main article site » |
Published in LIPI (Humas LIPI, 23 December 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menerima tiga penghargaan tingkat nasional di penghujung tahun ini. Ketiga penghargaan tersebut adalah peringkat ketujuh dalam pemeringkatan Keterbukaan Informasi Publik (KIP), salah satu satuan kerja LIPI menerima penghargaan sebagai Wilayah Bebas Korupsi (WBK), dan salah satu satuan kerjanya juga menerima peringkat ke-10 predikat kepatuhan tinggi terhadap standar pelayanan publik.
Khusus penghargaan KIP, pada pemeringkatan yang dilakukan oleh Komisi Informasi Pusat, LIPI meraih peringkat ketujuh untuk kategori lembaga pemerintahan non kementerian, naik dari peringkat tahun sebelumnya yang berada di urutan ke-10. Sementara nilai keterbukaan informasi publik LIPI adalah 89,02 dengan kualifikasi Menuju Informatif, naik dari nilai tahun sebelumnya yang hanya 68,32.
Penghargaan KIP ini diserahkan oleh Ketua Komisi Informasi Pusat, John Fresly disaksikan oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, kepada Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksana Tri Handoko yang mewakili Kepala LIPI, di Istana Wakil Presiden, Jakarta pada Selasa (20/12). Sebagai informasi, pemeringkatan informasi publik diikuti oleh badan publik yang terbagi menjadi kategori kementerian, pemerintah, lembaga non struktural, lembaga pemerintah non kementerian, perguruan tinggi negeri, dan partai politik.
Kemudian untuk penghargaan WBK, satuan kerja yang memperoleh penghargaan itu adalah Balai Konservasi Tumbuhan (BKT) Kebun Raya Purwodadi. Satuan kerja ini mendapatkan penghargaan sebagai unit kerja pelayanan yang berhasil membangun Zona Integritas (ZI) menuju WBK 2016. Penghargaan ini diberikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) pada kegiatan peringatan Hari Anti Korupsi Internasional (HAKI) 2016 di Pekanbaru, Riau pada Sabtu (10/12).
Penghargaan predikat WBK tersebut diserahkan langsung oleh Menteri PANRB, Asman Abnur kepada Kepala BKT Kebun Raya Purwodadi LIPI, R Hendrian. Pemberian penghargaan predikat WBK merupakan bentuk apresiasi pemerintah terhadap upaya dan komitmen yang kuat bagi setiap instansi pemerintah dalam melakukan pemberantasan korupsi di intansinya, terutama melalui pencegahan.
Dan penghargaan terakhir yang diperoleh akhir tahun ini adalah peringkat ke-10 predikat kepatuhan tinggi terhadap standar pelayanan publik. Penghargaan ini diterima oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) LIPI dari Ombudsman RI pada Rabu (7/12) di Jakarta.
LIPI memperoleh penghargaan ini dengan nilai sebesar 90,00 dalam kategori lembaga pemerintah non kementerian. Sedangkan sembilan lembaga lain yang memperoleh penghargaan tersebut secara berurutan, antara lain Badan Pusat Statistik, Badan Standardisasi Nasional, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Konsil Kedokteran Indonesia, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Perpusnas RI, Kepolisian RI, serta Badan Pengawas Obat dan Makanan. (fza,BKT Kebun Raya Purwodadi LIPI,pwd/ed:isr)
Published in Radar Sorong (23 December 2016)
Setelah keluar keputusan ujian nasional (Unas) dilanjutkan, Kemendikbud langsung menjalankan rangkaian persiapan. Diantaranya menggelar rapat koordinasi (rakor) bersama dinas pendidikan kabupaten, kota, dan provinsi di Jakarta kemarin (22/12). Ada dua informasi penting yang dibahas dalam rapat tertutup itu.
Bahasan penting pertama adalah penambahan jumlah sekolah pelaksana ujian nasional berbasis komputer (UNBK). Pada 2016 jumlah sekolah pelaksana UNBK hanya sekitar 4.400 unit. Untuk tahun depan, jumlahnya akan dinaikkan jadi sekitar 12 ribu sekolah.
Mendikbud Muhadjir mengatakan, jumlah sekolah pelaksana UNBK 2017 itu setara dengan 60 persen populasi sekolah di Indonesia. Dia mengatakan ada banyak manfaat dengan memperbanyak jumlah unit sekolah dan madrasah pelaksana UNBK 2017. "Intinya ekses negatif dalam pelaksanaan unas selama ini bisa diminimalisasi dengan UNBK," katanya usai memimpin rakor persiapan Unas 2017 kemarin.
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyebutkan diantara ekses negatif itu seperti terjadinya kecurangan unas. Selain itu unas konvensional berbasis kertas, menurutnya, tidak hemat biaya. Muhadjir juga menjelaskan UNBK bisa memotong rantai distribusi naskah yang panjang.
Pembahasan penting kedua adalah perubahan teknis ujian sekolah (US) yang namanya berganti jadi ujian sekolah berstandar nasional (USBN). Seperti diketahui, US atau USBN adalah ujian untuk mata pelajaran yang tidak masuk dalam unas. Selama ini US dilaksanakan secara konvensional menggunakan kertas. Meskipun sekolahannya ditunjuk melaksanakan UNBK, proses US tetap manual dengan kertas.
Nah mulai tahun depan saat berganti jadi USBN, pelaksanaannya tidak manual berbasis kertas lagi. Sekolah yang melaksanakan UNBK, otomasis USBN-nya juga berbasis komputer. "Tetapi bedanya dengan UNBK, soal USBN dibuat oleh MGMP (musyawarah guru mata pelajaran, red) dan KKG (kelompok kerja guru,)," katanya.
Muhadjir menjelaskan tim pembuat soal USBN mendapat mandat dari MGMP dan KKG di masing-masing gugus. Setelah soal ujian selesai dibuat, akan langsung dimasukkan (insert) ke dalam sistem UNBK. Dalam membuat soal USBN tim guru dari gugus MGMP dan KKG mendapatkan rambu-rambu atau kisi-kisi nasional.
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud Nizam mengatakan, sampai sekarang nama-nama sekolah pelaksana UNBK 2017 belum diputuskan. Rencananya akan diputuakan pada 15 Januari nanti, pemerintah daerah menyampaikan sekolah-sekolah yang melaksanakan UNBK 2017. "Tapi intinya ada 12 ribuan sekolah sudah siap UNBK," jelasnya.
Dia mengatakan UNBK 2017 akan diutamakan di sekolah. Kemendikbud menyiapkan alternatif jika nanti UNBK juga bisa menggunakan sumber daya komputer di perguruan tinggi atau lembaga lainnya. Nizam mengatakan dengan model ujian beberapa gelombang (shift), UNBK 2017 bisa menjangkau 6,6 juta siswa. Dengan demikian tinggal ada satu jutaan siswa yang menjalankan unas berbasis kertas atau manual.
Praktisi IT Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko menuturkan, secara teknis koneksi dan interkoneksi internet Indonesia sudah membaik dengan sangat cepat dua tahun ini. Sehingga inisiasi memperbanyak lokasi UNBK mestinya tidak mengalami kendala. "Apalagi targetnya menyasar sekolah-sekolah yang sudah terkoneksi," katanya.
Mantan Kepala Pusat Penelitian Informatika LIPI itu menjelaskan, kunci suksesnya UNBK adalah menjaga integritas pengelola teknisnya. Aspek kedisiplinan, kepatuhan, dan pengawasan para pengelola teknis komputer UNBk tidak boleh kendur. Sebab jika disepelekan bisa jadi sumber kebocoran soal ujian. (wan/agm)
Published in Sumatera Ekspres (Windy Siska, 23 December 2016)
Setelah keluar keputusan ujian nasional (UN) dilanjutkan, Kemendikbud langsung menjalankan rangkaian persiapan. Di antaranya menggelar rapat koordinasi (rakor) bersama dinas pendidikan kabupaten, kota, dan provinsi di Jakarta kemarin (22/12). Ada dua informasi penting yang dibahas dalam rapat tertutup itu.
Bahasan penting pertama adalah penambahan jumlah sekolah pelaksana ujian nasional berbasis komputer (UNBK). Pada 2016 jumlah sekolah pelaksana UNBK hanya sekitar 4.400 unit. Tahun depan, jumlahnya akan dinaikkan jadi sekitar 12 ribu sekolah.
