnya.
Selain menyelenggarakan kompetisi di bidang Iptek, pada kesempatan yang sama, LIPI juga menyelenggarakan ajang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR). “Selain menggelar IEYI, LIPI pada kesempatan yang sama juga menyelenggarakan kegiatan kompetisi ilmiah LIPI yakni Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR),” kata Kepala Biro Kerja sama Hukum dan Humas LIPI, Nur Tri Aries.
Menurutnya, Kompetisi ilmiah nasional LIPI, merupakan ajang pameran bagi para remaja dalam menampilkan hasil karya ilmiahnya. “Kegiatan ini dilangsungkan sebagai pemacu semangat meneliti, kreativitas dan inovasi masyarakat yang berbasis iptek,” paparnya.
Berikut nama peserta Indonesia yang mendapatkan medali, di ajang IEYI dan LKIR 2014:
Pemenang Lomba LKIR bidang Kependuukan 2014 Nasional;
Published in
Metro TV (Syarief, 30 October 2014)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menutup ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI) dan Kompetisi Ilmiah LIPI 2014 yang berlangsung di Gedung SMESCO Convention Center, Jakarta, Minggu (2/11/2014).
Acara yang berlangsung sejak 30 Oktober hingga 1 November 2014 menampilkan 202 invensi, terdiri dari 142 invensi peserta intenasional dan 60 invensi peserta nasional.
Dari seluruh invensi yang tampil itu, dewan juri memilih para pemenangnya mendapatkan apresiasi medali emas, perak, dan perunggu, dalam acara penganugerahan pemenang di Auditorium LIPI Jakarta.
Kepala LIPI Prof Dr Iskandar Zulkarnain mengatakan invensi-invensi para remaja yang mengikuti ajang IEYI maupun Kompetisi Ilmiah LIPI yakni Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan National Young Inventor Awards (NYIA) dinilai Tim Dewan Juri guna menjadi yang terbaik dan mendapatkan medali.
Invensi-invensi yang mendapat penghargaan medali itu merupakan hasil ide kreatif terbaik dari para remaja yang harus terus diapresiasi dan didukung.
"Semangat berinovasi dan rasa ingin tahu mereka harus terus dikembangkan, walaupun masih sederhana. Semangat untuk menjawab persoalan di sekitar dengan cara sederhana itulah yang harus dipertahankan," kata Iskandar usai menutup kompetisi ilmiah tersebut.
Dikatakan, animo kaum muda untuk berinovasi dengan memanfaatkan IPTEK mesti terus dipacu. Apalagi remaja Indonesia berkompetisi di tingkat internasional perlu lebih ditingkatkan.
"Kompetisi dalam skala global adalah langkah untuk membangun rasa percaya diri dan rasa ingin tahu para remaja. Sehingga, mereka akan lebih maju lagi dalam berinovasi," tegasnya.
Ketua Dewan Juri IEYI dan Kompetisi Ilmiah LIPI Dr Laksana Tri Handoko mengatakan invensi-invensi para remaja yang tampil dalam ajang IEYI, LKIR dan NYIA kali ini terbilang unik dan menarik. Ia bersama tim dewan juri lain berupaya obyektif dalam menentukan pemenang dari ratusan invensi tersebut.
Sementara, Ketua Panitia Penyelenggara IEYI dan Kompetisi Ilmiah LIPI Nur Tri Aries S menambahkan para remaja yang berkompetisi dalam LKIR dan NYIA juga akan mendapatkan apresiasi medali yang sama dengan IEYI dan penghargaan lainnya.
"LKIR mengambil tiga pemenang utama dari tiga kategori Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sedangkan, NYIA mengambil tiga pemenang invensi terbaik," ungkap Kepala Biro Kerja sama, Hukum dan Humas LIPI tersebut.
Ajang IEYI kali ini diikuti belasan negara dari berbagai belahan dunia. Negara-negara tersebut adalah Jepang, Mesir, Nigeria, Taiwan, Hongkong, Filipina, Malaysia, Thailand, India, Iran, dan Indonesia.
Sedangkan ajang LKIR dan NYIA diikuti puluhan pelajar dari berbagai wilayah Indonesia. LKIR saat ini memasuki penyelenggaraan yang ke-46 dan NYIA memasuki pergelaran yang ke-7.
Nur Tri menambahkan International Exhibition for Young Inventors (IEYI) merupakan ajang pameran kreativitas invensi remaja tahunan bertaraf internasional yang diselenggarakan sejak 2004 silam di Jepang. Ajang ini menampilkan ratusan karya invensi/penemuan para remaja dari berbagai negara di dunia. Pada penyelenggaraan tahun ini, LIPI dipercaya sebagai tuan rumah. Penyelenggaraan IEYI kali ini memasuki tahun ke-10 dengan mengambil tema Creating a Better Future through Innovation.
Published in Harian Nasional (30 October 2014)
LIPI menjadi tuan rumah sekaligus penyelenggara forum dan pameran tahunan khusus untuk penemu muda dunia, International Exhibition for Young Inventors (IEYI).
Perhelatan IEYI merupakan hasil dari pertemuan The International Forum of Intelectual Property (IFIP), yang diinisiasi Japan Institute of Invention and Innovation (JIII), pada November 2003, di Tokyo, Jepang.
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Iskandar Zulkarnain, mengatakan pelakasanaan IEYI sebagai bentuk dukungan terhadap penemuan para remaja di bidang iptek.
"Secara umum, IEYI untuk meningkatkan motivasi remaja dalam menumbuhkembangkan ide-ide kreatif dan inovatif melalui penemuan mereka," ujar Iskandar di Gedung SMESCO Convention Center pada acara pembukaan IEYI, Kamis (30/10).
Iskandar melanjutkan, dengan adanya perlombaan tersebut dapat menumbuhkan sikap untuk berani berkompetisi bagi para remaja di ajang internasional.
"Selain itu, juga menjadi wadah bagi mereka untuk saling berbagi pengalaman dan informasi terkait penemuan bidang iptek," kata Iskandar.
Kompetisi IEYI untuk kali ini diikuti peserta dari berbagai belahan dunia, seperti Jepang, Mesir, Nigeria, Taiwan, Hongkong, Filipina, Malaysia, Thailand, India, Iran, dan Indonesia.
"Para peserta merupakan remaja inovator yang berusia maksimal 18 tahun. Mereka terdiri dari individu maupun kelompok dengan maksimal dua inovator," ungkap Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksana Tri Handoko.
Perhelatan yang berlangsung 30 Oktober 2014 hingga 1 November ini tak hanya menampilkan hasil kompetisi skala internasional IEYI, melainkan juga inovasi ilmiah LIPI yakni Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan National Young Inventors Awards (NYIA).
Jumlah temuan IEYI dan Kompetisi Ilmiah LIPI 2014 yang dipamerkan dalam ajang kali ini ada sekitar 202 temuan yang terdiri dari 142 temuan peserta internasional, dan 60 temuan peserta nasional. (ajg)
Published in Tempo (30 October 2014)
Sebanyak 22 remaja dari 11 negara mengikuti International Exhibition for Young Inventors (IEYI) 2014. Acara ini digelar di Gedung SMESCO Convention Center Jakarta, pada 30 Oktober hingga 1 November 2014. "Pelaksanaan IEYI sebagai bentuk dukungan terhadap remaja di bidang Iptek," kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Iskandar Zulkarnain, di Jakarta, Kamis 30 Oktober 2014.
Asal negara peserta meliputi Jepang, Mesir, Nigeria, Taiwan, Hong Kong, Filipina, Malaysia, Thailand, India, Iran dan Indonesia. IEYI menampilkan ratusan karya invensi atau penemuan para remaja dari berbagai negara di dunia. Tahu ini LIPI dipercaya sebagai tuan rumah dengan mengambil tema: Creating a Better Future through Innovation.
"Para peserta merupakan inovator remaja berusia maksimal 18 tahun. Mereka bisa secara individu maupun kelompok dengan maksimal dua inovator," kata Iskandar. Tujuan penyelenggaraan IEYI untuk memotivasi remaja mengembangkan ide kreatif dan inovatif di bidang Iptek.
"Tujuan lainnya adalah menumbuhkembangkan sikap berani berkompetisi di ajang internasional pada kalangan remaja dan memberikan wadah bagi mereka untuk saling berbagi pengalaman dan informasi terkait invensi bidang Iptek," ujarnya.
Ketua Dewan Juri IEYI dan Kompetisi Ilmiah LIPI, Laksana Tri Handoko, mengatakan penjurian IEYI tidak jauh beda dengan penyelenggaraan sebelumnya. "Tim Dewan Juri berasal dari Indonesia dan negara lain yang terseleksi," kata Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI tersebut.
Kepala Biro Kerja sama, Hukum dan Humas LIPI Nur Tri Aries S, MA menambahkan bahwa selain menggelar IEYI, LIPI pada kesempatan yang sama juga menyelenggarakan kegiatan kompetisi ilmiah LIPI yakni Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan National Young Inventors Awards (NYIA).
"Kompetisi ilmiah nasional LIPI merupakan ajang pameran bagi para remaja dalam menampilkan hasil karya ilmiahnya. Kegiatan ini dilangsungkan sebagai pemacu semangat meneliti, kreativitas dan inovasi masyarakat yang berbasis iptek," ujarnya.
Published in
VIVAnews (30 October 2014)
Agar anak muda berani berkompetisi dan mengeluarkan ide kreatif.
VIVAnews - International Exhibition for Young Inventors (IEYI) diselenggarakan hari ini, Kamis 30 Oktober 2014. Kini, Indonesia menjadi tuan rumah dari perhelatan pameran penemuan para remaja dari berbagai negara.
Perhelatan IEYI merupakan hasil dari pertemuan The International Forum of Intelectual Property (IFIP), yang diinisiasi Japan Institute of Invention and Innovation (JIII), pada November 2013, di Tokyo, Jepang.
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Iskandar Zulkarnain, mengatakan pelakasanaan IEYI sebagai bentuk dukungan terhadap penemuan para remaja di bidang iptek.
"Secara umum, IEYI untuk meningkatkan motivasi remaja dalam menumbuhkembangkan ide-ide kreatif dan inovatif melalui penemuan mereka," ujar Iskandar di Gedung SMESCO Convention Center.
Iskandar melanjutkan, dengan adanya perlombaan tersebut dapat menumbuhkan sikap untuk berani berkompetisi bagi para remaja di ajang internasional.
"Selain itu, juga menjadi wadah bagi mereka untuk saling berbagi pengalaman dan informasi terkait penemuan bidang iptek," kata Iskandar.
Kompetisi IEYI untuk kali ini diikuti peserta dari berbagai belahan dunia, seperti Jepang, Mesir, Nigeria, Taiwan, Hongkong, Filipina, Malaysia, Thailand, India, Iran, dan Indonesia.
"Para peserta merupakan remaja inovator yang berusia maksimal 18 tahun. Mereka terdiri dari individu maupun kelompok dengan maksimal dua inovator," ungkap Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksana Tri Handoko.
Perhelatan yang berlangsung 30 Oktober 2014 hingga 1 November ini tak hanya kompetisinya saja yang ditampilkan, melainkan juga inovasi ilmiah LIPI yakni Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan National Young Inventors Awards (NYIA).
Jumlah temuan IEYI dan Kompetisi Ilmiah LIPI 2014 ada sekitar 202 temuan yang terdiri dari 142 invesi dan peserta nasional sekitar 60 invensi. (asp)
Published in
Suara Pembaruan (30 October 2014)
Inventor Muda Indonesia meraih dua emas dalam kompetisi sains "International Exhibition of Young Inventors" (IEYI) 2014 di Jakarta, 30 Oktober hingga 1 November.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Minggu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menganugerahkan dua mendali emas kepada inventor muda asal SMA 3 Semarang dan SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta.
Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain mengatakan invensi-invensi yang mendapat penghargaan medali itu merupakan hasil ide kreatif terbaik dari para remaja yang harus terus diapresiasi dan didukung.
Semangat berinovasi dan rasa ingin tahu mereka harus terus dikembangkan, walaupun masih sederhana. Semangat untuk menjawab persoalan di sekitar dengan cara sederhana itulah yang harus dipertahankan, katanya.
"Kompetisi dalam skala global adalah langkah untuk membangun rasa percaya diri dan rasa ingin tahu para remaja. Sehingga, mereka akan lebih maju lagi dalam berinovasi," ujar dia.
Ketua Dewan Juri IEYI dan Kompetisi Ilmiah LIPI yang juga merupakan Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan invensi-invensi para remaja yang tampil dalam ajang IEYI, LKIR, dan NYIA kali ini terbilang unik dan menarik. Tim dewan juri telah berupaya seobyektif mungkin menentukan pemenang dari ratusan invensi tersebut.
IEYI menyediakan 20 medali emas, 20 medali perak, dan 30 medali perunggu untuk setiap pemenangnya dari berbagai kategori. Kategori inovasi dalam IEYI terbagi ke dalam enam hal di antaranya disaster management, education and recreation, food and agriculture, green technology, safety and health, dan technology for special needs.
Ajang tersebut menampilkan sebanyak 202 invensi yang terdiri dari 142 invensi peserta internasional dan 60 invensi peserta nasional. Para inventor muda datang dari belasan negara seperti Jepang, Mesir, Nigeria, Taiwan, Hongkong, Filipina, Malaysia, Thailand, India, Iran dan Indonesia.
Sedangkan, ajang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan National Young Inventors Awards (NYIA) diikuti puluhan pelajar dari berbagai wilayah Indonesia. LKIR saat ini memasuki penyelenggaraan yang ke-46 dan NYIA memasuki pergelaran yang ke-7.
Ketua Panitia Penyelenggara IEYI dan Kompetisi Ilmiah LIPI yang juga Kepala Biro Kerja sama, Hukum dan Humas LIPI Nur Tri Aries S mengatakan LKIR mengambil tiga pemenang utama dari tiga kategori Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sedangkan, NYIA mengambil tiga pemenang invensi terbaik.
Pemenang Indonesia Peraih mendali emas dalam ajang IEYI 2011 dari Indonesia yakni Dayu Laras Wening dan Luthfia Adila dari SMA 3 Semarang yang mengembangkan tongkat detektor borak (Stick of Borax Detector/SIBODEC), juga Naufal Rasendriya Apta R dan Archel Valiano dari SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta yang mengembangkan lampu sein helm otomatis sebagai standar keamanan pengendara motor.