Mendikbud Muhadjir mengatakan, jumlah sekolah pelaksana UNBK 2017 itu setara dengan 60 persen populasi sekolah di Indonesia. Dia mengatakan ada banyak manfaat dengan memperbanyak jumlah unit sekolah dan madrasah pelaksana UNBK 2017. “Intinya ekses negatif dalam pelaksanaan UN selama ini bisa diminimalisasi dengan UNBK,” katanya usai memimpin rakor persiapan UN 2017, kemarin.
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyebutkan di antara ekses negatif itu seperti terjadinya kecurangan UN. Selain itu, UN konvensional berbasis kertas, menurutnya, tidak hemat biaya. Muhadjir juga menjelaskan UNBK bisa memotong rantai distribusi naskah yang panjang.
Pembahasan penting kedua adalah perubahan teknis ujian sekolah (US) yang namanya berganti jadi ujian sekolah berstandar nasional (USBN). Seperti diketahui, US atau USBN adalah ujian untuk mata pelajaran yang tidak masuk dalam UN. Selama ini US dilaksanakan secara konvensional menggunakan kertas. Meskipun sekolahannya ditunjuk melaksanakan UNBK, proses US tetap manual dengan kertas.
Nah, mulai tahun depan saat berganti jadi USBN, pelaksanaannya tidak manual berbasis kertas lagi. Sekolah yang melaksanakan UNBK, otomasis USBN-nya juga berbasis komputer. “Tetapi bedanya dengan UNBK, soal USBN dibuat oleh MGMP (musyawarah guru mata pelajaran, red) dan KKG (kelompok kerja guru,),” katanya. Muhadjir menjelaskan tim pembuat soal USBN mendapat mandat dari MGMP dan KKG di masing-masing gugus. Setelah soal ujian selesai dibuat, akan langsung dimasukkan (insert) ke dalam sistem UNBK. Dalam membuat soal USBN tim guru dari gugus MGMP dan KKG mendapatkan rambu-rambu atau kisi-kisi nasional.
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud Nizam mengatakan, sampai sekarang nama-nama sekolah pelaksana UNBK 2017 belum diputuskan. Rencananya akan diputuskan pada 15 Januari nanti, pemerintah daerah menyampaikan sekolah-sekolah yang melaksanakan UNBK 2017. “Tapi intinya ada 12 ribuan sekolah sudah siap UNBK,” jelasnya.
Dia mengatakan UNBK 2017 akan diutamakan di sekolah. Kemendikbud menyiapkan alternatif jika nanti UNBK juga bisa menggunakan sumber daya komputer di perguruan tinggi atau lembaga lainnya. Nizam mengatakan dengan model ujian beberapa gelombang (shift), UNBK 2017 bisa menjangkau 6,6 juta siswa. Dengan demikian tinggal ada satu jutaan siswa yang menjalankan UN berbasis kertas atau manual.
Praktisi IT Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko menuturkan, secara teknis koneksi dan interkoneksi internet Indonesia sudah membaik dengan sangat cepat dua tahun ini. Sehingga inisiasi memperbanyak lokasi UNBK mestinya tidak mengalami kendala. “Apalagi targetnya menyasar sekolah-sekolah yang sudah terkoneksi,” katanya.
Mantan Kepala Pusat Penelitian Informatika LIPI itu menjelaskan, kunci suksesnya UNBK adalah menjaga integritas pengelola teknisnya. Aspek kedisiplinan, kepatuhan, dan pengawasan para pengelola teknis komputer UNBk tidak boleh kendur. Sebab jika disepelekan bisa jadi sumber kebocoran soal ujian. (wan/agm/ce1)
Published in Riau Pos (23 December 2016)
Praktisi IT Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko menuturkan, secara teknis koneksi dan interkoneksi internet Indonesia sudah membaik dengan sangat cepat dua tahun ini. Sehingga inisiasi memperbanyak lokasi UNBK mestinya tidak mengalami kendala.
“Apalagi targetnya menyasar sekolah-sekolah yang sudah terkoneksi,” katanya.
Mantan Kepala Pusat Penelitian Informatika LIPI itu menjelaskan, kunci suksesnya UNBK adalah menjaga integritas pengelola teknisnya. Aspek kedisiplinan, kepatuhan, dan pengawasan para pengelola teknis komputer UNBK tidak boleh kendur. Sebab jika disepelekan bisa jadi sumber kebocoran soal ujian.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disidikbud) Riau Dr Kamsol juga hadir dalam pertemuan kemarin. Terkait UNBK, Kamsol mengatakan untuk jadwal UN jenjang SMK, SMA/MA dan SMP/MTS tidak bersamaan sehingga komputer dapat digunakan bergantian.
Kemudian jelasnya, sekolah madrasah dengan jumlah komputer lebih dari 20 buah dan memiliki server dapat ditetapkan menjadi tempat pelaksanaan UNBK. Begitu pula siswa SMA/MA dari sekolah yang belum memiliki infrastruktur UNBK mengikuti ujian di SMK atau SMP/MTS pelaksana UNBK, begitu pula sebaliknya.
“Nantinya Disdikbud di daerah sesuai kewenangan menetapkan tempat ujian bagi siswa dari sekolah yang belum memiliki fasilitas berdasar kedekatan jarak antarsekolah,” jelasnya.(wan/agm/jpg/egp/fat/ted)
Published in
FMIPA UNILA (30 November 2016)
Published in LIPI (Humas LIPI, 30 November 2016)
Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-45 Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI), Presiden Joko Widodo mengimbau agar segenap Aparatur Sipil Negara (ASN), termasuk para sivitas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat.
Hal ini disampaikan Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI, Laksana Tri Handoko saat membacakan sambutan Presiden RI dalam upacara peringatan HUT ke-45 KORPRI di Lapangan LIPI Pusat Jakarta, Selasa (29/11). Segenap sivitas LIPI di lingkungan Jakarta dan sekitarnya hadir dalam upacara tersebut.
Handoko menekankan, agar Indonesia bisa menjadi bangsa pemenang dalam era kompetisi global, maka bangsa ini membutuhkan anggota KORPRI yang disiplin, bertanggung jawab, dan berorientasi kerja. “Pelayanan publik harus dilaksanakan secara lebih murah, lebih cepat, lebih akurat, dan semakin baik,” imbaunya.
Selain meningkatkan pelayanan publik, lanjut Handoko, Presiden Joko Widodo juga mengimbau seluruh ASN untuk meneguhkan netralitas dan meningkatkan profesionalisme aparatur sipil negara. “Semangat tersebut sangat tepat dalam menyambut pesta demokrasi Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak pada 2017,” tuturnya.
Dikatakan Handoko, momentum Pilkada Serentak 2017 hendaknya dapat dijadikan sebagai ajang ujian atas netralitas dan profesionalisme aparat dalam menerapkan Panca Prasetya KORPRI. “Pengabdian anggota KORPRI hanyalah kepada negara, bangsa, dan rakyat, bukan kepada Individu atau golongan,” ujarnya.
Selain itu, KORPRI akan segera bertransformasi menjadi Korps Profesi Pegawai Aparatur Sipil Negara RI. “Dalam bentuk baru itu, fungsi pemerintahan yang diemban berupa pembinaan dan pengembangan profesi Aparatur Sipil Negara, memberikan perlindungan hukum dan advokasi kepada anggota ASN, memberikan rekomendasi terhadap pelanggaran kode etik dan kode perilaku, serta meningkatkan kesejahteraan anggotanya,” imbuh Handoko.
Korps Profesi Pegawai Aparatur Sipil Negara RI ini ke depannya diharapkan dapat menjadi pusat inovasi dan tempat lahirnya loncatan-loncatan kemajuan dalam peningkatan kualitas pelayanan publik, ujar Handoko mengakhiri pembacaan sambutan Presiden.
Sebagai informasi, LIPI sendiri pada kesempatan yang sama juga mengirimkan delegasi sebanyak 100 orang untuk mengikuti upacara puncak peringatan HUT KORPRI yang berlangsung di Monumen Nasional (Monas) Jakarta. Delegasi ini terbagi menjadi dua, yakni 50 orang berpakaian adat dan sisanya 50 orang lagi berpakaian KORPRI lengkap. (msa/ed:pwd)
Published in Media Indonesia (Puput Mutiara, 19 November 2016)
INDONESIA memiliki peluang investasi yang besar dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta inovasi.
Selain ditopang dengan potensi sumber daya alam (SDA) nan melimpah, jumlah peneliti pun tidak terlalu rendah dengan prevalensi 1.071 per sejuta penduduk.