Peraih mendali perak dari Indonesia diraih Muhammad Arifin Dobson dari Universitas Parahyangan Bandung dengan kategori teknologi hijau, Ahmad Jaka Ismaya dan Muhammad Togar Arif dari SMA Dharma Karya Tangerang Selatan dengan invensi kategori keamanan dan kesehatan, Nurina Sahra Rahmati dan Tri Ayu Lestari dari SMA 6 Yogyakarta dengan kategori invensi keamanan dan kesehatan, Rezkita Rahmadhani Rudjito dan Sefira Firdianti Putri Fuadi dari Kharisma Bangsa School dengan kategori invensi kesehatan, dan Baskara dari SMA Pangudi Luhur Van Lith dengan kategori invensi keamanan dan kesehatan.
Peraih mendali perunggu IEYI 2014 asal Indonesia ada 11 yakni Muhammad Hanif Sugiyanto dan Swakresna Edityomurti dari SMAN 6 Yogyakarta, Akbar Bagas Pramantya dan Kenny Reida Dharmawan dari SMAN 3 Semarang, Weni Sirait dari SMA Kharisma Bangsa Tangerang Selatan, Leonardo dan Alvin Clarence Hayadi dari St Hendrikus Senior High School Surabaya, Muhammad Syahrul Nizam dari SMA Taruna Nusantara Magelang, Annisa Puteri Raka dari SMAN 6 Yogyakarta, Budiman Mansur Halim dan Fernando Augustin dari Narada Junior High School Jakarta, Linus Nara Pradhana dari SMA 16 Surabaya, Alan Satria dan Felix Wibysana Budianto dari St Hendrikus Senior High School, Dwi Puji Rahayu dan Retno Arfianti dari SMK Boedi Oetomo 2 Gandrungman Cilacap, dan Baskara dari SMA Pangudi Luhur Van Lith.
Sementara itu, mendali emas terbanyak IEYI 2014 diperoleh inventor muda asal Taiwan dengan jumlah 13, diikuti inventor muda Jepang dengan jumlah dua, inventor muda Malaysia mendapat satu, inventor muda Thailand mendapat satu, begitu pula inventor muda Filipina mendapat satu mendali emas. [Ant/L-8]
Published in Pikiran Rakyat (30 October 2014)
Indonesia melalui Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjadi tuan rumah penyelenggaraan pameran invensi remaja internasional atau “International Exhibition for Young Inventors (IEYI)".
Ajang yang memasuki tahun ke-10 itu mengusung tema "Creating a Better Future through Innovation" dan dijadwalkan berlangsung di Gedung SMESCO Convention Center, Jakarta, pada 30 Oktober hingga 1 November 2014.
Sebagaimana keterangan yang diperoleh “PRLM” di Jakarta, Rabu (29/10/2014) disebutkan, IEYI merupakan ajang pameran kreativitas invensi remaja tahunan bertaraf internasional yang diselenggarakan sejak 2004 di Jepang. Ajang ini menampilkan ratusan karya invensi/penemuan para remaja dari berbagai negara di dunia.
Dijelaskan, ajang IEYI dirintis berdasarkan hasil pertemuan “The International Forum of Intelectual Property (IFIP)” yang terbentuk di Tokyo Jepang pada November 2003. Pertemuan itu diinisiasi oleh “Japan Institute of Invention and Innovation (JIII)”.
Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain menuturkan bahwa tujuan penyelenggaraan IEYI secara umum antara lain untuk meningkatkan motivasi remaja dalam menumbuhkembangkan ide-ide kreatif dan inovatif melalui penemuan mereka.
Kemudian, meningkatkan daya tarik remaja untuk berkreasi di bidang iptek. “Tujuan lainnya adalah menumbuhkembangkan sikap berani berkompetisi di ajang internasional pada kalangan remaja dan memberikan wadah bagi mereka untuk saling berbagi pengalaman dan informasi terkait invensi bidang iptek,” ujarnya.
Sejak diselenggarakan pertama kalinya, IEYI telah menampilkan ribuan penemuan remaja, termasuk invensi dari para remaja Indonesia. Dalam setiap penyelenggaraannya, invensi-invensi terbaik memperoleh apresiasi berupa medali emas, perak, dan perunggu melalui sistem penjurian. Pada penyelenggaraan tahun lalu di Malaysia, Indonesia meraih tiga emas dan dua perak.
Ketua Dewan Juri IEYI dan Kompetisi Ilmiah LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan, proses penjurian IEYI tahun ini tidak jauh berbeda dengan penyelenggaraan sebelumnya. "Tim Dewan Juri berasal dari Indonesia dan internasional yang terseleksi," katanya.
Handoko yang juga Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI itu menuturkan, ajang IEYI kali ini diikuti oleh belasan negara dari berbagai belahan dunia. Negara-negara tersebut adalah Jepang, Mesir, Nigeria, Taiwan, Hongkong, Filipina, Malaysia, Thailand, India, Iran, dan Indonesia.
“Para peserta merupakan inovator remaja berusia maksimal 18 tahun. Mereka bisa secara individu maupun kelompok dengan maksimal dua inovator,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Biro Kerja Sama, Hukum dan Humas LIPI Nur Tri Aries S menuturkan, selain menggelar IEYI, pada kesempatan yang sama LIPI juga menyelenggarakan kegiatan kompetisi ilmiah, yakni Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan National Young Inventors Awards (NYIA).
Dia menjelaskan, jumlah invensi IEYI dan Kompetisi Ilmiah LIPI 2014 sekitar 202 invensi, terdiri dari peserta internasional sebanyak 142 invensi dan peserta nasional sebanyak 60 invensi. Dalam rangkaian penyelenggaraan kedua kegiatan tersebut, sejumlah “workshop” dan seminar inovasi juga akan diselenggarakan bekerja sama dengan berbagai mitra atau stakeholders”. (Agus Ibnudin/A-89)
Published in
detikNews (30 October 2014)
Siang ini Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengadakan pameran invensi remaja berskala internasional, atau International Exhibition for Young Inventors (IEYI) 2014. Acara ini merupakan pameran kreativitas remaja tahunan bertaraf internasional yang telah diselenggarakan sejak 2004 di Jepang.
Ajang ini menampilkan ratusan penemuan ilmiah para remaja dari berbagai negara di dunia. Untuk penyelenggaraan IEYI tahun ini, Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah, dengan tema menyelenggaraan "Creating a Better Future Through Innovation".
"Tujuan penyelkenggaraan IEYI adalah untuk mengembangkan inovasi serta ide kreatif penemuan mereka. Selain itu juga untuk mengembangkan sikap berani berkompetisi di ajang internasional pada kalangan remaja dan memberikan wadah bagi mereka untuk saling berbagi pengalaman dan informasi terkait invensi di bidang iptek," ujar Kepala LIPI, Prof Dr Iskandar Zulkarnain, di Gedung SMESCO Convention Center, Jalan Gatot Subroto, Pancoran, Jaksel, Kamis (30/10/2014).
Tak hanya para penemu muda Indonesia yang unjuk kebolehan dalam pameran kali ini. Beberapa finalis dari negara lain, seperti Malaysia, Filipina, Taiwan, Thailand, Jepang, serta beberapa negara lainnya, turut serta meramaikan serta mempresentasikan penemuan mereka yang menarik dan kreatif.
'The heat and stain protecting apron' salah satu contohnya. Penemuan ilmiah dari dua orang remaja asal Thailand ini menampilkan sebuah apron atau celemek masak yang memungkinkan orang untuk terhindar dari noda minyak dan panas yang berasal dari makan yang dimasak maupun kompor. Bahan yang digunakan pun mudah dicari, yaitu plastik makanan yang tak terpakai yang digabung menjadi satu. Bahan plastik dipilih karena mudah untuk dibersihkan.
Inovasi dari remaja Indonesia yang mengikuti ajang internasional ini juga tak kalah menariknya. Tengok saja 'Lifting Wheel Chair', karya Muamar Musa, siswa kelas XII SMA 6 Yogyakarta. Berawal dari pengamatannya kepada penyandang cacat atau lumpuh yang kesulitan untuk naik ke tempat tidur setelah duduk di kursi roda, maka remaja ini membuat sebuah kursi roda dengan sistem motor dan ulir yang ditaruh di bawah kursi, sehingga memungkinkan keluarga pasien untuk menaik-turunkan tempat duduk. Hal ini tentunya dapat memudahkan para penyandang cacat untuk dipindahkan dengan mudah.
"Para peserta merupakan inovator remaja berusia maksimal 18 tahun. Mereka bisa secara individu maupun kelompok dengan maksimal dua inovator," jelas ketua dewan juri IEYI dan Kompetisi Ilmiah LIPI, Dr Laksana Tri Handoko.
Jumlah penemuan yang mengikuti ajang IEYI dan Kompetisi LIPI tahun ini berjumlah 202 penemuan, yang terdiri dari 142 invensi dari peserta internasional dan 60 penemuan dari para penemu muda Nasional. Acara ini akan diselenggarakan dari tanggal 30 Oktober hingga 1 November 2014.
Published in
okezone (30 October 2014)
Inovator-inovator muda Indonesia harus terus didukung. Apalagi jika ide kreatif mereka berguna bagi masyarakat banyak.
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain mengatakan, meskipun baru berupa penelitian sederhana, semangat berinovasi dan rasa ingin tahu para inventor muda itu harus terus dikembangkan.
"Semangat untuk menjawab persoalan di sekitar dengan cara sederhana itulah yang harus dipertahankan," ujar Iskandar.
Salah satu bentuk dukungan LIPI terhadap inovasi anak muda adalah penyelenggaraan The 10th International Exhibition for Young Inventors (IEYI) 2014 dan Kompetisi Ilmiah LIPI 2014, belum lama ini. IEYI 2014 menampilkan 202 invensi yang terdiri dari 142 invensi peserta internasional dan 60 invensi peserta nasional. Tidak sekadar pameran, para peserta IEYI 2014 juga memperebutkan puluhan medali emas, perak, dan perunggu.
Menurut Iskandar, animo kaum muda untuk berinovasi dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) perlu terus dipacu. Khususnya, agar pemuda Indonesia lebih bersemangat dalam berkompetisi di tingkat internasional.
“Kompetisi dalam skala global adalah langkah untuk membangun rasa percaya diri dan rasa ingin tahu para remaja. Sehingga, mereka akan lebih maju dalam berinovasi,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Juri IEYI dan Kompetisi Ilmiah LIPI Dr. Laksana Tri Handoko mengatakan, invensi-invensi para remaja yang tampil dalam ajang IEYI, LKIR, dan NYIA kali ini terbilang unik serta menarik. Berbagai inovasi tersebut dikelompokkan menjadi enam kategori yaitu disaster management, education and recreation, food and agriculture, green technology, safety and health dan technology for special needs.
"Dewan juri berupaya seobjektif mungkin untuk menentukan pemenang dari ratusan invensi tersebut. Selain tiga medali yang akan dibagikan, ada pula Special awards dari beberapa negara perwakilan," ujar Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI ini. (rfa)
Published in
Bandung TV (30 October 2014)
Tayangan acara Peresmian Pembangkit Listrik Biogas di Pondok Pesantren Baiturrahman, Desa Cikoneng, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung pada 29 Oktober 2014. Tayangan ini adalah cuplikan dari acara Info Ceremonial, Bandung TV pada 30 Oktober 2014.
Pembangkit Listrik Biogas adalah salah satu pembangkit listrik alternatif yang memanfaatkan biogas hasil kotoran sapi, kotoran manusia dan sampah keluarga yang diolah menjadi sumber energi listrik.
Published in Balitbang Kominfo (24 October 2014)
Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika berkerja sama dengan LIPI dan IEEE (Institute of Electrical and Electronic Engineering) menyelenggarakan seminar IC3NA - International Conference on Computer, Control, Informatics and Its Applications dengan mengusung tema New Opportunities and Challenges on Big Data di Bandung, 21-23 Oktober 2014. Seminar dibuka secara resmi oleh Bapak Dr. L.T.Handoko selaku Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, beliau menyampaikan melalui seminar ini, diharapkan menjadi sarana diskusi, berbagi pengalaman dan best practise dengan para pakar Big Bata dari berbagai negara sehingga ditemukan solusi bersama mengatasi berbagai permasalahan, terutama isu keamanan informasi (information security),data sensitif dari adanya tren Big Data. Disamping itu, diharapkan melalui seminar ini dapat menambah kontribusi Indonesia terhadap lingkungan ilmiah dan iptek global.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Bapak Dr. Hedi M Idris menyampaikan ucapan selamat datang kepada seluruh pembicara dan peserta seminar. Dalam sambutannya, Kepala Puslitbang PPI menegaskan bahwa Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah yang sangat luas, harus mampu menguasai dan mengaplikasikan teknologi yang berkaitan dengan Big Data, seperti integrasi data kependudukan, data kesehatan dan data telekomunikasi.
Seminar IC3INA 2014 merupakan kelanjutan dari UC3INA 2013, dipaparkan 34 paper dari dari seluruh dunia yang telah melewati proses seleksi. Pembicara kunci yang hadir dalam acara seminar tersebut ialah Pierre Vande Vyvre , Group Leader Alice 02 Project-CERN- Swiss dan Tiranee Achalakul dengan topik Big Data for Big Science : the upgrade of the ALICE experiment at CERN, dan Rajkumar Buyya dari Melbourne University – Australia dengan topik Market-oriented Cloud Computing and Big Data Applications. Sedangkan pembicara lainnya adalah Shi-Jinn Horng – Distinguished Professor dari National Taiwan University of Science and Technology;, Associate Professor, Computer Engineering Department, dari King Mongkut’s University of Technology Thonburi.
Published in
Suara Pembaruan (9 October 2014)
Meskipun pasar bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEE) baru resmi dilakukan pada 2015, namun saat ini sesungguhnya Indonesia sudah diserbu pasar bebas, hanya saja kegiatan atau aktivitas tersebut masih terbatas. Mau tidak mau Indonesia pun harus siap jika tidak ingin dilindas.
Plt Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Akmadi Abbas mengingatkan perlunya kesiapan sumber daya manusia menghadapi MEA 2015 jika tidak siap Indonesia tidak berdaya, diambil alih berbagai potensi dan sulit menekan persaingan.
Menurutnya inovasi berbasis iptek dan produrivitas merupakan kunci untuk memenangkan persaingan dalam era perdagangan bebas ASEAN.
"Perdagangan bebas dapat dianggap sebagai suatu hal positif jika pemain yang berperan di dalamnya memiliki berbagai kompetensi dan kemampuan yang mumpuni salah satunya bidang inovasi dan teknologi," katanya di sela Forum Tahunan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Informasi dan Nasional (IPTEKIN) IV, di Jakarta, Kamis (9/10).
Forum IPTEKIN ini menjadi momentum mengingatkan semua pihak bahwa Indonesia harus segera berbenah dan mempersiapkan diri sebaik mungkin menghadapi pasar bebas ASEAN.
Sebab persaingan dalam era keterbukaan perdagangan ini tidak bisa bertumpu pada strategi ekonomi maupun perdagangan semata, tapi minim dalam investasi penelitian dan pengembangan inovasi teknologi.
Pemberlakukan pasar bebas memiliki konsekuensi bahwa setiap negara yang menjadi peserta harus mempunyai kompetensi dan kemampuan mumpuni, khususnya di bidang inovaasi dan teknologi untuk memenangkan persaingan.
Namun disadari kondisi Indonesia saat ini cukup mengkhawatirkan karena kapasitas inovasi, kapabilitas teknologi dan kemampuan industri tergolong rendah.
Dalam forum IPTEKIN tersebut hadir pula Dr Sarah Cheah dari National University of Singapore pernah menjabat sebagai Vice Chairmaan AStar ETPL, Dr Ilham Habibie ilmuwan, pengusaha dan saat ini menjabat Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI LT Handoko, Kepala Pusat Penelitian Perkembangan Iptek LIPI Trina Fizzanty serta Deputi Bidang Kelembagaan Iptek Kementerian Riset dan Teknologi Mulyanto.
Ilham Habibie mengingatkan menghadapi pasar bebas ASEAN, keunggulan komperatif harus menjadi keunggulan kompetitif. Penelitian dasar lanjutnya butuh teknologi penerapannya meski tidak semuanya harus dibuat seperti itu. Namun paling tidak ada penelitian dasar yang bisa diterapkan di pasar untuk memajukan iptekin.
Menghadapi pasar bebas ASEAN ada perusahaan-perusahaan yang bisa meningkat pesat asal didukung teknologi seperti nanoteknologi, teknologi informasi dan komunikasi serta energi terbarukan.
"Di bidang agronanoteknologi misalnya dalam 3-5 tahun sudah bisa berkembang dan ada produk unggulannya," ucapnya. [R-15/L-8]
Published in
Berita Satu (9 October 2014)
Plt Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Akmadi Abbas mengingatkan, perlunya kesiapan sumber daya manusia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Menurutnya, inovasi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan produktivitas merupakan kunci untuk memenangkan persaingan dalam era perdagangan bebas ASEAN.
"Perdagangan bebas dapat dianggap sebagai suatu hal positif jika pemain yang berperan di dalamnya memiliki berbagai kompetensi dan kemampuan yang mumpuni salah satunya bidang inovasi dan teknologi," katanya di sela Forum Tahunan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Informasi dan Nasional (Iptekin) IV, di Jakarta, Kamis (9/10).
Forum Iptekin ini menjadi momentum mengingatkan semua pihak bahwa Indonesia harus segera berbenah dan mempersiapkan diri sebaik mungkin menghadapi pasar bebas ASEAN. Sebab, persaingan dalam era keterbukaan perdagangan ini tidak bisa bertumpu pada strategi ekonomi maupun perdagangan semata, tapi minim dalam investasi penelitian dan pengembangan inovasi teknologi.
Pemberlakukan pasar bebas memiliki konsekuensi, setiap negara yang menjadi peserta harus mempunyai kompetensi dan kemampuan mumpuni, khususnya di bidang inovasi dan teknologi untuk memenangkan persaingan. Namun disadari kondisi Indonesia saat ini cukup mengkhawatirkan karena kapasitas inovasi, kapabilitas teknologi dan kemampuan industri tergolong rendah.
Dalam forum Iptekin tersebut hadir pula Dr Sarah Cheah dari National University of Singapore yang pernah menjabat sebagai Vice Chairmaan AStar ETPL, Dr Ilham Habibie, ilmuwan, pengusaha dan saat ini menjabat Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI LT Handoko, Kepala Pusat Penelitian Perkembangan Iptek LIPI Trina Fizzanty, serta Deputi Bidang Kelembagaan Iptek Kementerian Riset dan Teknologi Mulyanto.
Ilham Habibie mengingatkan, menghadapi pasar bebas ASEAN, keunggulan komperatif harus menjadi keunggulan kompetitif. Penelitian dasar, lanjutnya, butuh teknologi penerapannya meski tidak semuanya harus dibuat seperti itu. Setidaknya, menurut dia, ada penelitian dasar yang bisa diterapkan di pasar untuk memajukan Iptekin.
Menghadapi pasar bebas ASEAN ada perusahaan-perusahaan yang bisa meningkat pesat asal didukung teknologi, seperti nanoteknologi, teknologi informasi dan komunikasi, serta energi terbarukan. "Di bidang agronanoteknologi misalnya dalam 3-5 tahun sudah bisa berkembang dan ada produk unggulannya," ujarnya.
Published in Gatra (9 October 2014)
Pasar Bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan segera diberlakukan pada tahun depan. Pemberlakuan pasar bebas tersebut memiliki konsekuensi bahwa setiap negara yang menjadi peserta harus mempunyai kompetensi dan kemampuan mumpuni, khususnya di bidang inovasi dan teknologi untuk memenangkan persaingan.
Sayangnya, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menilai bahwa kondisi Indonesia saat ini cukup mengkawatirkan karena kapasitas inovasi, kapabilitas teknologi dan kemampuan industri masih terkategori rendah.
Akmadi Abbas, Plt. Kepala LIPI mengatakan bahwa inovasi berbasis IPTEK dan produktivitas merupakan kunci untuk memenangkan persaingan dalam era perdagangan bebas ASEAN. “Perdagangan bebas dapat dianggap sebagai suatu hal positif jika pemain yang berperan di dalamnya memiliki berbagai kompetensi dan kemampuan yang mumpuni, salah satunya bidang inovasi dan teknologi,” ungkapnya di Jakarta, Rabu (9/10).
Sementara Kepala Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek) LIPI, Trina Fizzanty menambahkan bahwa Indonesia sebaiknya segera melakukan perbaikan mendasar bila ingin menjadi pemenang dan negara termaju di kawasan ASEAN dengan ekonomi nomor tujuh terbesar di dunia.
“Sektor yang perlu dibenahi adalah kapasitas inovasi, kapabilitas teknologi dan kemampuan industri yang masih rendah. Indikator ini ditunjukkan dari jumlah paten Indonesia yang relatif rendah dibandingkan negara ASEAN lainnya,” jelas Trina.
Berdasarkan hasil riset Pappiptek pada tahun lalu, lanjutnya, hanya segelintir industri nasional yang bisa menembus pasar ASEAN bahkan global. Itu pun baru pada tataran ekspor atau maksimum baru pada investasi fasilitas produksi dan belum ditemukan industri yang berinvestasi pada litbang di negara lain seperti Tiongkok.
Hal ini menurut Trina, tentu menjadi catatan tersendiri dan perlu ditanggapi segera dengan langkah-langkah yang strategis, seperti kolaborasi pengembangan iptek dan inovasi dengan negara-negara di kawasan, serta mendorong munculnya industri berbasis iptek dan inovasi.
“Strategi ke depan perlu diarahkan pada penciptaan industri dengan nilai ekonomi tinggi. Selain itu, industri harus menjadikan iptek dan inovasi sebagai strategi meningkatkan kontribusi Indonesia terhadap kemajuan ekonomi nasional dan negara-negara kawasan ASEAN,” paparnya.
Berkaca dari hal itu, negeri ini tentu perlu segera berbenah diri jika tidak ingin terlindas dalam persaingan global. Untuk mencari solusi tentang persoalan tersebut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengupasnya dalam Forum Tahunan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi (IPTEKIN) Nasional IV pada Kamis, 9 Oktober 2014.
Forum IPTEKIN Nasional IV bisa menjadi momentum untuk mengingatkan semua pihak bahwa Indonesia harus segera berbenah dan mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi pasar bebas ASEAN. Sebab, persaingan dalam era keterbukaan perdagangan ini tidak bisa bertumpu pada strategi ekonomi maupun perdagangan semata, tapi minim sekali dalam investasi penelitian dan pengembangan (litbang) inovasi maupun teknologi.
Acara yang menginjak tahun ke-4 penyelenggaraan tersebut menghadirkan tiga pembicara utama yang handal di bidangnya masing-masing. Mereka adalah Dr Sarah Cheah dari National University of Singapore (NUS) dan pernah menjabat sebagai Vice Chairman AStar ETPL, Dr Ilham Habibie ilmuwan dan pengusaha yang saat ini menjabat sebagai Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia, dan Dr LT Handoko Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.
Published in Pikiran Rakyat (9 October 2014)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan menggelar Forum Tahunan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi (Iptekin) Nasional IV, dijadwalkan berlangsung di Auditorium Utama LIPI, Jakarta, Kamis (9/10/2014). Forum yang mengusung tema “Kapasitas Inovasi, Kapabilitas Teknologi, dan Kinerja Industri menuju Pasar Bebas ASEAN 2015” itu akan diikuti oleh peneliti, akademisi, praktisi, dan unsur pemerintahan.
Kepala Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek) LIPI Trina Fizzanty menuturkan, forum Iptekin Nasional IV bisa menjadi momentum untuk mengingatkan semua pihak bahwa Indonesia harus segera berbenah dan mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi pasar bebas ASEAN.
Ditegaskan dia, Indonesia sebaiknya segera melakukan perbaikan mendasar apabila ingin menjadi pemenang dan negara termaju di kawasan ASEAN dengan ekonomi nomor tujuh terbesar di dunia.
“Sektor yang perlu dibenahi adalah kapasitas inovasi, kapabilitas teknologi, dan kemampuan industri yang masih rendah. Indikator ini ditunjukkan dari jumlah paten Indonesia yang relatif rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima “PR” Online di Jakarta, Rabu (8/10/2014).
Trina menjelaskan, berdasarkan hasil riset Pappiptek pada tahun lalu, hanya segelintir industri nasional yang bisa menembus pasar ASEAN, bahkan global. Itu pun baru pada tataran ekspor atau maksimum baru pada investasi fasilitas produksi dan belum ditemukan industri yang berinvestasi pada litbang di negara lain, seperti Tiongkok.
Hal ini tentu menjadi catatan tersendiri dan perlu ditanggapi segera dengan langkah-langkah yang strategis, seperti kolaborasi pengembangan iptek dan inovasi dengan negara-negara di kawasan, serta mendorong munculnya industri berbasis iptek dan inovasi.
“Strategi ke depan perlu diarahkan pada penciptaan industri dengan nilai ekonomi tinggi,” katanya.
Selain itu, tutur dia, industri harus menjadikan iptek dan inovasi sebagai strategi meningkatkan kontribusi Indonesia terhadap kemajuan ekonomi nasional dan negara-negara kawasan ASEAN.
Sebagaimana diketahui, Pasar Bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEE) akan segera diberlakukan pada tahun depan. Pemberlakuan pasar bebas tersebut memiliki konsekuensi bahwa setiap negara yang menjadi peserta harus mempunyai kompetensi dan kemampuan mumpuni, khususnya di bidang inovasi dan teknologi untuk memenangkan persaingan.
Trina menuturkan, Forum Iptekin Nasional IV merupakan ajang tahunan yang berupaya mencari solusi agar Indonesia memenangkan persaingan global.Kegiatan yang menginjak tahun ke-4 penyelenggaraan itu akan menghadirkan tiga pembicara utama yang andal pada bidangnya masing-masing. Mereka adalah Dr. Sarah Cheah dari National University of Singapore (NUS) dan pernah menjabat sebagai Vice Chairman AStar ETPL.
Kemudian, Dr. Ilham Habibie yang merupakan ilmuwan dan pengusaha yang saat ini menjabat sebagai Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia, serta Dr. LT Handoko yang tercatat sebagai Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.(Agus Ibnudin-"PR"/A-88)***
Published in Siaran Pers Kalbe (14 September 2014)
PT Kalbe Farma Tbk. (Kalbe) hari ini menyelenggarakan penganugerahan Kalbe Science Awards 2014 di Hotel Four Seasons Jakarta. Acara penganugerahan ini dihadiri oleh Prof. Dr. Ir. H. Gusti Muhammad Hatta, MS. (Menteri Riset dan Teknologi RI) dan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie.
“Kalbe percaya akan pentingnya meningkatkan pemahaman akan dunia sains dari mulai usia dini sampai ke tingkat yang lebih tinggi. Sehingga diharapkan masyarakat semakin menyadari betapa besar peranan sains dalam mendukung terciptanya kemajuan berkelanjutan, kemandirian serta kemakmuran dari suatu bangsa,” ujar Irawati Setiady, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk.
“Kalbe Science Awards tahun ini penyelenggaraannya terbagi atas dua kegiatan yakni Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) yang ditujukan bagi peneliti cilik yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan Ristek Kabe Science Award (RKSA) yang ditujukan bagi peneliti senior yang sehari-hari berkecimpung di dunia penelitian. Seluruh pemenang KJSA dan RKSA telah melewati proses penjurian yang sangat ketat di Jakarta, mereka mempresentasikan hasil karya/penelitiannya langsung di depan Dewan Juri,” ujar Pre Agusta, Ketua Panitia Kalbe Science Award 2014.
Dalam acara ini Kalbe mengundang keynote speaker seorang praktisi stem cell yaitu Tristan Bolmont, PhD – Chief Scientist, Stemedica International yang akan membawakan materi tentang Stem Cell Therapy Application for Alzheimer's Patients.
Adapun pemenang favorit KJSA 2014 adalah Eveline Maghfiryani A. dari Semarang, sedangkan delapan pemenang lainnya adalah Seto Bayu Aji Langlang Jagad & Ridwan Kuasa Samudra Singajaya dari Bogor, Magfira Wahyu Febrianty dari Jember, Najiyah Nurul Faizah & Nur Alfia Rahmah dari Bogor, Farrel Hung dari Bandung, Edward Pandji & David dari Surabaya, Laurentia Holly & Chelsea Victoria dari Bandung, Pebri Kristian Yafet & Minarti dari Kapuas Hulu, Tomoji Hamay Kusuma & Dhafin Fadhlan Kamal dari Bandung.
Pemenang favorit KJSA berhak memperoleh hadiah tabungan pendidikan sebesar Rp 15 Juta dan delapan pemenang lainnya mendapatkan tabungan pendidikan sebesar Rp 10 Juta. Selain itu seluruh pemenang bersama guru pembimbingnya berkesempatan mengunjungi Singapore Science Center di Singapura.