Hanya, menurut Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko, produktivitas peneliti masih sangat rendah, yaitu sekitar 0,02% dari angka ideal 15%.
Padahal, untuk menciptakan suatu inovasi, dibutuhkan riset yang berkualitas.
"Ini masalahnya. Pemerintah terus mendorong ke arah inovasi, sedangkan produktivitas peneliti kita saja masih sangat rendah," ujarnya dalam kegiatan workshop bertajuk European Research Day ASEAN 2016 di Hotel Crowne Plaza, Jakarta, kemarin.
Handoko menilai penguatan kapasitas dan kompetensi peneliti baik di lembaga penelitian ataupun perguruan tinggi menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Terlebih jika Indonesia ingin bersaing di pasar bebas ASEAN yang sangat menuntut inovasi berdaya saing.
Namun, yang terpenting, ungkap dia, ialah lebih dahulu Indonesia perlu membangun budaya riset yang kondusif terutama di kalangan peneliti muda.
Kendati tak dimungkiri, hingga kini masih banyak kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kemauan serta kemampuan riset anak bangsa.
"Selain literasi iptek kita yang masih rendah, juga masih ada gap (celah) antara penelitian dan inovasi. Itu disebabkan dari dulu kita dipaksa melompat buat inovasi, tapi risetnya diabaikan," tukasnya.
Padahal, sebagai mitra terbesar kedua dan investor terbesar ASEAN, Indonesia semestinya bisa selangkah lebih maju jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Setidaknya, mayoritas inovasi riset yang dihasilkan harus bisa aplikatif.
Jalin kerja sama
Handoko mengutarakan, dalam 10 tahun terakhir, para peneliti ASEAN telah melipatgandakan andil mereka pada kajian-kajian ilmiah dunia. Tanpa terkecuali Indonesia yang ikut melakukan kerja sama penelitian dengan sejumlah negara.
"Seperti kita ketahui, sudah banyak peneliti kita yang mendapatkan Marie Sklodowska-Curie Actions Program (MSCA) dan berhasil mengembangkan penelitian mereka ke arah inovasi," paparnya.
Duta Besar Misi Uni Eropa untuk ASEAN Francisco Fontan Pardo menerangkan Uni Eropa dan Asean telah terlibat dalam hubungan politik dan ekonomi atas dasar kepercayaan, saling menghormati kepentingan, serta mengusung nilai-nilai kebersamaan.
LIPI dan Uni Eropa, imbuhnya, perlu bekerja sama dalam mempermudah peneliti untuk memungkinkan perluasan wawasan, antara lain lewat kegiatan workshop yang berfokus pada pelatihan mengenai aspek ilmu komunikasi yang efektif.
"Penting sekali karena para peneliti bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan, belajar pendekatan yang berbeda dalam hal meneliti, serta mengembangkan situasi lokal untuk mengatasi persoalan global," tandasnya. (H-2)
Published in Pertamina (7 November 2016)
PT Pertamina (Persero) menggelar Pertamina Science Fun Fair untuk menanamkan cinta sains sejak dini, melalui edukasi dan kompetisi sains. Acara yang diselenggarakan di Main Atrium Kota Kasablanka, Jakarta, (29/10), merupakan bentuk nyata perhatian Pertamina terhadap pengembangan dan kompetisi sains dalam mendorong lahirnya saintis dan inovator masa depan.
Acara dibuka secara resmi dengan penekanan tombol start oleh Direktur Gas Pertamina Yenni Andayani, bersama Direktur Sistem Inovasi Kemenristek DIKTI Dr. Ophirtus Sumule, DEA, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Thamrin Kasman, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Dr. Laksana Tri Handoko, serta Pemimpin Redaksi KORAN SINDO Pung Purwanto.
Direktur Gas Pertamina Yenni Andayani menjelaskan, program Pertamina Science Fun Fair merupakan bagian dari kampanye program Pertamina Olimpiade Sains, yang mengusung konsep Education – Entertainment bagi generasi muda dengan cara yang menyenangkan dan atraktif.
“Ini merupakan salah satu saluran untuk mengenalkan dan memberikan pendidikan mengenai sains bagi generasi muda dengan cara yang menyenangkan dan atraktif. Selain itu, kita harapkan Bapak, Ibu, dan Adik-adik juga dapat lebih mengenal Pertamina dengan lebih baik, dan menjadi penerus kami yang ada di Pertamina saat ini,” ucap Yenni dalam sambutannya.
Turut pula dalam acara tersebut Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro sebagai salah satu pembicara talkshow pendidikan anak, Direktur Utama KORAN SINDO Sururi Alfaruq, dan Direktur Robotic Explorer Jully Tjindrawan.
Wianda Pusponegoro menyatakan, perhatian Pertamina dalam pengembangan dunia sains telah dirintis melalui kompetisi sains nasional tingkat Perguruan Tinggi sejak tahun 2007. Pertamina Olimpiade Sains telah memberikan warna baru bagi kompetisi sains sejenis tingkat nasional, dengan menghadirkan kompetisi kategori science project.
“Melalui kegiatan ini, Pertamina mengajak para generasi muda dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi untuk mencintai sains. Berbagai kegiatan edukasi, pameran dan kompetisi yang kami hadirkan, diharapkan dapat mendorong lahirnya kreativitas dan ide-ide sederhana yang bisa diaplikasikan dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Wianda.
Pertamina Science Fun Fair menghadirkan ragam pameran, di antaranya proyek pengembangan energi alternatif karya pemenang Pertamina Olimpiade Sains 2015, demo robotik dan kompetisi merakit robot, serta talk show mengenai sains dan pendidikan anak.
Salah satu narasumber yang hadir dalam talkshow adalah Naufal Raziq dengan inovasi pohon pijar. Naufal, pada saat berusia 10 tahun telah menciptakan alat sederhana yang mampu meyalurkan energi listrik dari pohon kedondong untuk menyinari kampungnya.
Sementara perwakilan Kemenristek DIKTI, Direktur Sistem Inovasi, Dr. Ophirtus Sumule, DEA, menyatakan Pertamina Science Fun Fair menjadi bukti kepedulian Pertamina atas pendidikan dan IPTEK untuk anak-anak, pelajar, dan mahasiswa yang akan menjadi penerus dalam meningkatkan daya saing dan keunggulan bangsa.
“Ini menunjukkan kepedulian kita bersama atas IPTEK. Kalau sebagian besar masyarakat yang merupakan anak-anak dan pelajar sudah lebih mencintai IPTEK, maka ketika besar mereka lebih ingin untuk mengembangkannya, terutama untuk meningkatkan daya saing dan keunggulan bangsa kita,” pungkasnya. •RILIS/STARFY
Published in Nusakini (2 November 2016)
Antusiasme generasi muda pada riset dan inovasi belakangan ini terbilang cukup tinggi. Hal ini tak terlepas dari keterlibatan lembaga riset dan perguruan tinggi yang berkerjasama dalam mendorong mereka menghasilkan inovasi teknologi.
Laksana Tri Handoko, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut, kerjasama yang erat antara lembaga riset dan perguruan tinggi harus lebih digiatkan lagi. “Perguruan tinggi memegang peranan penting untuk menyetimulasi generasi muda dalam melakukan riset dan inovasi guna menumbuhkembangkan industri kreatif,” ungkapnya di Bogor pada Jumat (28/10/2016) lalu.
Dikatakannya, peran lembaga riset dan perguruan tinggi adalah menciptakan enabler technology (mencari peluang inovasi pada teknologi yang sudah ada) dan menciptakan lingkungan kondusif untuk anak muda melakukan inovasi kreatif. “Wujud nyatanya, LIPI mulai mewajibkan kolaborasi riset dengan mahasiswa di perguruan tinggi dan melakukan aktivitas bersama seperti pendampingan praktikum di laboratorium, seminar, dan aktivitas bersama lainnya,” jelasnya.
Handoko menuturkan, penciptaan inovasi saat ini sebaiknya lebih kepada enabler technology karena bila menciptakan dari nol dikhawatirkan akan sulit mengejar perkembangan teknologi yang perputarannya sangat cepat. Sebab, para pengguna teknologi yakni para pelaku industri lebih melirik untuk menyempurnakan teknologi yang sudah ada.
Oleh karena itu, pencipta inovasi teknologi saat ini harus pandai dalam memunculkan teknologi kreatif yang mendorong pengembangan industri kreatif. “Dan, para generasi muda saat ini telah memiliki geliat untuk inovasi industri kreatif ini,” tutup Handoko. (p/mk)
Published in Alumni Network Prasetiya Mulya (29 August 2016)
Pada hari Jumat, 26 Agustus 2016, Universitas Prasetiya Mulya resmi menjalin kerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Bentuk kerjasama ini diwujudkan dalam penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Universitas Prasetiya Mulya dengan LIPI yang diadakan di Gedung Sasana Widya Sarwono LIPI Lt. 2, Jakarta pada pkl 14.00 WIB. Prof.Djisman Simandjuntak selaku Rektor dari Universitas Prasetiya Mulya dan Dr. Laksana Tri Handoko, M.Sc selaku Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia hadir dalam penandatangan MOU dan mewakili masing – masing pihak.
Selain dihadiri oleh sejumlah tenaga ahli dari LIPI, turut hadir dalam acara penandatanganan ini, antara lain Wakil Rektor I Universitas Prasetiya Mulya, Prof. Yudi Samyudia, Wakil Rektor II Universitas Prasetiya Mulya Prof. Djoko Wintoro, Ph.D, Lenny Sunaryo, Ph.D selaku Director of External Academic Coorporation Universitas Prasetiya Mulya, Franky Supriyadi, Ph.D, selaku Director of Applied STEM Academic Affairs, Dr Eka Ardianto selaku Director of Applied STEM Admissions, dan sejumlah Faculty Member dari Universitas Prasetiya Mulya.
Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Prof Djisman Simandjuntak menuturkan bahwa ruang lingkup kerja sama tersebut akan meliputi beberapa hal, diantaranya pertukaran tenaga ahli (resources sharing), dimana LIPI akan menjadi konsultan untuk kurikulum STEM di Universitas Prasetiya Mulya, dan para tenaga ahli dari LIPI dapat berkonsultasi dengan Universitas Prasetiya Mulya terkait pengembangan bisnis dan ekonomi. ”Ke depan Prasetiya Mulya dan LIPI juga akan explore proyek-proyek kerja sama yang bisa menjadi platform untuk kedua belah pihak” ujar Djisman.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Laksana Tri Handoko menyambut baik kerja sama ini. Ia mengatakan bahwa LIPI akan terbuka dalam menyediakan infrastruktur riset. “Kerja sama ini merupakan simbiosis mutualisme yang sangat baik dan diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan proyek riset kedua belah pihak ke depan”, ungkap Laksana Tri Handoko.
Ke depannya, kerja sama ini juga akan mencakup kerja sama bidang rekayasa komputer, teknologi kimia, makanan dan nano hidro. Jangka waktu kerja sama ini berlaku untuk jangka waktu lima tahun, terhitung sejak ditandatangani dan dapat diperpanjang atau diakhiri atas persetujuan kedua belah pihak.
Published in Teropong Senayan (Pamudji Slamet, 4 May 2016)
Sebanyak 15 peneliti remaja dari sejumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) mengikuti kompetisi ilmiah Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) yang akan digelar di Amerika Serikat (AS) pada 8--15 Mei 2016.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sekaligus Ketua Scientific Review Committee Laksana Tri Handoko, di Jakarta, Selasa (3/5/2016), mengatakan Indonesia pada kali ini mendapatkan penambahan kuota jumlah proyek penelitian yang dapat turut serta dalam ajang Intel ISEF.
Para remaja yang dikirimkan dalam ajang tersebut merupakan pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) Ke-47 Tahun 2015 yang diselenggarakan LIPI. Di samping itu, mereka juga pemenang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) Tahun 2015 yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
Menurut Handoko, khusus penyelenggaraan LKIR, proposal yang terjaring pada 2016 meningkat secara signifikan. Jumlah proposal 2015 sebanyak 2.041 proposal, sedangkan jumlah proposal 2016 sebanyak 3.203 proposal.
"Bila dihitung, proposal meningkat sekitar 63 persen dan ini harus mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah. Sebab, sumber daya manusia Indonesia banyak yang memiliki potensi dalam menghasilkan inovasi-inovasi baru," ujar Handoko.
Sekretaris Utama LIPI Siti Nuramaliati Prijono mengatakan pengiriman para peneliti remaja pemenang LKIR dan OPSI 2015 ke ajang Intel ISEF 2016 merupakan wujud nyata pembinaan yang serius dari LIPI dan Kemendikbud bagi generasi muda Indonesia. Tujuannya agar para remaja bisa lebih mencintai kegiatan meneliti sebagai salah satu upaya peningkatan daya saing negeri ini di tataran global.
Intel ISEF merupakan ajang kompetisi penelitian ilmiah paling bergengsi di dunia yang diikuti oleh sekitar 1.800 siswa. Mereka berasal dari lebih 80 negara di dunia. Pada 2016 ini akan diselenggarakan di Phoenix Convention Center, Arizona, AS. (plt)
Published in KPK (Humas KPK, 6 December 2016)
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo melantik tiga pejabat struktural baru setingkat eselon dua di lingkungan Kedeputian Bidang Pencegahan dan Sekretariat Jenderal.
Tiga pejabat baru itu antara lain Kepala Biro Hubungan Masyarakat dijabat oleh Febri Diansyah, Kepala Biro Sumber Daya Manusia Dian Novianthi, dan Direktur Penelitian dan Pengembangan Wawan Wardiana yang dilantik pada Selasa (6/12) di Auditorium Gedung KPK, Jakarta.
Upacara pelantikan tersebut disaksikan pimpinan KPK lainnya Laode Muhammad Syarief, Saut Situmorang dan Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko, serta pejabat struktural KPK lainnya.
Dalam sambutannya, Ketua KPK Agus Rahardjo berharap para pejabat struktural yang baru saja dilantik agar dapat menambah semangat kinerja KPK agar lebih baik. “Saudara-saudari mempunyai kewajiban membawa jajaran di lingkungan anda menjadi kesatuan yang solid dan bekerja sama, dari performance KPK sehingga lebih baik,” ujarnya.
Selain itu, ia juga mengingatkan para pegawai KPK harus selangkah lebih maju dari pegawai kementerian dan lembaga lainnya. Sebab amanah yang dibawa oleh KPK untuk kebaikan bangsa, yakni memerangi korupsi, mengajak masyarakat memiliki integritas serta mendorong perbaikan sistem. Menurut Agus amanah itu harus dijalankan sebaik-baiknya.
“Tingkatkan integritas, keunggulan kita perlu terus dijaga dengan membentuk atau memanfaatkan fungsi-fungsi dan kewenangan yang kita miliki ke depan,” ujarnya. Sebelumnya, posisi ketiga jabatan struktural tersebut dijabat oleh Johan Budi SP (Kabiro Humas), Roni Dwi Susanto (Direktur Litbang) dan Apin Aviyan (Kabiro SDM).
Published in Neraca (21 November 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan Uni Eropa mendorong kolaborasi dan memajukan penelitian untuk ASEAN melalui kegiatan "European Research Day ASEAN" 2016. "Kunci kemajuan ASEAN dalam iptek dan inovasi tersebut, yaitu bekerja sama menulis tulisan ilmiah dengan mitra internasional, termasuk Uni Eropa," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI Laksana Tri Handoko dalam "European Research Day ASEAN" 2016 di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan dalam 10 tahun terakhir para peneliti ASEAN telah melipatgandakan andilnya pada kajian-kajian ilmiah dunia, dan kegiatan patennya pun meningkat lebih dari 40 persen.
Ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi, ia mengatakan telah memainkan peran penting dalam memecahkan persoalan global seperti perubahan iklim, pangan, air, dan keamanan energi. Untuk memecahkan beragam persoalan itu, berbagai negara perlu meningkatkan kerja sama di bidang penelitian. Terkait dengan hal tersebut, LIPI bersama dengan EURAXESS ASEAN, Delegasi Eropa untuk Jakarta, Misi Uni Eropa untuk ASEAN, menggelar kegiatan workshop bertajuk European Research Day ASEAN 2016.
“Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kerja sama dan dukungan Uni Eropa bagi para peneliti di negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia untuk memberikan solusi terhadap permasalahan global,” ujar dia. Selama lebih dari 40 tahun, Uni Eropa dan ASEAN telah terlibat dalam hubungan politik dan ekonomi berdasarkan asas kepercayaan, saling menghormati, kepentingan, dan nilai-nilai bersama.