Sementara pemenang RKSA untuk kategori Best Research Award adalah Prof. Dr. Edy Meiyanto, M.Si, Apt dari Universitas Gadjah Mada (Juara I), Dr. Heni Rachmawati, Apt, M.Si dari Institut eknologi Bandung (Juara II) dan Dr. drh. NLP Indi Dharmayanti, M.Si dari Balai Besar Penelitian Veteriner, Kementerian Pertanian, Bogor (Juara III). Untuk kategori Young Scientist Award dimenangkan oleh dr. Gunadi, Ph.D dari Universitas Gadjah Mada. Para pemenang Best Research Award mendapatkan hadiah sebesar Rp 100 Juta untuk Juara I, Rp 70 juta Juara II dan Rp 50 juta Juara III. Sedangkan pemenang Young Scientist Award mendapatkan Rp 70 Juta.
Published in
LIPI (12 September 2014)
Penyelenggaraan Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) selama delapan hari dari tanggal 7 hingga 14 September 2014 di Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara memberikan manfaat tersendiri bagi pembelajaran riset bahari. Setidaknya ada empat manfaat dari kegiatan yang mengusung tema “Iptek untuk Kelangsungan Bahari” tersebut.
“PIRN yang diselenggarakan di Wakatobi ini berupaya memperlihatkan kejayaan kekuatan bahari Indonesia yang perlu dieksplorasi secara baik berlandaskan iptek kepada para generasi muda. Sehingga, pengelolaan potensi bahari tersebut bisa maksimal,” tandas Dr. Laksana Tri Handoko, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat memberikan sambutan dalam kegiatan PIRN mewakili Kepala LIPI, Senin (8/9) lalu.
Handoko pun mengulas bahwa empat manfaat pembelajaran riset kelautan itu ditinjau dari sisi nilai ekonomis, nilai ekologi, nilai estetika, serta nilai pendidikan dan penelitian. Pertama, nilai ekonomis bagi perekonomian masyarakat sekitar maupun pengembangan industri bahari bagi devisa negara.
Kedua, lanjutnya, nilai ekologi berupa konservasi laut yang dapat menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik maupun abiotik di daratan maupun perairan. Sedangkan ketiga, nilai estetika adalah keindahan tempat penyelenggaraan PIRN di Wakatobi dapat dikembangkan sebagai usaha pariwisata alam.
“Nilai terakhir atau yang keempat adalah pendidikan dan penelitian yang menawarkan pengetahuan tentang kelautan serta habitat ketika dijadikan laboratorium lapangan,” tutur Handoko.
Dari keempat manfaat tersebut, ia mengungkapkan bahwa sangatlah beruntung remaja-remaja yang terpilih menjadi peserta PIRN tahun ini. Mereka memiliki kesempatan untuk belajar ilmu pengetahuan sekaligus menikmati keindahan dan kekayaan laut Wakatobi berikut menggali tantangan-tantangan yang dihadapi.
“Ini berkaca pula pada pengalaman saya tertarik menekuni dunia penelitian. Saya dulu termasuk yang beruntung bisa mengikuti kegiatan semacam PIRN atau Karya Ilmiah Remaja karena akhirnya membawa saya ke profesi peneliti seperti saat ini,” ungkapnya.
Agen Perubahan
Handoko sendiri selalu antusias tatkala ajang pembinaan generasi muda seperti PIRN digelar. Sebab, hal ini merupakan sumbangsih dan komitmen serius LIPI dalam mempersiapkan generasi masa depan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. “Generasi muda adalah agen perubahan untuk peduli dan aktif terlibat terhadap isu-isu sosial di sekeliling mereka,” jelasnya.
Oleh karena itu, Yusuar, Kepala Bagian Bina Ilmiah Masyarakat (BIM) Biro Kerja Sama, Hukum dan Humas (BKHH) LIPI menambahkan, ajang PIRN diharapkan mampu menjadi fondasi untuk mengembangkan potensi dan wawasan para remaja Indonesia di bidang penelitian. Ajang ini juga dapat menjadi media interaktif untuk bersosialisasi, bertukar pikiran, dan kolaborasi dengan rekan-rekan pemuda yang berasal dari seluruh Indonesia.
“Mereka satu sama lain dapat melihat potensi pembangunan yang bisa dikembangkan maupun menganalisis isu-isu dan permasalahan sosial yang terjadi di setiap wilayah masing-masing,” imbuhnya.
Ia menuturkan, pengalaman dan wawasan yang diperoleh dari kegiatan PIRN diharapkan pula mampu membangun karakter para remaja untuk menjadi pemimpin masa depan, agen perubahan serta menjadi generasi yang mampu menjadi bagian dari jaringan komunikasi global.
Dikatakannya, kegiatan PIRN selalu berusaha juga memberikan bimbingan yang bertujuan untuk menumbuhkan kemandirian dalam mencari alternatif pemecahan masalah yand dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. “Apalagi, kegiatan penelitian di kalangan generasi muda Indonesia bukan sesuatu yang asing,” tutupnya.
Sekedar informasi, kegiatan PIRN kali ini diikuti sebanyak 600 orang dari 30 provinsi. Mereka terdiri dari 450 orang pelajar SMP dan SMA serta 150 orang guru pembimbing tingkat SMP-SMA/sederajat dari seluruh Indonesia. Untuk PIRN Ke-14 tahun 2015 mendatang, tuan rumah penyelenggaraan direncanakan di Kota Tasikmalaya Jawa Barat. (pw)
Published in Wakatobi (9 September 2014)
Sebanyak 536 yag berasal dari berbagai daerah di Tanah Air mengikuti Kegiatan Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN XIII), jumlah tersebut termasuk remaja asal Wakatobi utusan dari sejumlah sekolah di daerah ini. PIRN merupakan kegiatan yang digelar oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi. Pembukaan kegiatan ini berlangsung di Lapangan Merdeka Wangi-Wangi, Senin 8 September 2014.
Saat membuka kegiatan tersebut Bupati Wakatobi Ir. Hugua memaparkan visi Kabupaten Wakatobi dalam mengelola keunikan dan kekayaan biodiversitas alam bawah laut wakatobi yang menjadikannya sebagai kawasan ekologis penting hingga menjadi cagar biosfer bumi. Beliau juga mengharapkan dengan adanya kegiatan peserta ini dapat menumbuhkan budaya yang berpikir kreatif dengan prinsip-prinsip ilmiah para peserta, sehingga di masa mendatag dapat menerapkan pembangunan berkelanjutan dengan menjaga keseimbangan ekonomi, ekologi dan budaya masyarakat.
Senada dengan hal tersebut, Diputi Ilmu Pengetahuan Teknil LIPI Dr. LT Handoko memberikan gambaran mengenai kegiatan PIRN yang bertemakan” Iptek untuk keberlangsungan bahari dan daya saing bangsa di Wakatobi “.
Pesta rakyat kabuenga, penampilan dari aceh dan hidangan liwo dari pemerintah daerah dan masayarakat Wakatobi memberikan nuasa tradisional pada pembukaan PIRN ke 13 di Wakatobi ini (Humas)
Published in
LIPI (14 August 2014)
(Jakarta – Humas LIPI). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik tengah menjajaki kerjasama pengembangan Mobil Listrik dan Mobil Hybrid hasil riset Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatonik dengan Warwick Manufacturing Group, lembaga riset dibawah naungan University of Warwick yang berkedudukan di Coventry, Inggris.
Hal tersebut terungkap dalam kunjungan Warwick Manufacturing Group yang diwakili oleh Director of External and International Relations Warwick Manufacturing Group Mr. David Mullins, Senin (11/8) lalu di Kampus LIPI Gatot Subroto, Jakarta. Kunjungan diterima langsung oleh Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Dr. Laksana Tri Handoko didampingi oleh Kepala Biro Kerjasama, Hukum dan Humas LIPI Nur Tri Aries, M.A, Kepala Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Dr. Budi Prawara dan pejabat terkait di lingkungan LIPI.
“Program University of Warwick dapat lebih dikembangkan pada internship dan learning by doing bagi para peneliti yang langsung bisa berhubungan dengan peneliti di Warwick Manufacturing Group,” jelas Handoko. Menurutnya, hal tersebut lebih diperlukan bagi peningkatan kapasitas peneliti di area penelitiannya masing-masing.
Lebih lanjut lagi, kerjasama antara LIPI dan University of Warwick akan dijajaki pengembangan dalam bidang penelitian bidang makanan, energi, obat-obatan, pengiriman siswa master dan doktoral dalam kapasitas peningkatan pendidikan dan sumber daya manusia di lingkungan LIPI.(rd)
Published in Ilmuwan Cilik (29 Agustus 2014)
Ilmuwan Cilik akan menceritakan proses penjurian 18 Finalis Kalbe Junior Scientist Award 2014 untuk menentukan Ilmuwan cilik terbaik Indonesia 2014. Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2014 adalah program lomba karya sains untuk siswa tingkat sekolah dasar di seluruh Indonesia. Seperti yang sudah kita ketahui, KJSA sudah diselenggarakan sejak tahun 2011 ini digelar untuk siswa sekolah dasar khususnya kelas 4-6 dengan kategori karya sains berupa teknologi terapan, ilmu pengetahuan alam dan matematika.
Penjurian Finalis Kalbe Junior Sceintist Award 2014 dilaksanakan di Ruang Kecapi Hotel Santika TMII Jakarta Timur para dewan juri KJSA 2014 kembali berkumpul untuk menentukan 18 Finalis yang berhasil masuk. Penjurian yang dimulai pada pukul 14.00 ini diawali dengan pemeriksaan berkas dan pemberian nilai terhadap 718 hasil karya yang masuk cukup membuat dewan juri kewalahan.
“Animo peserta lomba sains ini masih tetap tinggi, dibanding KJSA 2013 jumlah peserta meningkat dari 665 peserta menjadi 718 peserta di tahun 2012,“ ujar Pre Agusta, Direktur Kalbe sekaligus Ketua Umum Kalbe Scientist Award 2014. “Kalbe secara konsisten menggelar KJSA sebagai bagian mengenalkan dunia sains kepada masyarakat Indonesia khususnya anak-anak,” lanjut Pre Agusta.
“Dalam iklim informasi yang terbuka sekarang, anak-anak dengan mudah mencari referensi mengenai sains, namun uniknya kompetisi ini, yang kami nilai adalah ide dan originalitas karya sains anak-anak dalam memecahkan problem yang mereka hadapi sehari-hari dengan pendekatan sains,“ ujar LT Handoko, Ketua Juri KJSA 2014. “Peran guru dan pendamping hanya menjadi fasilitator saja dalam pembuatan karya sains mereka,” lanjut Handoko.
Setalah melewati perdebatan yang panjang sampai pukul 22.00 WIB akhirnya para dewan juri yang terdiri dari Prof. Yohanes Surya, Ph.D (Direktur Yayasan Surya Institur), Dr. Karnadi, M.Si (Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta), Dr L.T. Handoko (Fisikawan LIPI dan Dosen Universitas Indonesia), Dr. Puspita Lisdiyanti (Peneliti LIPI), Dra. Mayke S.Tedjasaputra, M.Si (Psikolog dan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia) berhasil memilih 18 Finalis Kalbe Junior Scientist Award 2014.
Berikut 18 nama tim beserta karya ilmuwan cilik terbaik Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2014 :
Selamat kepada 18 nama tim ilmuwan cilik terbaik Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2014, kami tunggu karya dan prestasimu ! Siapakah diantara mereka menjadi ilmuwan terbaik 2014? bagaimana karya penemuannya menjadi yang terbaik? kita tunggu pada hasil dan ulasan berikutnya. Salam ilmuwan cilik !
Published in
Bisnis Indonesia (12 August 2014)
Animo anak-anak sekolah dasar untuk ikut lomba sains cukup tinggi, terlihat dari jumlah peserta KJSA 2014 yang meningkat dibandingkat dengan tahun sebelumnya.
Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2014 diikuti sedikitnya oleh 718 peserta dari 22 provinsi di Indonesia.
"Tahun lalu yang ikut ada 665 peserta," kata Neti M. Cahyaningrum, Manajer CSR PT Kalbe Farma Tbk, saat ditemui di sela-sela penjurian KJSA 2014 di Jakarta, Selasa (12/8/2014).
Dia menuturkan setelah melalui tahap seleksi, dari 718 peserta terpilih 18 finalis. Mereka berasal dari 11 kota di Indonesia, termasuk finalis dari Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
KJSA merupakan kompetisi sains untuk siswa sekolah dasar, khususnya kelas 4-6 yang digelar setiap tahun sejak 2011. Kategori karya sains berupa teknologi terapan, ilmu pengetahuan alam, dan matematika.
"Kalbe secara konsisten menggelar KJSA sebagai bagian mengenalkan dunia sains kepada masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak," kata Pre Agusta, Direktur Kalbe sekaligus Ketua Umum Kalbe Scientist Award 2014.
Semua finalis KJSA 2014 melakukan presentasi karya sainsnya di depan dewan juri. Mereka juga diberi kesempatan berdiskusi dengan para pakar sains di Indonesia.
Beberapa karya sains yang masuk dalam 18 finalis KJSA 2014 ini, diantaranya alat penyunggi modifikasi, anometer sederhana, arloji pendeteksi uang kertas, almami (alat makan dan minum) kucingku, dan sajadah detektor salat (SDS).
Dewan juri dalam kompetisi sians ini adalah Prof. Yohanes Surya (Direktur Yayasan Surya Institut), Karnadi (Dekan Fak. ILmu Pendidikan UNJ), LT Handoko (fisikawan LIPI), Puspita Lisdiyanti (Peneliti LIPI), dan Mayke S. Tedjasaputra (psikolog dari UI).
Published in
LIPI (8 August 2014)
(Jakarta – Humas LIPI). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berupaya untuk memperluas kerja sama dengan berbagai stakeholder, salah satunya dengan media massa. Untuk memperkuat kerja sama dengan media, salah satu langkahnya dengan melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Peningkatan Kerja sama LIPI dengan Media Massa di Pulau Dua Restaurant Jakarta pada akhir Juli lalu.
Kepala Biro Kerja sama, Hukum dan Humas LIPI Nur Tri Aries S, MA mengharapkan, kegiatan FGD yang juga merupakan media gathering tersebut memberikan masukan terkait pemasyarakatan Iptek melalui media. “Kami berharap mendapatkan masukan yang berharga bagi kemajuan LIPI dan juga pemasyarakatan Iptek,” tandasnya.
Selain diikuti 20 jurnalis dari berbagai media massa nasional, acara tersebut juga dihadiri Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI Dr. Siti Nuramaliati Prijono, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) Dr. L.T. Handoko, dan Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI Prof. Dr. Bambang Subiyanto, M. Agr. Mereka memaparkan berbagai kegiatan-kegiatan LIPI ke depan.
Dalam penjelasannya, Deputi IPH LIPI mengatakan bahwa LIPI berencana meresmikan gedung Indonesian Culture Collection (InaCC) bersamaan dengan LIPI Expo yang diselenggarakan di Cibinong Science Center pada awal September 2014 mendatang. Kedua program tersebut merupakan bagian rangkaian acara HUT LIPI yang ke-47.