Menurut Handoko, sebagai mitra dagang terbesar kedua dan investor terbesar ASEAN, Uni Eropa mendukung ASEAN dalam upaya integrasi dan pembentukan pasar tunggal pada akhir 2015 hingga kini. "Dengan kelas menengah yang berkembang dan populasi demografis muda, ada peluang investasi yang besar bagi para pemangku kepentingan, baik di Uni Eropa dan ASEAN. Tak terkecuali pula investasi di bidang iptek dan inovasi," katanya.
Duta Besar Misi Uni Eropa untuk ASEAN Fancisco Fontan Pardo mengatakan Uni Eropa dan LIPI perlu bekerjasama mempermudah mobilitas peneliti untuk memungkinkan perluasan wawasan mereka. "Para peneliti bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan, belajar pendekatan yang berbeda untuk melakukan penelitian, dan mengembangkan solusi lokal untuk masalah-masalah global," ujar Fontan.
Untuk diketahui, kegiatan workshop kali ini merupakan bagian dari kegiatan unggulan tahunan EURAXESS ASEAN European Research Day yang berfokus pada penyediaan pelatihan tentang berbagai aspek ilmu komunikasi yang efektif.
Pada 2016, workshop tersebut berlangsung di Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand dan diharapkan menjangkau hampir 400 peneliti. Para peserta workshop sendiri menerima pelatihan metode mempersiapkan aplikasi untuk beasiswa yang sangat bergengsi Marie Sklodowska-Curie Actions Program (MSCA).
Published in Republika (Dessy Suciati Saputri, 19 November 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggelar seminar European Research Day ASEAN 2016.
Acara seminar ini diseleng garakan bersama lembaga Euraxess ASEAN untuk mendukung peningkatan kemampuan para peneliti Indonesia.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI, Laksana Tri Handoko, menyampaikan, seminar ini dapat membantu peneliti mendapatkan pelatihan keterampilan menulis. Ini untuk melatih bagaimana menulis proposal yang bagus. Proposal yang dibuat akan diseleksi dengan ketat. Banyak yang belum memiliki pengalaman membuat proposal yang bagus, kata Laksana di Jakarta, Jumat (18/11).
Pelatihan ini bisa mendorong peneliti mengajukan proposal, sehingga lebih produktif di bidang penelitian. Kemampuan ilmiah peneliti di Indonesia masih kurang. Diperlukan kerja sama pelatihan kompentensi dengan negara lain.
Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Raffaele Quarto, berharap, seminar yang digelar bagi para peneliti Indonesia dapat meningkatkan kompetensi mereka.
Published in Euraxess (Humas LIPI, 19 November 2016)
On 18 November 2016, EURAXESS ASEAN, the Delegation of the European Union to Indonesia, and the Indonesian Institute of Sciences (LIPI) hosted over 80 Indonesian researchers at a specialised workshop on proposal preparations for one of Europe’s most prestigious research fellowship programs. Mr Raffaele Quarto, First Counsellor at the Delegation of the European Union to Indonesia and Dr L.T. Handoko, Deputy Chairman for Engineering Sciences at the Indonesian Institute of Sciences (LIPI) presided over the opening of the workshop at the Crowne Plaza Hotel in Jakarta
Workshop participants received hands-on training on preparing applications for fellowships under the highly prestigious Marie Skłodowska-Curie Actions (MSCA) programme. The European Commission’s MSCA programme supports research training and career development focused on innovation skills.
"In a world that becomes more and more connected, that is digital and open, we can only succeed if the best and most promising researchers can freely do their research in an international context for the benefit of both our societies and economies." said Mr Raffaele Quarto, Head of Trade and Economic Section at the Delegation of the European Union to Indonesia and Brunei. (Opening  (19.88 KB) )
The workshop is part of the annual EURAXESS ASEAN flagship event “European Research Day” that focuses on providing hands-on training on various aspects of effective science communication. In 2016, European Research Day workshops will take place in Indonesia, Malaysia, Singapore and Thailand and will reach out to almost 400 researchers.
Published in Republika (18 November 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berupaya meningkatkan kompetensi dan keahlian para peneliti dengan menggelar seminar 'European Research Day ASEAN 2016'. Acara seminar ini diselenggarakan bersama lembaga EURAXESS ASEAN untuk mendukung peningkatan kemampuan para peneliti Indonesia.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI, Laksana Tri Handoko, menyampaikan seminar ini dapat membantu para peneliti mendapatkan pelatihan ketrampilan menulis yang sangat penting dilakukan dalam penelitian.
"Jadi pertama kalau workshop inikan tujuannya untuk memberikan skill bagaimana menulis proposal yang bagus. Kenapa itu penting? Karena proposal yang bagus untuk sumber dana luar itukan kompetitornya tidak hanya teman-teman di dalam negeri, pasti sebagian besar belum punya pengalaman itu," kata Laksana di Jakarta, Jumat (18/11).
Diharapkan, pelatihan peningkatan kompetensi bisa mendorong para peneliti mengajukan proposal penelitiannya sehingga lebih produktif di bidang penelitian. Menurut dia, selama ini kemampuan ilmiah para peneliti di Indonesia dinilai masih kurang sehingga diperlukan kerjasama pelatihan kompentensi dengan negara lain.
Sementara itu, Raffaele Quarto, delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Misi Eropa untuk ASEAN, berharap kerjasama seminar yang digelar bagi para peneliti Indonesia dapat meningkatkan kompetensi mereka. Ia juga berharap, peneliti-peneliti Indonesia tertarik mengajukan proposal penelitian beasiswa dan menjalin kerjasama penelitian.
"Seminar digelar untuk membantu peneliti, dan agar mereka tahu terdapat peluang kerjasama penelitian. Dari workshop ini diharapkan ada peneliti yang tertarik dan berminat," kata dia.
Seminar EURAXESS ASEAN memberikan pelatihan tentang berbagai aspek ilmu komunikasi yang efektif. Pada tahun ini, seminar ini juga diselenggarakan di Malaysia, Singapura, serta Thailand dan diharapkan dapat menjangkau sekitar 400 peneliti. Para peserta akan mendapatkan pelatihan mempersiapkan aplikasi beasiswa Marie Sklodowska-Curie Actions Program (MCSA). Lembaga EURAXESS ASEAN sendiri menghubungkan komunitas peneliti di ASEAN dengan para peneliti lainnya di 40 negara Eropa.
Published in Perpusnas (14 November 2016)
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) membuka peluang bagi setiap perpustakaan konvensional untuk mulai membangun koleksi bahan perpustakaan digital untuk dilayankan kepada pemustaka. Teknologi jaringan juga membuka peluang bagi perpustakaan untuk memanfaatkan bersama sumber informasi digital yang dimiliki, yaitu dengan menyediakan akses bagi perpustakaan lain ke koleksi digital miliknya dan sebaliknya. Dengan demikian peluang suatu perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan informasi pemustaka semakin besar. Peralihan dari tahap pengembangan koleksi digital yang berdiri sendiri ke tahap pengembangan jejaring ‘perpustakaan digital’ untuk pemanfaatan bersama sumber informasi yang dimiliki tentunya bukan proses yang sederhana. Salah satu tantangan yang harus dihadapi dalam proses pengembangan jejaring perpustakaan digital adalah peralihan generasi pengguna dari digital immigrants ke digital natives. Hal inilah yang menjadi dasar Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia mengambil tema “Transformasi Perpustakaan Digital Di Era Digital Native” pada konferensi ke-9 (KPDI 9) tahun 2016 ini di Singgasana Hotel Makassar Sulawesi Selatan (8/11 – 11/11).
Dalam sambutannya Rektor UIN Alauddin Makassar, Musafir Pababbari menerangkan bahwa Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia ke-9 sebagai ajang bertukar pikiran dalam segala aspek dan informasi tentang perpustakaan digital. “Perkembangan teknologi di bidang perpustakaan sudah menjadi kebutuhan terutama dalam kemudahan akses dalam mencari informasi, sehingga pustakawan harus memiliki kompetensi yang baik, seperti kemampuan manajemen informasi, kecakapan interpersonal, keterampilan teknologi informasi, kualitas pelayanan dan sense of belonging,” terangnya.
Kepala Perpustakaan Nasional RI Syarif Bando menekankan pada kata kunci dalam kegiatan KPDI 9 adalah bagaimana komunitas perpustakaan dan pustakawan indonesia bisa membangun suatu kekuatan agar bisa memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pemustaka. Secara yuridis dalam Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara yang memiliki Perpustakaan Nasional yang mengatur perpustakaan dari pusat hingga desa. Dalam kesempatan tersebut juga diselenggarakan MoU antar Universitas di Indonesia dengan Perpustakaan Nasional untuk membangun jaringan perpustakaan. Sayarif Bando menerangkan menurut data dan fakta budaya baca di Indonesia sangat tinggi, parameter sederhana yang dapat dilihat adalah di Indonesia satu-satunya negara yang terdapat puluhan aksara daerah. Lanjut Syarif Bando, permasalahan fundamental yang dihadapi saat ini di Indonesia yaitu kesenjangan dalam mengakses informasi yaitu buku, fasilitas internet, dll. Dalam manifesto IFLA-UNESCO mengamanatkan bahwa seluruh perpustakaan yang ada di seluruh dunia berperan dalam meningkatkan sumber daya manusia dengan sumber informasi yang terbaru. “Oleh karena itu melalui kerjasama dengan berbagai perpustakaan yang ada di Indonesia digunakan untuk membangun jaringan perpustakaan yang terhimpun melalui Onesearch agar masyarakat dapat mudah memperoleh informasi yang up to date dan lengkap,” terangnya.
Sambutan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yahsin Limpo yang dibacakan Asisten IV Bidang Administrasi Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Ruslan Abu menjelaskan bahwa seluruh rangkaian kegiatan mengarah kepada upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan perpustakaan berbasis teknologi melalui digitalisasi perpustakaan. Perpustakaan adalah parameter keberhasilan sebuah negeri. Sulawesi Selatan tepatnya di Makassar memiliki peranan penting dalam perkembangan perpustakaaan di Indonesia yaitu menjadi tempat terselenggaranya kerjasama perpustakaan perguruan tinggi pertama kali di Indonesia pada tahun 1976. Pada kesempatan yang sama dalam acara KPDI 9 tahun 2016 yang juga terselenggara di Makassar merupakan momentum berharga atas dibentuknya Forum Perpustakaan Digital untuk pertama kalinya.
Acara KPDI 9 didahului melalui kegiatan workshop mengenai Indonesia OneSearch, iPusnas, INLISLite, Budaya Literasi dan Literasi Budaya Masyarakat Digital, Sinergitas Pustakawan dan Pemustaka dalam Transformasi Layanan Digital dilanjutkan dengan Penandatanganan MoU antara Perpustakaan Nasional RI dan Lembaga Mitra. Pada hari yang sama dengan pembukaan juga terdapat sesi kebijakan yang menghadirkan Muhammad Asri Anas (Badan Anggaran MPR RI), Ismail Cawidu (Staf Ahli Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika), Phil. Kamaruddin Amin (Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Laksana Tri Handoko (Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI) dengan moderator Zainal A. Hasibuan.
Pada hari berikutnya disampaikan paparan dari para pemakalah yang dibagi menjadi empat topik, yaitu: Topik 1 Transisi Perpustakaan Dari Digital Imigrant Ke Digital Native, Topik 2 Perubahan Paradigma Pemanfaatan Perpustakaan, Topik 3 Perubahan Orientasi Perpustakaan: Go Mobile, Go Social dan Individual Focus, Topik 4 Ekstensifikasi Layanan Perpustakaan Digital Melalui Cloud Computing. Sebagai penutup acara juga para peserta KPDI 9 melakukan tour wisata ke Makassar dan Toraja untuk mengenal kebudayaan setempat yang unik, indah dan mempesona. Sumber: Arwan Subakti
Published in PP TTG LIPI (PDHP TTG LIPI, 15 November 2016)
Dalam rangka hari Teknologi Nasional ke 21 tahun 2016, ulang tahun Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ke 49 dan 30 tahun keberadaan Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna, maka PPTTG LIPI Subang menyelenggarakan serangkaian acara untuk menyemarakkan kegiatan tersebut di atas, sebagai sumbangsih terhadap institusi pemerintah, institusi pendidikan dan masyarakat. Serangkaian acara tersebut adalah,
Pertama : Konferensi dan Seminar Nasional Teknologi Tepat Guna III (KSNTTG III)
Dalam rangka membangun sinergi dan kerja sama peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk mendorong daya saing yang berbasis potensi sumber daya lokal, Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI Subang bekerjasama dengan Direktorat Sistem Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) serta Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Jawa Tengah, mengadakan Konferensi dan Seminar Nasional Teknologi Tepat Guna III yang dihadiri beberapa peserta dari kabupaten kota dan provinsi seluruh Indonesia dan tamu undangan khusus sekaligus mengadakan pameran produk dan alat hasil-hasil riset teknologi tepat guna unggulan.
Pada acara KSNTTG III ini sebagai pembicara kunci Menteri desa dan PDT bapak Eko Putro Sanjoyo, BSEE. MBA yang di wakili oleh Setjen Kemendes dan PDT bapak Dr. Anwar Sanusi. Hadir juga dalam acara tersebut Ketua LIPI bapak Prof. Dr. Iskandar Zulkarnaen, Wakil kepala LIPI bapak Dr. Akmadi Abbas, M.Eng.Sc, Deputi IPT bapak Dr. LT Handoko, kepala pusat pengembangan teknlogi tepat guna bapak Dr.Ir. Yoyon Ahmudiarto, M.Sc, IPM dan para pejabat setingkat esselon dua lainnya serta para undangan.
Acara KSNTTG III ini adalah sebuah rangkaian acara selama dua hari pada tanggal 11 dan 12 Agustus 2016 di Grha Solo Raya Badan Koordinasi Wilayah II, Jl. Selamat Riyadi No. 1 Kota Surakarta Jawa Tengah dengan tema "Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna Untuk mendukung penguatan Inovasi di Daerah".
Kedua : Seminar dan Lokakarya Grassroots Innovation 2016 (Semiloka GRI)
Kegiatan seminar dan lokakarya GRI (Grassroots Innovation/Inovasi Akar rumput) menghantarkan tema inovasi akar rumput sebagai bagian dari inovasi masyarakat untuk meningkatkan kemajuan UKM. Acara seminar dan lokakarya GRI tersebut menghadirkan pembicara antara lain bapak Ilham A. Habiebie, Dr. Ing, MBA. ketua Institut demokratisasi sains teknologi, bapak Dr. Ir. Akmadi Abbas, M.Eng.Sc. Wakil kepala LIPI dan bapak Dr. Ir. Jumain Appe, M.Si, Direktur Jendral Penguatan Inovasi, KEMENRISTEKDIKTI RI.
Selanjutnya lokakarya pada topik-topik bahasan untuk menghasilkan luaran berupa saran kebijakan pemanfaatan novasi akar rumput untuk meningkatan kapasitas dan daya saing UKM. Lokakarya dan seminar mengetengahkan topik bahasan berupa: Inovasi akar rumput peralatan penunjang produksi, Inovasi akar rumput teknologi proses produksi dan Faktor sosial budaya dan lingkungan mendukung perkembangan inovasi akar rumput. Acara dilaksanakan pada tanggal 21 September 2016 di Auditorium LIPI Lt.2. Jl. Gatot Subroto no.10 Jakarta.
Ketiga : International Conference on Appropriate Technology Development (ICAT Dev)
ICATDev 2016 (International Conference on Appropriate Technology Development) adalah konferensi internasional PPTTG LIPI Subang dengan tema "Pemberdayaan Teknologi Tepat Guna untuk usaha kecil dan menengah" dan hadir sebagai pembicara kunci Prof. John P. Tharakan (Faculty Chemical Engineering, Howard University, Washington DC, United State) dan Prof. Dr. Javed Ghulam Hussain (Birmingham City University, UK) yang masih dalam rangka acara konferensi internasional Sains dan Teknologi Festival 2016 yang diselenggarakan terintegrasi dengan tujuh satuan kerja di bawah kedeputian IPT yang diadakan pada tanggal 3-5 Oktober 2016. Semua Konferensi dan simposium ilmu pengetahuan tersebut di selenggarakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Jl. BSD Grand Boulevard, BSD City, Tangerang, INDONESIA.
Keempat : Open House
Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna (PPTTG) LIPI Subang menyelenggarakan satu kegiatan untuk mendorong diseminasi TTG di wilayah Kabupaten Subang dan sekitarnya. Diseminasi TTG ini dikemas dalam kegiatan Open House 3 Dasawarsa PPTTG LIPI di kota Subang , yaitu sosialisasi terbuka dari PPTTG LIPI terhadap berbagai fasilitas, laboratorium, pilot plant dan hasil-hasil penelitian serta pengembangannya kepada masyarakat umum dan para stake holder TTG. Melalui Open House 3 Dasawarsa PPTTG ini diharapkan masyarakat menjadi lebih tahu dan dekat dengan berbagai jenis dan kegiatan TTG, khususnya yang dilakukan oleh LIPI.