Terkait peresmian InaCC, Siti menjelaskan InaCC merupakan gedung yang dibangun untuk menyimpan koleksi kultur mikroorganisme. “Launching InaCC direncanakan peresmiannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,“ ungkapnya.
Kompetisi Ilmiah
Sementara itu, kegiatan besar LIPI lainnya adalah penyelenggaraan Kompetisi Ilmiah dan IEYI pada tanggal 30 Oktober – 01 November 2014, di gedung SMESCO, Jakarta. “IEYI adalah International Exhibition Young Inventor yang merupakan eksibisi ratusan invensi dari anak-anak muda berbagai negara, sedangkan dalam Kompetisi Ilmiah kami akan menggelar LKIR dan NYIA,“ ungkap Deputi IPT LIPI.
Sebagai informasi, LKIR adalah Lomba Karya Ilmiah Remaja yang diikuti oleh peserta SMP dan SMA dari seluruh wilayah di Indonesia. Sedangkan, NYIA atau National Young Inventor Award yang dikemas dalam bentuk pameran invensi para siswa mulai dari SD sampai dengan SMA yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Pemenang NYIA akan dibawa ke tingkat internasional dalam ajang IEYI. “IEYI pada tahun ini diperkirakan akan memamerkan 500 invensi yang berasal dari 30 negara," imbuh Handoko.
Dia menambahkan, LIPI juga sedang mengusahakan dengan Kementerian Pendidikan Nasional agar pemenang berbagai Kompetisi Ilmiah LIPI bisa mendapatkan bea siswa untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. "Hal itu sebagai insentif bagi generasi muda untuk melakukan kegiatan penelitian," pungkasnya. (dn)
Published in
Antara (19 July 2014)
"Di 2014, Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah International Exhibition for Young Inventor. Targetnya ada 300 invensi dari 20 negara ikut exhibition tersebut,"
Indonesia menjadi tuan rumah International Exhibition For Young Inventors (IEYI) yang diperkirakan melibatkan para penemu muda dari lebih dari 30 negara.
"Di 2014, Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah International Exhibition for Young Inventor. Targetnya ada 300 invensi dari 20 negara ikut exhibition tersebut," kata Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI LT Handoko dalam media gathering di Jakarta, Jumat.
LIPI, menurut dia, menargetkan ada 600 booths meramaikan kegiatan IEYI yang dibarengkan dengan kegiatan National Young Inventors Award (NYIA) dan Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) 2014.
"Saat ini mereka sedang dalam proses kompetisi di negara masing-masing. Yang sudah teregistrasi ada dari 17 negara sekitar 169 peserta, dan biasanya datang dari berbagai negara di Asia dan Arab," ujar dia.
IEYI, menurut dia, merupakan ajang pameran kreativitas invensi remaja tahunan bertaraf internasional yang dirintis sejak 2004, dan pertama digelar di Jepang oleh Japan Institute of Invention and Innovation (JII).
IEYI yang digelar pada 30 Oktober--1 November 2014, mengangkat tema Creating a Better Future through Innovation, dan akan diselenggarakan di Gedung SMESCO, Jakarta.
Inventor remaja berusia maksimal 18 tahun baik individu atau kelompk dapat mengikuti ajang ini. "Tapi mereka yang berumur di bawah 18 tahun jika memang punya ide bagus untuk diikutkan kompetisi boleh juga ikut," ujar dia.
Pemenang dalam National Young Inventor Award 2014, menurut Handoko, juga akan diikutkan dalam IEYI tersebut untuk mewakili Indonesia. Sehingga nantinya target 600 booths berasal dari gabungan peserta Kompetisi Ilmiah Nasional, peserta IEYI dari Indonesia, dan peserta dari IEYI luar negeri. (ant/mar)
Published in Antara (11 July 2014)
Press Release No. 023/KFCP-DIR/PR/VII/14
PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) hari ini mengumumkan 18 finalis lomba sains anak tingkat nasional Kalbe Junior Science Awards (KJSA) 2014. Seleksi yang dilakukan dewan juri yang diketuai LT. Handoko dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kamis malam, 10 Juli 2014 pk 21.00 WIB memutuskan 18 finalis dari total 718 peserta yang berasal dari 22 propinsi di Indonesia. Kedelapan belas finalis itu berasal dari 11 kota di Indonesia, termasuk finalis dari Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
“Animo peserta lomba sains ini masih tetap tinggi, dibanding KJSA 2013 jumlah peserta meningkat dari 665 peserta menjadi 718 peserta di tahun 2012,“ ujar Pre Agusta, Direktur Kalbe sekaligus Ketua Umum Kalbe Scientist Award 2014. “Kalbe secara konsisten menggelar KJSA sebagai bagian mengenalkan dunia sains kepada masyarakat Indonesia khususnya anak-anak,” lanjut Pre Agusta.
Kalbe Junior Scientist Awards merupakan kompetisi sains untuk siswa sekolah dasar khususnya kelas 4-6 yang digelar setiap tahun sejak 2011. Kategori karya sains berupa teknologi terapan, ilmu pengetahuan alam dan matematika.
“Dalam iklim informasi yang terbuka sekarang, anak-anak dengan mudah mencari referensi mengenai sains, namun uniknya kompetisi ini, yang kami nilai adalah ide dan originalitas karya sains anak-anak dalam memecahkan problem yang mereka hadapi sehari-hari dengan pendekatan sains,“ ujar LT Handoko, Ketua Juri KJSA 2014. “Peran guru dan pendamping hanya menjadi fasilitator saja dalam pembuatan karya sains mereka,” lanjut Handoko.
Delapan belas finalis ini nantinya akan melakukan presentasi karya sainsnya di depan dewan juri pada bulan Agustus 2014 yang akan datang. Selain itu mereka akan diberi kesempatan berdiskusi dengan para pakar sains di Indonesia.
Beberapa karya sains yang masuk dalam 18 finalis ini antara lain alat penyunggi modifikasi, Anemometer Sederhana, Arloji Pendekteksi Uang Kertas, KUNANG (Kunci Anti Hilang), Multi Detektor Banjir, Pelapis Helm Herbal, Pompa Vakum Serbaguna, SDS (Sajadah Detektor Shalat), Sikat Gigi Ajaib dan lain sebagainya.
Para Finalis tersebut adalah Seto Bayu Aji Langlang Jagad & Ridwan Kuasa Samudra Singajaya dari Bogor, Magfira Wahyu Febrianty dari Jember, Ana Imroatus Sholihah & Hasna Nisa Arifinta dari Malang, Aulia Setya Prawitia & Zahra Aulia Oktora Agustina dari Nganjuk, Nicholas Patrick dari Surabaya, Fadhli Hussein dari Semarang, Najiyah Nurul Faizah & Nur Alfia Rahmah dari Bogor, Farrel Hung dari Bandung, M. Raja Dzulhijjah Juahari & Andrew Ahmad Nabila dari Jakarta Timur, Edward & Panji dari Surabaya, Afifah Azzahra dari Yogyakarta, Eveline Maghfiryani A. dari Semarang, Laurentia Holly & Chelsea Victoria dari Bandung, Delinda Vega Olivia Nancy Suseno & Fransiska Anindya Putri Perwitasari dari Yogyakarta, Pebri Kristian Yafet & Minarti dari Kapuas Hulu, Sekar Arvinda Maheswari & Amara Anissa Cynthia Prameswari dari Yogyakarta, Isaac & Daven dari Jakarta Barat, Tomoji Hamay Kusuma & Dhafin Fadhlan Kamal dari Bandung.
Sedangkan dewan juri dalam kompetisi sains ini adalah dari Prof. Yohanes Surya, Ph.D (Direktur Yayasan Surya Institur), Dr. Karnadi, M.Si (Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta), Dr L.T. Handoko (Fisikawan LIPI dan Dosen Universitas Indonesia), Dr. Puspita Lisdiyanti (Peneliti LIPI), Dra. Mayke S.Tedjasaputra, M.Si (Psikolog dan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia).
Sekilas tentang Kalbe
Published in
Antara (27 June 2014)
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim meminta para peneliti dapat berpikir secara teknoekonomis dalam mengembangkan teknologi.
"Peneliti kadang tidak berpikir secara teknoekonomis, jadi kalau tiba-tiba ada yang pesan teknologinya sekian jadi tantangan kok masih mahal," kata Lukman di sela-sela peresmian Pusat Penelitian Biomaterial di Cibinong, Jawa Barat, Kamis.
Calon investor, menurut dia, justru jadi batal mengembangkan teknologi malah akhirnya menjiplak teknologi yang sudah dikembangkan peneliti LIPI tersebut.
Karena itu pula, menurut dia, sudah saatnya para peneliti harus bisa berpikir secara teknoekonomis dalam menciptakan teknologi, sehingga pada akhirnya produk teknologi yang dihasilkan menjadi kompetitif.
"Pimpinannya (kepala pusat penelitian) harus bisa memperhatikan juga masalah harga produk yang dihasilkan peneliti," ujarnya.
Sebelumnya saat peresmian Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna (Pusbang TTG) LIPI, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI Laksono Tri Handoko mengatakan lembaganya akan tetap fokus memproduksi aplikasi teknologi yang bisa diterapkan ke dalam masyarakat luas.
Sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pembangunan di desa dapat dilakukan dengan dukungan teknologi tepat guna. Dan Pusbang TTG LIPI dapat berperan di sana.
Teknologi-teknologi tepat guna yang dikembangkan di Pusbang TTG Subang tersebut dibuat berdasarkan pesanan di daerah, sehingga diharapkan dapat benar-benar bermanfaat dalam memajukan desa-desa di Indonesia.
Published in
LIPI (7 May 2014)
(Jakarta - Humas LIPI). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengirimkan lima pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) tahun 2013 untuk mengikuti kompetisi ilmiah bergengsi Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) 2014 yang diadakan Los Angeles, Amerika Serikat, 11-16 Mei 2014 mendatang. Kelima pemenang ini akan berangkat bersama enam pelajar pemenang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk mewakili Indonesia.
Intel ISEF merupakan ajang kompetisi tahunan paling bergengsi di dunia. Kegiatan ini telah dilakukan sejak 65 tahun yang lalu. "Indonesia telah berpartisipasi pada acara ini sejak tahun 2010," jelas Dr. Laksana Tri Handoko, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.
Pada acara konfrensi pers yang diadakan Selasa (6/5) lalu di gedung A Kemdikbud, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan, Prof. Musliar Kasim, memberikan apresiasi kepada para pelajar ini. "Skill orang Indonesia itu bagus. Jadi, harus percaya diri untuk berkompetisi dengan 1700 peserta di sana", ungkapnya.
Selain itu, Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud, Prof. Ahmad Jazidie, menghimbau para pelajar untuk tetap menjaga budaya bangsa. "Delegasi harus menjunjung nilai-nilai dan etika Indonesia, kemudian manfaatkanlah momen ini untuk memperluas jaringan," ujarnya.
Para pemenang LKIR LIPI yang akan bertolak ke Amerika adalah Nur Amaliah dan Inayatul Azisah dari SMA Negeri 1 Bulukumba, Sulawesi Selatan dengan karya ilmiah "How the Tallasa Kamase-Mase and Customary Law Saved the Tana-Toa Forest and Water Resources"; Edwin Luthfi Saputra dan Anisa (SMA Negeri 10 Malang, Jawa Timur) dengan karya ilmiah "GO-Sengon: Indonesian Material Pioneer for Application on Wind Turbine"; dan Alfy Fathnur Aziza (SMA Al Hikmah Surabaya, Jawa Timur) lewat "Removal of Dissolved Heavy Metal Pollutant Using Tropical Peat Soils of Indonesia".
Pada kesempatan yang sama, Handoko yang juga pemenang LKIR tahun 1985 ini turut memberikan arahan kepada para perwakilan Indonesia tersebut. "Ini adalah ajang untuk step up ke level global," Handoko menegaskan. Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa keikutsertaan para pelajar ini merupakan langkah awal untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. (ms)
Published in
LIPI (30 April 2014)
(Jakarta - Humas LIPI). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indoensia (LIPI) sebagai badan publik menunjukkan komitmennya untuk mendukung open government melalui sarana Keterbukaan Informasi Publik (KIP) Online.
Wakil Kepala LIPI Dr. Djusman Sajuti mengungkapkan, KIP Online merupakan sarana untuk menunjukkan semangat tata kelola yang baik. "Keterbukaan informasi publik sangat penting terkait dengan aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi," tandasnya saat membuka Workshop Pengelolaan Informasi Publik dan Dokumentasi di Lingkungan LIPI, Senin (28/4), di Gedung SWS LIPI Jakarta.
Menurut Djusman, adanya KIP selaras dengan apa yang diamanatkan dalam Undang-Undang (UU) No. 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik mengenai informasi-informasi yang harus diberikan kepada masyarakat kecuali hal-hal yang dikecualikan dalam undang-undang.
Sementara itu, hadir sebagai pembicara dalam workshop itu sendiri adalah Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Dr. L T Handoko, Ketua Komisi Informasi Publik (KIP) RI Abdulhamid Dipopramono dan juru bicara sekaligus Kepala Biro Humas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi.
Dalam paparannya, Deputi IPT LIPI mengungkapkan bahwa seluruh proses dalam memberikan informasi harus melalui KIP Online. "Saya berharap setiap permohonan yang masuk ke dalam KIP Online segera direspon karena bila tidak segera direspon akan menyalahi aturan dalam UU," jelas Handoko.
Kemudian, lanjutnya, setiap pelayanan dalam KIP Online harus konsisten dalam pelaksanaannya. Sebagai informasi, sarana KIP Online LIPI merupakan yang pertama di Indonesia dan telah diberlakukan sejak Mei 2010 dalam rangka menyambut pemberlakuan UU KIP tersebut.
Perubahan Paradigma
Di lain hal dalam pemaparannya, Ketua KIP RI mengungkapkan bahwa UU keterbukaan informasi publik juga dimotori oleh perubahan paradigma dari masa ke masa.
"Jika dulu semua informasi publik tertutup kecuali yang boleh dibuka, maka saat ini yang berlaku adalah seluruh informasi terbuka selain yang dikecualikan", tutur Abdulhamid.
Sedangkan, Kepala Biro Humas KPK menjelaskan terkait penerapan UU KIP, pihaknya telah melakukan berbagai langkah untuk mengimplementasikannya.
"Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) KPK yang dalam hal ini adalah Kepala Biro Humas menggunakan sarana media seperti majalah, website, radio kanal KPK, serta media sosial seperti fb dan twitter untuk membantu memberikan informasi kepada masyarakat," terang Johan.
Dalam hal ini, lanjutnya, semua kegiatan setiap unit kerja KPK disampaikan ke Humas. Kemudian, Humas akan mengelola dan memutuskan apakah informasi ini perlu disampaikan kepada masyarakat atau tidak. (ms)
Published in
Koran Jakarta (10 April 2014)
Sepanjang 2013, menurut Kementerian Perindustrian, tercatat 60 juta produk mobile masuk ke Indonesia. Uniknya kebanyakan dari ponsel ini berasal dari Tiongkok dengan spesifikasi dan kualitas rendah. Kemenperin juga mencatat setiap bulan sebanyak 3 triliun rupiah atau 36 triliun dalam setahun dihabisakan untuk membeli ponsel dan tablet impor.
Cara ini jelas hanya menghambrukan devisa dan tidak memberikan nilai tambah bagi perekonomian dalam negeri. Untuk menurunkan jumlah ponsel impor Menperin MS Hidayat berharap produsen ponsel dalam negeri bisa memperbanyak produksi. Produsen lokal diharapkan dapat menutup dengan memperbanyak produksi dengan skala produksi mencapai 5 juta - 10 juta unit per tahun. Banjirnya produk Tiongkok yang kurang berkualitas sebenarnya mengundang keprihatinan.
Para vendor memanfaatkan daya beli dan kelemahan pengetahuan konsumen dengan menawarkan gadget murah. Hasilnya konsumen dirugikan karena produk mudah rusak dan minim fasilitas purnajual. Pengamat gadget M Yogie P menuturkan ponsel dan tablet Android merek lokal memiliki kelamahan pada layar sentuh (touch screen), desain, koneksi, kamera, RAM, dan lainnya. "Touch screen-nya biasanya kurang sensitif," ujar dia, beberapa waktu lalu.
Dari segi desain, ponsel lokal cenderung tebal dan kotak sehingga terlihat kaku. Ini jauh berbeda dengan vendor internasional yang telah menawarkan desain tipis, lekuklekuk lebih modis yang indah dipandang. Selain itu, biasanya merek lokal cenderung lambat untuk aplikasi berat seperti untuk bemain game. Masalahnya tidak lain karena kapasitas RAM yang rendah dan biasanya hanya 1 GB. "Untuk bermain game biasanya jadi ngelag," tambahnya.
Kelemahan terakhir adalah pada garansi dan service center. Sering kali vendor lokal tidak memberikan garansi dan service center-nya. Ketersediaan service center yang minim membuat konsumen mengalami kesulitan dalam memperbaiki jika ada kerusahan. Menurut Yogie, konsumen sebenarnya sudah menyadari risiko membeli ponsel lokal. Mereka membeli karena harga yang relatif murah.
Konsumen perlu menyadari kalau ponsel lokal harga jual kembalinya rendah. "Sering kali pegadaian kesulitan menaksir harga barang semacam ini," tambahnya.
Menurut pengamat teknologi informasi dan komunikasi, Muhamad Mustafa Sarinanto, produk merek lokal memang kurang berkualitas. Namun demikian, hal ini lebih baik dari produk KW dari merek internasional yang mutunya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Dia menilai merek lokal yang ada sekarang hanya beroritasi keuntungan dangan menjual produk yang laku meski dari segi kualiatas jauh dari standar. "Mereka hanya jualan saja tidak berorientasi pada pengembangan produk lokal, apalagi mengembangkan desain dan membangun manufaktur," ujarnya, Selasa (8/4).
Kalaupun mereka melakukan strategi go international seperti dilakukan SpeedUp dan Evercoss, menurut Sarinanto, hal itu sebagai strategi untuk menaikkan citra di pasar dalam negeri. Dengan go international produk mereka seolah dikonsumsi di banyak negara padahal tidak. Agar produk ponsel merek lokal berkualitas seharusnya pemerintah membuat standar bagi produk impor yang ketat seperti dilakukan di Uni Eropa.
Pemerintah perlu memberlakukan standar dalam negeri sendiri agar ponsel yang diimpor berkulitas alias tidak abal-abal. Dia mengandaikan selama standar Euro2 yang diberlakukan bagi produk otomotif maka produk yang masuk akan menyesuaikan dengan standar ini. Standar teknologi yang rendah membuat produk menjadi semakin murah dan ini menguntungkan produsen. Pembuatan produk di dalam negeri bisa menekan harga sehingga produk merek lokal dengan spesifikasi sama bisa bersaing dengan merek internasonal. Impor komponen komputer nol persen menjadi keuntungan bagi produsen.
Pengembangan Desain Tidak hanya sekedar merakit para vendor perlu melakukan desain dan manufaktur sendiri. Dia menegaskan komponen dan chip boleh dari asing tapi desain dan manufaktur harus di dalam negeri jika memang serius mengembangkan produk lokal. Diakui dia, komponen dan manufaktur sekarang ini sudah sangat generik karena semua merek bisa memakai. Foxconn misalnya mengerjakan bermacam merek, seperti Acer, Apple, BlackBerry, Dell, Motorola, Nokia, Sony, dan lainnya dengan komponen yang sama. Untuk dapat menjadi pusat manufaktur pada vendor lokal harus mengembangkan desain dan manufaktur sendiri.
Mereka perlu merekrut banyak insinyur untuk riset dan pengembangan untuk paten-paten. Sementara itu, Deputi Ilmu Pengetahuan Tekno Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), LT Handoko, mengatakan agar industri perangkat bergerak (mobile) mengatakan industri ponsel harus memberikan keuntungan ekonomi bagi negara tidak penting apakah merek lokal atau tidak karena produk ini dinilai sudah terlalu generik.
Supaya para produsen tertarik berinvestasi pemerintah harus memberikan iklim yang kondusif berupa insentif dan kemudahan dalam hal perizinan dan tidak dibebani dengan bermacam pungutan. "Datangnya pabrik ponsel di Indonesia yang menyasar pasar Indonesia bermanfaat dalam menyerap tenaga kerja dan juga agar konsumen tidak membeli produk dari asing yang hanya melarikan devisa tanpa memberikan nilai tambah," ujar Handoko, Rabu (9/4). n hay/E-6
Published in Suara Pembaruan (8 April 2014)
Pakar Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada Josua Sinambela mengatakan, rencana KPU untuk menggunakan aplikasi penghitungan suara hasil kerja sama dengan universitas untuk Pemilu Legislatif 9 April, diragukan. Pengembangan aplikasi dengan waktu yang sangat mepet, membuat aplikasi tidak siap.
"Tidak ada proses auditing, uji keamanan sistem oleh para hacker beretika dan profesional. KPU mengakui aplikasi tersebut hanya untuk membuat penghitungan suara lebih mudah," katanya saat dihubungi, Selasa (8/4).
Skema yang akan dipakai menurutnya layaknya software testing dan belum diuji dalam pemilihan serupa seperti pilkada misalnya. Josua menilai, proses berbasis TI sudah terlambat, karena persiapannya terkesan tergesa-gesa.
"Karena itu, penghitungan manual harus dijaga benar, karena pengawas memegang bukti otentik yang bisa difoto capture dan bisa dicek jika dibutuhkan ketika ada gugatan atau klaim pihak tertentu," ujar Josua.
Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) LT Handoko mengatakan, potensi kecurangan sangat mungkin terjadi dalam proses penyelenggaraan pemilu. Namun, kondisi saat ini pemanfaatan teknologi informasi (TI) tidak menjadi tulang punggung keseluruhan proses pemilu.
Kecil Peluang
Menurutnya, TI hanya dimanfaatkan untuk rekapitulasi hasil suara di KPU pusat. "Jika ada yang mengganti, rasanya kecil peluang terjadi, karena banyak orang memegang data," katanya di Jakarta, Senin (7/4).
Dulu kata Handoko, data input dari bawah langsung ke pusat, tidak perlu berkas bertahap, ketika masuk ke pusat bisa terjadi potensi kecurangan, sehingga hasil rekapitulasi bisa saja tidak cocok.
Sekarang menurutnya, meskipun TI tidak sepenuhnya menjadi tulang punggung, banyak saksi di setiap tahapan sehingga bisa meminimalisasi potensi kecurangan. [R-15]
Published in
LIPI (21 February 2014)
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Dr. Lukman Hakim pada Kamis (20/2) lalu melantik Dr. Laksana Tri Handoko sebagai Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI yang baru di Widya Graha LIPI, Kampus LIPI Gatot Subroto, Jakarta.
Dr. Laksana Tri Handoko, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian Informatika LIPI, menggantikan Dr. Syahrul Aiman. Handoko, begitu dirinya biasa disapa, tercatat sebagai deputi termuda sepanjang sejarah LIPI.
Salah satu peneliti unggulan LIPI ini aktif dalam berbagai kegiatan seperti kerjasama riset partikel Higgs dengan Conseil Européenne pour la Recherche Nucléaire (CERN) serta pembinaan ilmiah untuk masyarakat lewat Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan National Young Inventors Award (NYIA) yang rutin diselenggarakan LIPI setiap tahun.
Sementara itu, Kedeputian IPT yang dipimpin oleh Handoko telah menghasilkan sejumlah produk yang menjadi perhatian di tingkat nasional, seperti mobil listrik, sofware handphone BandrOs, surveilance radar, dan lainnya.
Selain melantik deputi baru, Kepala LIPI juga melantik 14 nama baru di jajaran eselon II, III, dan IV di lingkungan LIPI. âSaya mengharapkan agar para Deputi dan Pimpinan Satuan Kerja berusaha secara proaktif untuk melakukan kaderisasi pada satuannya masing-masing untuk mempersiapkan calon-calon pemimpin LIPI yang akan datang,â tandas Lukman.
Menurutnya, sebagai lembaga ilmiah kita hendaknya tidak terlalu terpaku pada rekayasa dan produk, tetapi juga perlu menggalakkan untuk menghasilkan karya-karya ilmiah, terutama paper di jurnal-jurnal ilmiah terkemuka. (fz)
Published in
UNIKOM (21 February 2014)
Pada Hari Rabu tanggal 19 Februari 2014, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) melakukan penandatanganan kerjasama dengan Pusat Penelitian Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Ruang Rektor. Penandatanganan Nota Kesepahaman dilakukan oleh Rektor UNIKOM, Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto dengan Dr. L. T. Handoko, M.Sc. selaku Kepala Pusat Penelitian Informatika LIPI, dilanjutkan dengan penandatanganan Perjanjian Kerjasama oleh Dr. Ir. Herman S. selaku Dekan Fakultas Pascasarjana Unikom dengan Dr. L. T. Handoko, M.Sc.
Sebelum penandatanganan dilaksanakan, secara garis besar Rektor menjelaskan mengenai sejarah dan perkembangan Unikom dari awal hingga saat ini, juga mengenai rencana pengembangan Unikom ke depan, sebagai salah satu upaya dalam memberikan kenyamanan perkuliahan kepada mahasiswa.
Dalam pemaparannya, Dr. Handoko menjelaskan bahwa ada simbiosis mutualisme antara LIPI dengan perguruan tinggi, karena LIPI sebagai sebuah lembaga yang membutuhkan mahasiswa yang memang memiliki target dan passion sendiri, begitupun perguruan tinggi yang memerlukan sebuah wadah yang dapat menjadi tempat penelitian mahasiswanya.
Turut hadir dalam acara tersebut, Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, MS.Ak., Wakil Rektor Bidang Administrasi Kepegawaian, Prof. Dr. Hj. Aelina Surya, Dra., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, serta Kepala Biro Pascasarjana, Drs. H. AH. Sutiman, M.Si.
Acara diakhiri dengan penukaran dokumen kerjasama dan foto bersama.
Published in
Antara (Ganet, 28 January 2014)
PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) meluncurkan kembali Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2014 yakni program penghargaan kepada karya sains siswa sekolah dasar terbaik di Indonesia.
Program Tahunan KJSA mencakup bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), teknologi terapan dan matematika diluncurkan di outlet KALCare, Lotte Shopping Avenue (LOVE), pada Selasa (28/1).
"Kami tetap konsisten dan komitmen mempernalkan sains kepada anak-anak, sebagai bagian dari kontribusi kalbe terhadap perkembangan sains di Indonesia," kata Pre Agusta, Direktur supply chain Kalbe yang merangkap sebagi ketua umum KJSA 2014 di Jakarta, Kamis.
Agusta mengatakan, peserta sekolah dasar seluruh Indonesia sudah bisa memasukan karya sains mereka sejak tanggalà 28 Januiari 2014 dan akan ditutup pada 31 mei 2014.
Agusta mengatakan, sejak diluncurkan tahun 2011, jumlah karya yang masuk meningkat tiga kali lipat, dan diikuti oleh siswa siswi dari 19 propinsi di Indonesia.
"Kami berharap di tahun 2014 ini jumlah karya yang masuk akan meningkat 30-40 persen," lanjutnya.
"Kriteria penilaian karya lebih diutamakan pada orisinalitas karya atau ide yang digali dari lingkungan sekitarnya, kemudian dicari solusi scientific yang sebetulnya tidak usah terlalu rumit. Yang penting bagaimana mereka melihat solusi dari problem mereka hadapi menjadi suatu karya sains sederhana," kata L. Handoko, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sekaligus Ketua Dewan Juri KJSA 2014.
Tim juri KJSA terdiri dari Dr. L.T Handoko (PP-Fisika LIPI), Prof. Yohanes Surya Ph.D. (Direktur Yayasan Surya Institute), Dr Puspita Lisdiyanti (PP-Bioteknologi LIPI), Drs Karnadi, M.Si (Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Negri Jakarta) , Dra. Mayke.S.Tedjasaputra, M.Si (Psikolog dan Dosen Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia).
Syarat mengikuti KJSA diantanya, siswa sekolah dasar kelas IV, V dan IV (pada saat mendaftar), memiliki atau membuat karya sains sederhana yang berasal dari ide sendiri dan bukan jiplakan , bisa dibuat sendiri atau perorangan. syarat-syarat lomba lainnya dapat diakses melalui http://www.kalbescientistawards.com.
Sebanyak delapan belas finalis nanti nya akan diundang ke Jakarta untuk mempresentasikan hasil karya kepada Dewan Jurià , kemudian dipilih Sembilan pemenang terbaik.
Sembilan karya Pemenang terbaik akan mendapatkan tabungan pendidikan senilai Rp10 Juta dan bantuan sekolah senilai Rp10 juta , sedangkan 9 Karya finalis lainnya akanmendapatkan 1 unit laptop.