Open house ini juga menjadi ajang bertukar pikiran antara para pemerhati, praktisi dan pelaku usaha maupun industri lainnya dalam forum diskusi sebagai wadah untuk penyamaan persepsi dan kerja sama lebih lanjut. Acara Open House 3 Dasawarsa PPTTG dibuka oleh Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Tehnik bapak Dr. Laksana Tri Handoko yang didahului dengan laporan persiapan perencanaan kegiatan oleh kepala PPTTG-LIPI Subang bapak Dr. Yoyon Ahmudiarto dan dihadiri oleh SKPD Kabupaten subang serta para undangan yang konsen terhadap perkembangan TTG. Acara berlangsung selama tiga hari dari tanggal 18 sampai dengan 20 Oktober 2016. #(dA)
Published in LIPI (Humas LIPI, 1 November 2016)
Antusiasme generasi muda pada riset dan inovasi belakangan ini terbilang cukup tinggi. Hal ini tak terlepas dari keterlibatan lembaga riset dan perguruan tinggi yang berkerjasama dalam mendorong mereka menghasilkan inovasi teknologi.
Laksana Tri Handoko, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut, kerjasama yang erat antara lembaga riset dan perguruan tinggi harus lebih digiatkan lagi. “Perguruan tinggi memegang peranan penting untuk menyetimulasi generasi muda dalam melakukan riset dan inovasi guna menumbuhkembangkan industri kreatif,” ungkapnya di Bogor pada Jumat (28/10) lalu.
Dikatakannya, peran lembaga riset dan perguruan tinggi adalah menciptakan enabler technology (mencari peluang inovasi pada teknologi yang sudah ada) dan menciptakan lingkungan kondusif untuk anak muda melakukan inovasi kreatif. “Wujud nyatanya, LIPI mulai mewajibkan kolaborasi riset dengan mahasiswa di perguruan tinggi dan melakukan aktivitas bersama seperti pendampingan praktikum di laboratorium, seminar, dan aktivitas bersama lainnya,” jelasnya.
Handoko menuturkan, penciptaan inovasi saat ini sebaiknya lebih kepada enabler technology karena bila menciptakan dari nol dikhawatirkan akan sulit mengejar perkembangan teknologi yang perputarannya sangat cepat. Sebab, para pengguna teknologi yakni para pelaku industri lebih melirik untuk menyempurnakan teknologi yang sudah ada.
Oleh karena itu, pencipta inovasi teknologi saat ini harus pandai dalam memunculkan teknologi kreatif yang mendorong pengembangan industri kreatif. “Dan, para generasi muda saat ini telah memiliki geliat untuk inovasi industri kreatif ini,” tutup Handoko. (lyr/wd:pwd)
Published in Kabar Handayani (Kandar, 27 October 2016)
Deputi IPT LIPI bersama jajaran LIPI Gading berfoto bersama perwakilan UMKM, pelajar dan beberapa lembaga yang bekerjasama seusai penutupan kegiatan Bulan Teknologi. KH/ Kandar
Rangkaian kegiatan Bulan Teknologi yang dilaksanakan Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BPTBA) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di Gading, Playen berakhir. kegiatan yang berlangsung sejak bulan Juli lalu ini ditutup oleh Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI, Dr Laksana Tri Handoko, Kamis, (27/10/2016).
Dipenghujung kegiatan yang memiliki tujuan mempercepat hilirisasi teknologi untuk meningkatkan daya saing bangsa di era Msyarakat Ekonomi Asean ini, Tri Handoko mengaku senang BPTBA LIPI Gading saat ini mampu melibatkan banyak pihak pemangku kepentingan dan masyarakat.
“Tentunya bangga dan senang, banyak yang terlibat mulai dari anak TK hingga mahasiswa, ada calon dan pelaku UMKM, semoga memberikan inspirasi bagi masyarakat secara umum bahwa setiap orang bisa mulai melakukan kegiatan ekonomi kreatif dengan ilmu pengetahuan,” ujarnya. Ia menyatakan bahwa sudah menjadi komitmen LIPI untuk mendampingi masyarakat dalam kegiatan memperbaiki perekonomian dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pihaknya juga mengapresiasi atas kegiatan yang diselenggarakan karena dinilai cukup berhasil. Bahkan beberapa jenis kegiatan dalam rangka Bulan Teknologi yang dilaksanakan di LIPI Gading akan direplikasi di Satker lembaga penelitian di daerah lain.
Dirinya juga sangat berharap LIPI yang terletak di wilayah Desa Gading dapat dikenal, mampu bersinergi dan memberikan manfaat tidak hanya bagi kelompok-kelompok dampingan (UMKM) saja tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
“Pada agenda kunjungan, masyarakat semua bisa melihat, secara terbuka LIPI menunjukkan apa yang ada disini, tidak semua hal di LIPI memiliki standar tinggi dan selalu formal,” imbuh Tri Handoko.
Sementara itu Kepala BPTBA LIPI, Hardi Julendra, S.Pt., M.Sc. menambahkan, tujuan yang ingin diraih disetiap peringatan Bulan Teknologi ialah peningkatan kerjasama baik berbentuk dampingan atau kerjasama riset dengan umkm, dan juga menggandeng universitas serta beberapa pihak lain yang berkompeten.
“Poin paling penting ialah mengenalkan keberadaan LIPI Gunungkidul, Yogyakarta kepada masyarakat secara luas,” jelasnya. ()
Published in HaloJepang! (October 2016)
Berbicara ceplas-ceplos dan tampil kasual-batik dan celana denim, Laksana Tri Handoko seakan membuang jauh-jauh imej jika peneliti bidang fisika teori terlihat serius dengan kacamata tebal.
"Apa kelihatan saya peneliti. Saya gaul, pakai jeans," ujarnya saat menemui HaloJepang! di kantor pusat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta baru-baru ini. Handoko, sapaan sehari-hari pria kelahiran Malang, 7 Mei 1968 ini, meski menjabat Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI tak terlihat formal seperti birokrat pada umumnya.
Saat berbincangpun, dia berkata apa adanya termasuk alasan memilih berkarir di LIPI dibanding menjadi peneliti atau bekerja di luar negeri. Berikut petikan wawancaranya.
HJ: Setelah lulus doktor, mengapa Anda memilih kembali ke Tanah Air?
Laksana Tri Handoko (LTH): Saya lulus dari Hiroshima University pada 1998. Terus menjadi visiting scientist di High Energy Group ICTP, Italia selama setahun. Kemudian mengikuti post-doctoral fellow di DESY Jerman selama tiga tahun. Saya balik ke Indonesia 2002. Saya pulang karena tawaran di luar negeri kurang bagus. Di sana saya tak mungkin menjadi layer satu. Ini pilihan rasional saja.
HJ: Dari berbagai pernghargaan di bidang penelitian, mana yang paling berkesan?
LTH: Habibie Award 2004 dan Achmad Bakrie Award 2008. Penghargaan tersebut sangat berkesan karena murni keilmuan. [ Catatan: Handoko sudah mendapat penghargaan sejak duduk di SMA (1985) dengan menjadi Juara III lomba karya ilmiah remaja (LKIR LIPI) di bidang matematika.]
HJ: Saat lembaga lain belum menerapkan penerimaan pegawai negeri sipil (PNS) melalui sistem online, Anda sudah memulainya sejak 2005. Apakah gebrakan itu tidak menimbulkan friksi?
LTH: Tujuan saya adalah mencari peneliti yang berkualitas. Tidak ada agenda pribadi. Masak mau menerima pegawai dengan sistem KKN terus (sambil tertawa).
HJ: Dari peneliti menjadi birokrat, apa kendala yang dihadapi?
LTH: Saya juga peneliti, jadi mengerti jiwa peneliti. Saya orangnya tidak ekstrim, tidak mau mengatur segalanya. Saya fokus ke output, apa yang dihasilkan peneliti. Saya tidak mau mengurusi day by day peneliti. Mereka orang-orang pintar yang bisa mengatur dirinya sendiri.
HJ: bagaimana strategi menghadapi minimnya anggaran penelitian?