Published in
MSN (28 January 2014)
PROGRAM penghargaan karya sains terbaik di Indonesia tingkat sekolah dasar, Kalbe-Junior Scientist Award (KJSA) 2014 kembali diluncurkan mulai hari ini. Tidak hanya ajang penghargaan, program ini juga dapat mengenalkan sains kepada anak-anak.
Menurut Ketua Dewan Juri KJSA 2014, Dr. L.T. Handoko dari Pusat Penelitian Fisika LIPI, sains atau ilmu pengetahuan sangat penting bagi anak-anak. Dia mengatakan bahwa melalui sains, kita bisa mengembangkan pola pikir kreatif khususnya untuk penemuan baru.
"Melalui sains, kita bisa mengembangkan pola pikir kreatif, khususnya untuk penemuan baru. Pada akhirnya, penemuan baru ini bisa menjadi inovasi baru," jelasnya pada acara "Peluncuran Program Kalbe Junior Scientic Award 2014" di Lotte Shopping Avenue, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (28/1/2014).
Sementara itu, menurut Ketua KJSA Arif Nugroho, syarat menjadi peserta adalah siswa sekolah dasar, kelas IV, V, dan VI pada saat mendaftar. Selain itu, dia mengatakan bahwa peserta dapat mengirimkan karyanya lebih dari satu yang berasal dari ide sendiri, bukan jiplakan. Lantas, bagaimana nanti proses seleksinya?
"Sebanyak 18 finalis nantinya diundang ke Jakarta, lalu mempresentasikan karya mereka kepada dewan juri untuk kemudian dipilih sebagai sembilan pemenang terbaik," jelasnya.
Untuk diketahui sebelumnya, KJSA adalah ajang lomba karya sains untuk siswa tingkat sekolah dasar di Indonesia. Program ini dimulai sejak 2011, serta dilaksanakan secara berkelanjutan setiap tahun dan tahun ini, KJSA memasuki tahun ke-4. Sementara itu, pendaftaran mulai dibuka dari 28 Januari 2014 dan akan ditutup pada 31 Mei 2014.
Published in
detikHealth (Nurvita Indarini, 28 January 2014)
Apa cita-cita anak-anak saat sudah dewasa kelak? Dokter, polisi, guru, jurnalis, atau ilmuwan? Semua cita-cita baik asalkan memberi manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Jika ingin jadi ilmuwan, tidak ada salahnya diasah sejak dini.
Untuk memfasilitasi lahirnya ilmuwan cilik, Kalbe Scientist Award (KJSSA) 2014 digelar. Program penghargaan ini akan diberikan kepada karya sains terbaik di Indonesia untuk tingkat sekolah dasar. Kompetisi ini mencakup bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), teknologi terapan, dan matematika. Pendaftaran dibuka 28 Januari 2014 dan akan ditutup pada 31 Mei 2014.
Syarat menjadi peserta cukup mudah, antara lain menjadi siswa sekolah dasar kelas IV, V dan VI pada saat mendaftar. Para peserta juga harus memiliki atau membuat karya sains sederhana yang berasal dari ide sendiri dan bukan jiplakan. Karya tersebut bisa dibuat sendiri atau perorangan.
Tim juri KJSA terdiri dari Dr. L.T Handoko (PP-Fisika LIPI), Prof. Yohanes Surya Ph.D. (Direktur Yayasan Surya Institute), Dr Puspita Lisdiyanti (PP-Bioteknologi LIPI), Drs Karnadi, M.Si (Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negri Jakarta), serta Dra. Mayke.S.Tedjasaputra, M.Si (Psikolog dan Dosen Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia).
"Kriteria penilaian karya lebih diutamakan pada orisinalitas karya atau ide yang digali dari lingkungan sekitarnya, kemudian dicari solusi scientific yang sebetulnya tidak usah terlalu rumit. Yang penting bagaimana mereka melihat solusi dari problem mereka hadapi menjadi suatu karya sains sederhana," kata L. Handoko, peneliti LIPI sekaligus Ketua Dewan Juri KJSA 2014 dalam keterangannya, Kamis (30/1/2014).
18 Finalis nantinya akan diundang ke Jakarta untuk mempresentasikan hasil karyanya kepada dewan juri. Selanjutnya akan dipilih 9 pemenang terbaik yang akan mendapat tabungan pendidikan senilai Rp 10 juta dan bantuan sekolah senilai Rp 10 juta. Sedangkan 9 finalis lainnya akan mendapatkan 1 unit laptop. (vit/up)
Published in
Aktual (Nur Lail, 28 January 2014)
PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) meluncurkan kembali "Kalbe Junior Scientist Award" (KJSA) 2014 yakni program penghargaan kepada karya sains siswa sekolah dasar terbaik di Indonesia.
Program Tahunan KJSA mencakup bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), teknologi terapan dan matematika diluncurkan di outlet KALCare, Lotte Shopping Avenue (LOVE), pada Selasa (28/1).
"Kami konsisten dan komitmen memperkenalkan sains kepada anak-anak, sebagai kontribusi Kalbe terhadap perkembangan sains di Indonesia," kata Pre Agusta, Direktur Supply Chain Kalbe yang merangkap sebagi ketua umum KJSA 2014 di Jakarta, Kamis (30/1).
Agusta mengungkapkan, peserta sekolah dasar seluruh Indonesia sudah bisa memasukan karya sains mereka sejak tanggal 28 Januari 2014 dan akan ditutup pada 31 mei 2014. Sejak diluncurkan tahun 2011, jumlah karya yang masuk meningkat tiga kali lipat dan diikuti oleh siswa siswi dari 19 provinsi di Indonesia.
"Kriteria penilaian karya lebih diutamakan pada orisinalitas karya atau ide yang digali dari lingkungan sekitarnya, kemudian dicari solusi scientific yang sebetulnya tidak usah terlalu rumit," jelas L. Handoko, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sekaligus Ketua Dewan Juri KJSA 2014.
Tim juri KJSA terdiri dari Dr. L.T Handoko (PP-Fisika LIPI), Prof. Yohanes Surya Ph.D. (Direktur Yayasan Surya Institute), Dr Puspita Lisdiyanti (PP-Bioteknologi LIPI), Drs Karnadi, M.Si (Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Negri Jakarta) , Dra. Mayke.S.Tedjasaputra, M.Si (Psikolog dan Dosen Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia). (Ant)
Published in
yangMuda.com (Arief Bayuaji, 28 January 2014)
Penghargaan karya sains terbaik di Indonesia segara berlangsung untuk sekolah dasar. Kategorinya, ilmu pengetahuan alam, teknologi terapan dan matematika.
"Kami tetap konsisten dan berkomitmen mengenalkan sains kepada anak-anak, sebagai bagian dari kontribusi Kalbe terhadap perkembangan sains di Indonesia,â ujar Pre Agusta, Direktur Supply Chain Kalbe dan Ketua Umum Kalbe Junior Scientist Award 2014 di KALCare, Lotte Shopping Avenue (LOVE), Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (28/01/2014).
Pre Agustan mengatakan, "Sejak diluncurkan tahun 2011, jumlah karya yang masuk meningkat tiga kali lipat dan diikuti oleh siswa siswi dari 19 propinsi di Indonesia. Kami berharap di tahun 2014 ini jumlah karya yang masuk akan meningkat 30 sampai 40 persen."
Tercatat, kriteria penilaian karya dalam KJSA 2014 yang pendaftarannya mulai 28 Januari 2014 hingga 31 mei 2014 lebih terfokus orisinalitas karya atau ide dari lingkungan sekitarnya, kemudian berusaha menemukan solusi.
L. Handoko, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Ketua Dewan Juri KJSA 2014 menambahkan, scientific sebetulnya tak usah terlalu rumit, tetapi yang terpenting bagaimana anak-anak melihat solusi problem yang mereka hadapi menjadi suatu karya sains sederhana.
"Syarat menjadi peserta mudah. Antara lain, sebagai siswa sekolah dasar kelas IV, V dan IV. Saat Mendaftar, memiliki atau membuat karya sains sederhana yang berasal dari ide sendiri dan bukan jiplakan, bisa dibuat sendiri atau perorangan. syarat-syarat lomba lainnya dapat diakses melalui kalbescientistawards.com," terang Handoko.
"18 finalis akan diundang ke Jakarta untuk mempresentasikan hasil karya kepada dewan Juri. Kemudian kamu memilih 9 pemenang terbaik. 9 karya Pemenang terbaik akan mendapatkan tabungan pendidikan Rp10 Juta dan bantuan sekolah Rp10 juta. Sedangkan 9 karya finalis lainnya akan mendapatkan 1 laptop," imbuh Handoko.
Tim juri KJSA 2014: Dr. L.T Handoko (PP-Fisika LIPI), Profesor Yohanes Surya Ph.d. (Direktur Yayasan Surya Institute), Dr Puspita Lisdiyanti (PP-Bioteknologi LIPI), Drs Karnadi, M.Si (Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta dan Dra. Mayke.S.Tedjasaputra, M.Si (Psikolog dan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia). [aji]
Published in
Investor Daily (Herman, 28 January 2014)
PT Kalbe Farma Tbk meluncurkan kompetisi sains junior bertajuk program "Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2014", yang mengundang karya-karya sains terbaik di Indonesia untuk tingkat Sekolah Dasar di Jakarta, hari ini, Selasa (28/1).
"KJSA wujud komitmen konsisten kami mengenalkan sains kepada anak-anak, sebagai bagian dari kontribusi Kalbe terhadap perkembangan sains di Indonesia," kata Direktur Pasokan Cabang Kalbe yang merangkap sebagai Ketua Umum KJSA 2014, Pre Agusta.
Ia mengatakan, kali ini KJSA memasuki tahun penyelenggaraan yang keempat sejak kali pertama diluncurkan pada 2011. KJSA mencakup kompetisi karya-karya terbaik tunas-tunas ilmuwan junior di bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), teknologi terapan dan matematika.
KJSA mulai dibuka pendaftarannya sejak resmi diluncurkan hari ini hingga penutupannya pada 31 Mei 2014.
Karya-karya sains yang didaftarkan nantinya akan dinilai oleh Dewan Juri yang terdiri atas Dr L T Handoko dari Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PP-Fisika LIPI), Profesor Yohanes Surya, Ph.D (Direktur Yayasan Surya Institut), Dr Puspita Lisdiyanti (PP-Bioteknologi LIPI), Dr Karnadi, MSi (Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta) dan Dra Mayke S. Tedjasaputra, MSi (Psikolog dan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia).
Ketua Dewan Juri, LT Handoko mengatakan bahwa kriteria paling utama yang akan menjadi bahan pertimbangan penilaian karya adalah orisinalitasnya.
"Kriteria penilaian karya lebih diutamakan pada orisinalitas atau ide yang digali dari lingkungan sekitarnya, kemudian dicari solusi secara sains yang sebetulnya tidak usah terlalu rumit," katanya.
Handoko menegaskan bahwa kemampuan para peserta untuk menemukan solusi permasalahan tertentu melalui karya sains sederhana.
Dari seluruh karya yang masuk hingga 31 Mei 2014 mendatang akan dipilih sebanyak 18 finalis, untuk diundang ke Jakarta mempresentasikannya di hadapan Dewan Juri.
Pada akhirnya akan dipilih sembilan pemenang terbaik yang masing-masing berhak mendapatkan tabungan pendidikan senilai Rp 10 juta dan bantuan sekolah senilai Rp10 juta.
Sedangkan sembilan finalis yang tidak terpilih akan mendapatkan masing-masing satu unit perangkat komputer jinjing atau laptop.
Peningkatan minat sementara itu, Agusta menuturkan bahwa KJSA mendapat sambutan yang meningkat positif dalam tiap tahun penyelenggaraannya.
"Sejak diluncurkan 2011, jumlah karya yang masuk meningkat lebih dari tiga kali lipat dan diikuti oleh siswa-siswi dari 19 provinsi di Indonesia," ujarnya.
Agusta berharap pada 2014 jumlah karya yang masuk akan meningkat sekira 30-40 persen. "Tahun 2013 ada sekira 600-an karya yang masuk didaftarkan," katanya.
Hal tersebut, lanjutnya, menjadi catatan keberhasilan tersendiri bagi tujuan Kalbe menyelenggarakan KJSA, yaitu meningkatkan minat terhadap sains.
"Sebab inovasi sebuah bangsa juga bertolok ukur pada perkembangan dan minat sains," katanya.
Selain itu pihak Kalbe juga menyatakan tidak menutup kemungkinan mengikutsertakan para pemenang KJSA ke festival tingkat dunia, Festival Kreativitas Dunia.
Penyelenggara memastikan bahwa sosialisasi KJSA 2014 akan berlangsung di seluruh provinsi di Indonesia, mengingat keberadaan cabang Kalbe.
Sementara bagi para murid SD kelas IV, V dan VI yang berminat mendaftar diminta untuk memiliki dan atau membuat karya sains sederhana berdasarkan ide sendiri dan bukan jiplakan.
Selain itu mereka juga bisa diakses melalui laman http://www.kalbescienceawards.com untuk mendapatkan keterangan tentang syarat-syarat keikutsertaan lebih lanjut.
Published in
BeritaSatu (Herman, 28 January 2014)
PT Kalbe Farma Tbk meluncurkan kompetisi sains junior bertajuk program "Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2014", yang mengundang karya-karya sains terbaik di Indonesia untuk tingkat Sekolah Dasar di Jakarta, hari ini, Selasa (28/1).
"KJSA wujud komitmen konsisten kami mengenalkan sains kepada anak-anak, sebagai bagian dari kontribusi Kalbe terhadap perkembangan sains di Indonesia," kata Direktur Pasokan Cabang Kalbe yang merangkap sebagai Ketua Umum KJSA 2014, Pre Agusta.
Ia mengatakan, kali ini KJSA memasuki tahun penyelenggaraan yang keempat sejak kali pertama diluncurkan pada 2011. KJSA mencakup kompetisi karya-karya terbaik tunas-tunas ilmuwan junior di bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), teknologi terapan dan matematika.
KJSA mulai dibuka pendaftarannya sejak resmi diluncurkan hari ini hingga penutupannya pada 31 Mei 2014.
Karya-karya sains yang didaftarkan nantinya akan dinilai oleh Dewan Juri yang terdiri atas Dr L T Handoko dari Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PP-Fisika LIPI), Profesor Yohanes Surya, Ph.D (Direktur Yayasan Surya Institut), Dr Puspita Lisdiyanti (PP-Bioteknologi LIPI), Dr Karnadi, MSi (Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta) dan Dra Mayke S. Tedjasaputra, MSi (Psikolog dan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia).
Ketua Dewan Juri, LT Handoko mengatakan bahwa kriteria paling utama yang akan menjadi bahan pertimbangan penilaian karya adalah orisinalitasnya.
"Kriteria penilaian karya lebih diutamakan pada orisinalitas atau ide yang digali dari lingkungan sekitarnya, kemudian dicari solusi secara sains yang sebetulnya tidak usah terlalu rumit," katanya.
Handoko menegaskan bahwa kemampuan para peserta untuk menemukan solusi permasalahan tertentu melalui karya sains sederhana.
Dari seluruh karya yang masuk hingga 31 Mei 2014 mendatang akan dipilih sebanyak 18 finalis, untuk diundang ke Jakarta mempresentasikannya di hadapan Dewan Juri.
Pada akhirnya akan dipilih sembilan pemenang terbaik yang masing-masing berhak mendapatkan tabungan pendidikan senilai Rp 10 juta dan bantuan sekolah senilai Rp10 juta.
Sedangkan sembilan finalis yang tidak terpilih akan mendapatkan masing-masing satu unit perangkat komputer jinjing atau laptop.
Peningkatan minat sementara itu, Agusta menuturkan bahwa KJSA mendapat sambutan yang meningkat positif dalam tiap tahun penyelenggaraannya.
"Sejak diluncurkan 2011, jumlah karya yang masuk meningkat lebih dari tiga kali lipat dan diikuti oleh siswa-siswi dari 19 provinsi di Indonesia," ujarnya.
Agusta berharap pada 2014 jumlah karya yang masuk akan meningkat sekira 30-40 persen. "Tahun 2013 ada sekira 600-an karya yang masuk didaftarkan," katanya.
Hal tersebut, lanjutnya, menjadi catatan keberhasilan tersendiri bagi tujuan Kalbe menyelenggarakan KJSA, yaitu meningkatkan minat terhadap sains.
"Sebab inovasi sebuah bangsa juga bertolok ukur pada perkembangan dan minat sains," katanya.
Selain itu pihak Kalbe juga menyatakan tidak menutup kemungkinan mengikutsertakan para pemenang KJSA ke festival tingkat dunia, Festival Kreativitas Dunia.
Penyelenggara memastikan bahwa sosialisasi KJSA 2014 akan berlangsung di seluruh provinsi di Indonesia, mengingat keberadaan cabang Kalbe.
Sementara bagi para murid SD kelas IV, V dan VI yang berminat mendaftar diminta untuk memiliki dan atau membuat karya sains sederhana berdasarkan ide sendiri dan bukan jiplakan.
Selain itu mereka juga bisa diakses melalui laman http://www.kalbescienceawards.com untuk mendapatkan keterangan tentang syarat-syarat keikutsertaan lebih lanjut.
Published in
Tempo (Aris Darmawan, 28 January 2014)
Kalbe kembali menggelar Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2014. Lomba sains ini diperuntukkan bagi siswa kelas IVâVI sekolah dasar di seluruh Indonesia. Menurut Direktur Kalbe, Pre Agusta, lomba ini bertujuan memperkenalkan dunia sains kepada anak usia dini. Mereka diharapkan menjadi mampu dan terbiasa menciptakan inovasi dalam bidang ilmu pengetahuan.
"Sains berbasis inovasi merupakan kunci keberhasilan suatu negara untuk bersaing dengan bangsa lain," kata Pre dalam peluncuran program ini di KALCare, Ciputra World, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 28 Januari 2014.
Dia menjelaskan KJSA menjadi momen terbaik untuk memajukan sains di Indonesia. Tahun ini, kata Pre, adalah tahun keempat pergelaran KJSA oleh Kalbe. Dilihat dari lomba pertama yang diluncurkan pada 2011, jumlah karya yang masuk ke panitia meningkat tiga kali lipat dari tahun ke tahun. Selama ini peserta tercatat berasal dari sedikitnya 19 dari 33 provinsi di Indonesia. âKami berharap pada 2014 jumlah karya yang masuk meningkat antara 30 dan 40 persen,â ujarnya.
Anwar Sanusi, guru IPA kelas IV SD Al-Azhar No. 13 Rawamangun, Jakarta Timur, mengatakan anak-anak Indonesia memiliki potensi besar dalam bidang sains. Hal ini diperlihatkan lewat prestasi mereka menjuarai berbagai lomba sains tingkat internasional. Menurutnya, potensi itu perlu terus didorong agar prestasi makin cemerlang. "Sains yang mereka hasilkan bisa bermanfaat bagi masyarakat," katanya.
Ketua KJSA 2014 Arief Nugroho menambahkan, peserta lomba bisa perorangan ataupun kelompok. Kelompok hanya boleh terdiri atas dua orang. "Pendaftaran dibuka mulai 28 Januari 2014 dan akan ditutup pada 31 Mei 2014. Peserta tidak dipungut biaya alias gratis," katanya.
Menurut Arief, peserta yang memiliki karya sains dapat mengirimkan karyanya kepada panitia acara. "Syaratnya, karya harus original," ujarnya sembari mengimbuhkan peserta yang tertarik mengikuti lomba ini dapat mengunduh formulir di www.kalbescienceawards.com. Selanjutnya, karya sains dapat dikirim melalui pos ke kantor Tempo di Gedung Matahari, Jalan Palmerah Utara II No. 201 AA, Jakarta Barat, 11480, atau melalui email di jsa@tempo.co.id dan kalbe.jsa@gmail.com.
Arief mengatakan ada tiga kategori yang dilombakan dalam KJSA kali ini, yaitu ilmu pengetahuan alam (IPA), teknologi terapan, dan matematika. Dewan juri akan memilih 18 finalis yang berkesempatan bertemu dengan ahli-ahli sains Indonesia. Setelah 18 finalis mempresentasikan karya mereka di depan dewan juri, sembilan pemenang yang memiliki karya terbaik berhak atas hadiah tabungan pendidikan Rp 10 juta dan bantuan sekolah Rp 10 juta. Sedangkan sembilan finalis lainnya akan mendapat satu unit laptop.
Dewan juri terdiri atas Dr. L.T. Handoko (peneliti fisika LIPI), Prof. Yohanes Surya, Ph.D. (Direktur Yayasan Surya Institute), Dr. Puspita Lisdiyanti (peneliti bioteknologi LIPI), Dr. Karnadi, M.Si (Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta), dan Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si (psikolog dan dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia).
Ketua dewan juri KJSA 2014 L.T Handoko mengatakan kriteria penilaian diutamakan pada orisinalitas inovasi yang punya solusi scientific. âYang penting bukan pada sainsnya, tetapi bagaimana melalui sains bisa mengembangkan pola berpikir kreatif untuk menghasilkan penemuan dan inovasi baru,â kata Handoko.
Published in okezone (28 January 2014)
Direktur Supply Chain Kalbe, Pre Agusta memberi keterangan perihal Kalbe Junior Scientist Award 2014 di Jakarta, Selasa (28/1/2014). PT Kalbe Farma Tbk hari ini meluncurkan program Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2014 yakni program penghargaan kepada karya sains terbaik Indonesia tingkat sekolah dasar.
Ketua Dewan Juri Kalbe Junior Scientist Award, LT Handoko memberi keterangan perihal Kalbe Junior Scientist Award 2014 di Jakarta, Selasa (28/1/2014). PT Kalbe Farma Tbk hari ini meluncurkan program Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2014 yakni program penghargaan kepada karya sains terbaik Indonesia tingkat sekolah dasar.
Direktur Supply Chain Kalbe, Pre Agusta (kiri), Ketua Dewan Juri Kalbe Junior Scientist Award, LT Handoko berdialog dengan pemenang tahun 2011 Miura Chanda (kedua kiri) dan pemenang 2013 Radinka Alkira (kedua kanan) disela-sela konferensi pers Kalbe Junior Scientist Award 2014 di Jakarta, Selasa (28/1/2014). PT Kalbe Farma Tbk hari ini meluncurkan program Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2014 yakni program penghargaan kepada karya sains terbaik Indonesia tingkat sekolah dasar.
Direktur Supply Chain Kalbe, Pre Agusta (kiri), Ketua Dewan Juri Kalbe Junior Scientist Award, LT Handoko (tengah), dan Ketua Kalbe Junior Scientist Award 2014, Arief Nugroho (kanan) memberikan keterangan perihal Kalbe Junior Scientist Award 2014 di Jakarta, Selasa (28/1/2014). PT Kalbe Farma Tbk hari ini meluncurkan program Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2014 yakni program penghargaan kepada karya sains terbaik Indonesia tingkat sekolah dasar.
Direktur Supply Chain Kalbe, Pre Agusta (kiri), Ketua Dewan Juri Kalbe Junior Scientist Award, LT Handoko (tengah), dan Ketua Kalbe Junior Scientist Award 2014, Arief Nugroho (kanan) memberikan keterangan perihal Kalbe Junior Scientist Award 2014 di Jakarta, Selasa (28/1/2014). PT Kalbe Farma Tbk hari ini meluncurkan program Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2014 yakni program penghargaan kepada karya sains terbaik Indonesia tingkat sekolah dasar.
Published in
Swa (Ria Pratiwi, 28 January 2014)
PT Kalbe Farma Tbk. (KF) kembali menyelenggarakan Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) pada tahun 2014 ini. Penyelenggaraan kegiatan lomba karya sains dan penghargaan kepada karya terbaik yang dihasilkan para siswa sekolah dasar (SD) di Indonesia ini, sudah dilakukan KF sejak 2011. Dan sejak itu ajang ini selalu menghasilkan karya sains yang dapat dibanggakan, walaupun masih dalam bentuk sederhana, karena itu hanya dikerjakan oleh siswa SD. KJSA, yang diadakan setahun sekali, mencakup bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), teknologi terapan, matematika, dan ilmu lainnya yang terkait sains.
"Kami tetap konsisten dan berkomitmen mengenalkan sains kepada adik-adik di SD, sebagai bagian dari kontribusi Kalbe terhadap perkembangan dunia ilmu pengetahuan di Indonesia. Harapan kami bahwa KJSA tahun ini bisa berjalan dengan baik, dan berguna bagi kita semua yang mencintai sains dan inovasi. Karena kami percaya bahwa inovasi adalah kunci keberhasilan, baik untuk pribadi, perusahaan, dan sebagainya," ucap Pre Agusta, Direktur Supply Chain Kalbe Farma, yang juga Ketua Umum KJSA 2014.
Sejak diadakan pertama kali pada tahun 2011, jumlah karya yang masuk telah meningkat lebih dari tiga kali lipat, dan ajang ini diikuti oleh siswa-siswi SD dari 19 provinsi di Indonesia. KF mengharapkan, karya sains yang didaftarkan pada ajang tahun ini bisa bertambah 30%-40% daripada tahun 2013 lalu. "Pada tahun ini malah kita berharap ada 3 ribu peserta yang mendaftar. Animo dari para siswa SD sangat besar terhadap KJSA, sehingga ini menyemangati kami untuk terus mengadakannya setiap tahun," katanya.
Dengan memberikan penghargaan dan kesempatan berkarya dalam bidang sains bagi para siswa SD, maka diharapkan bibit-bibit baru sebagai ilmuwan akan terus bermunculan, dan ini tentu saja akan berguna bagi dunia ilmu pengetahuan Indonesia di masa mendatang.
"Karena melalui acara ini akan timbul banyak inovasi baru, dan bisa dikembangkan ke depannya. Hasil karya para pemenang KJSA dari tahun-tahun sebelumnya sudah kita pamerkan di PP-Iptek TMII. Bahkan pemenangnya juga akan kita ajak ke luar negeri, apabila memang ada acara konferensi sains internasional di sana," jelasnya.
Sebagai ajang perlombaan karya sains, maka pastinya ada tim juri yang akan menilai karya-karya tersebut dan menentukan pemenangnya. Yang mana pada tahun ini akan dipilih 18 finalis dengan karya sains terbaik dari semua karya yang didaftarkan. Tim juri KJSA pada tahun ini terdiri dari L.T. Handoko (PP-Fisika LIPI), Yohanes Surya (Direktur Yayasan Surya Institute), Puspita Lisdiyanti (PP-Bioteknologi LIPI), Karnadi (Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ), Mayke S. Tedjasaputra (psikolog dan Dosen Fakultas Psikologi UI).
"Syarat menjadi peserta KJSA 2014 cukup mudah, yaitu antara lain siswa tersebut masih sekolah di kelas 4, 5, dan 6 SD; memiliki/membuat karya sains (dalam bentuk hasil percobaan/temuan di bidang IPA, matematika, atau teknologi terapan) sederhana yang berasal dari ide sendiri atau bukan jiplakan; dan karya itu boleh dikerjakan sendiri atau berkelompok. Untuk syarat-syarat lain selengkapnya dapat dilihat di situs www.kalbescienceawards.com," ungkapnya.
Ke-18 finalis terbaik itu akan diundang ke Jakarta pada 12-15 Agustus 2014 untuk mempresentasikan hasil karyanya di hadapan dewan juri langsung. Setelah presentasi tersebut akan dipilih 9 pemenang karya sains terbaik, dan mereka ini akan diberikan penghargaan KJSA 2014 pada 26 September 2014 mendatang. Selain 9 pemenang itu, akan dipilih juga 1 pemenang favorit. Untuk pendaftarannya sendiri sudah mulai dibuka sejak 28 Januari sampai 31 Mei 2014. Dan formulir pendaftarannya bisa diunduh melalui www.kalbescienceawards.com, atau dengan mengirimkan email permohonan ke jsa@tempo.co.id atau kalbe.jsa@gmail.com.
Hadiah yang akan diperoleh para pemenang adalah sebagai berikut: 9 karya sains dari finalis terbaik/pemenang akan mendapatkan tabungan pendidikan senilai Rp10 juta, dan bantuan sekolah sebesar Rp10 juta, kemudian 9 pemenang itu masing-masing akan mendapat satu buah laptop, lalu 1 pemenang karya sains favorit akan mendapatkan tambahan tabungan pendidikan sebesar Rp5 juta, serta mereka juga akan bisa bertemu tokoh-tokoh sains ternama Indonesia.
"Kriteria utama kami dalam penjurian adalah kreativitas yang penuh orisinalitas. Jadi karya yang dihasilkan itu harus orisinal atau berupa ide yang digali dari lingkungan sekitarnya, kemudian dicari solusi dari ilmu pengetahuan yang sebetulnya tidak terlalu rumit. Walaupun karya yang dihasilkan sangat bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, tapi kalau itu tidak kreatif dan orisinal, maka nilainya juga nol. Jadi yang penting adalah bagaimana adik-adik siswa SD ini membuat solusi dari problem yang mereka hadapi sehari-hari, dalam satu karya sains sederhana yang kreatif," tambah L.T. Handoko, peneliti LIPI, yang juga adalah Ketua Dewan Juri KJSA 2014. (EVA)