LTH: Mengoptimalkan anggaran yang ada. Saya tidak membiayai semua penelitian. Kalau dulu, anggaran yang ada dibagi ke semua peneliti. Saya tidak mau. Karena fokus ke output, hany apenelitian berkualitas yang didanai. Akan terjadi seleksi alam. Peneliti mesti bergabung ke grup yang bagus untuk mendapatkan hasil maksimal.
HJ: Bagaimana perkembangan riset fisika di Indonesia?
Riset fisika kita tak ketinggalan dibanding negara lain. Yang tertinggal justru riset teknologi karena riset di bidang ini harus melibatkan industri dan perusahaan. Ini diluar kita. Tidak bisa mengontrol pihak ketiga tersebut.
HJ: Bagaimana menumbuhkan minat generasi muda pada ilmu fisika?
LTH: Minat tidak perlu ditumbuhkan, biarkan alami. Minat tiap orang berbeda-beda. Tidak harus ke bidang tertentu. Yang paling penting adalah menumbuhkan kreativitas pada anak agar berkembang dan beradaptasi dengan kemajuan jaman. Pendidikan anak harus ditingkatkan. Makin tinggi pendidikannya, kreativitasnya makin berkembang.
HJ: Mengapa bersedia menjadi editor ahli di majalah ilmiah anak-anak?
LTH: Itu bagian dari community service. Saya juga menjadi editor di berbagai jurnal. Lupa karena banyak. Menjadi juri di berbagai kompetisi seperti National Young Innovator Award, Kalbe Junior Scientist Award (KJSA), atau Indonesian National Youth Scientific Contest. Sebagian sudah saya tinggalkan karena keterbatasan waktu.
HJ: Riset apa yang sedang dikerjakan?
LTH: Saya orangnya tak mau terikat pada bidang tertentu. Yang tak kenal mengganggap saya orang informasi teknologi karena hampir separo buku yang dihasilkan membahas informasi teknologi. Dalam beberapa tahun terakhir, saya tertarik meneliti fisika partikel yang mempelajari partikel dasar pembentuk benda dan radiasi, dan interaksi antara mereka. Mengkaji dinamika biomaterial alias DNA (deoxyribonucleic acid).
Published in Pikiran Rakyat (Yusuf Adji, 20 October 2016)
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksana Tri Handoko meminta agar pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terus didorong supaya menerapkan teknologi tepat guna, sehingga usaha mereka bisa bersaing dengan berbagai produk luar di era MEA. Tanpa dukungan teknologi mereka akan sulit bertarung apalagi memenangkan kompetisi dengan produk sejenis dari luar negeri.
Hal itu dikatakan Laksana sesuai membuka Open House Tiga Dasawarsa Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna - LIPI di Kabupaten Subang, Rabu, 19 Oktober 2016. Menurut konsekuensi pasar bebas membuat berbagai produk dari luar bisa masuk ke pasar dalam negeri. Hal itu menjadi tantangan bagi para peneliti di PPTTG-LIPI Subang melakukan percepatan, menghasilkan Teknologi Tepat Guna sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang akhir-akhir ini terus meningkat. "Jadi UMKM harus didorong bisa maju dengan teknologi, sehingga peneliti harus bisa mengubah atau membuat sesuatu yang bermanfaan sesuai sesuai kebuthan mereka," ujarnya.
Dikatakan Laksana, tuntutan pasar kini semakin tinggi, seperti di produk makanan. Saat ini tuntutannya bagaimana mengolah produk bisa lebih tahan lama tetapi tanpa menggunakan bahan pengawet. Itu bisa dibantu dengan masuknya TTG. "Pelaku UMKM di Subang harus mampu membuat sesuatu yang unik, sehingga bisa diminati konsumen. Apalagi bila dilihat lokasi geografis Subang strategis, dan memiliki potensi besar. Itu menjadi peluang, sayang bila tak dimanfaatkan," katanya.
Menurutnya, di Subang selain sektor pertanian harus dibangkitkan pula industri kreatifnya. Sebab industri kreatif di Subang belum berkembang pesat, itu menandakan sentuhan TTG belum masuk. "Di Subang kebanyakan teknologi tepat guna digunakan dalam menunjang pengolahan hasil pertanian supaya memiliki nilai ekonomis. Petani bisa mendapat nilai tambah dengan melalui proses pengolahan terlebih dulu. Jadi kami bantu teknologinya dan terus disempurnakan, seperti produksi tapioka di Tanjungsiang," katanya.
Kepala Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna - LIPI, Yoyon Ahmdiarto mengatakan keberadaan dan kiprah PPTTG- LIPI di Subang sudah masuk tiga dasawarsa, dimulai 14 Oktober tahun 1986 lalu saat peresmian Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI. "Open House kami laksanakan selama tiga hari, yaitu 18-20 Oktober 2016. Selain seremonial pembukaan, diisi pula dengan kunjungan keberbagai fasilitas di PPTTG LIPI, Bimbingan Teknis bagi masyarakat dan UMKM, Demonstrasi, Konsultasi Teknis dan Non Teknis terkait teknologi tepat guna. Kegiatan ini diikuti sekitar 350 peserta dari SKPD di Kabupaten Subang, Pelajar SD, SMP, SMU, SMK di Kabupaten Subang, dan Masyarakat Umum," ujarnya.
Published in PP TTG LIPI (20 October 2016)
Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna (PPTTG) LIPI Subang menyelenggarakan satu kegiatan untuk mendorong diseminasi TTG di wilayah Kabupaten Subang dan sekitarnya. Diseminasi TTG ini dikemas dalam kegiatan Open House 3 Dasawarsa PPTTG LIPI di kota Subang , yaitu sosialisasi terbuka dari PPTTG LIPI terhadap berbagai fasilitas, laboratorium, pilot plant dan hasil-hasil penelitian serta pengembangannya kepada masyarakat umum dan para stake holder TTG. Melalui Open House 3 Dasawarsa PPTTG ini diharapkan masyarakat menjadi lebih tahu dan dekat dengan berbagai jenis dan kegiatan TTG, khususnya yang dilakukan oleh LIPI. Open house ini juga menjadi ajang bertukar pikiran antara para pemerhati, praktisi dan pelaku usaha maupun industri lainnya dalam forum diskusi sebagai wadah untuk penyamaan persepsi dan kerja sama lebih lanjut.
Acara Open House 3 Dasawarsa PPTTG dibuka oleh Diputi Bidang Ilmu Pengetahuan Tehnik bapak Dr. Laksana Tri Handoko yang didahului dengan laporan persiapan perencanaan kegiatan oleh kepala PPTTG-LIPI Subang bapak Dr. Yoyon Ahmudiarto dan dihadiri oleh SKPD Kabupaten subang serta para undangan yang konsen terhadap perkembangan TTG. Acara berlangsung selama tiga hari dari tanggal 18 sampai dengan 20 Oktober 2016, mulai jam 08.00 wib pagi sampai dengan jam 16.00 wib. #(dA)
Published in nusakini (20 October 2016)
Masih terbatasnya jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Subang, Jawa Barat yang menerapkan teknologi tepat guna membuat inovasi dan geliat UMKM di kota tersebut masih belum optimal. Merujuk pada kenyataan itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna (Pusbang TTG) mengajak pelaku UMKM lebih berani melakukan terobosan inovasi dengan menerapkan teknologi tepat guna pada usahanya.
“Bila pelaku usaha berani menerapkan teknologi, maka mereka mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas komoditasnya. Akhirnya, mereka juga akan bisa bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN sekarang,” terang Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksana Tri Handoko di sela-sela pembukaan Open House3 Dasawarsa Pusbang TTG pada Selasa (18/10/2016) di Subang, Jawa Barat.
Handoko mengungkapkan, hal penting lain yang harus dilakukan untuk meningkatkan tingkat usaha para pelaku UMKM adalah mengubah pola pikir mereka. “Pola pikir ini adalah berani menerapkan teknologi walaupun masih sederhana dan juga bermitra dengan berbagai lembaga Litbang yang ada,” katanya.
Pacu Digitalisasi UMKM, Kementerian Kominfo-Bank BRI Jalin Kemitraan Produk Riset Hankam LIPI Tampil di Indo Defence Expo 2016 LIPI Jadikan Technopark Samosir Sebagai Pusat Alih Teknologi Lembaga Riset dan Perguruan Tinggi Berperan Penting dalam Tumbuhkan Inovasi LIPI: Tax Amnesty, Program Pemerintah yang Harus Didukung Dia melanjutkan, pihaknya pun siap memberi kesempatan kepada para pelaku usaha dan masyarakat umum untuk menggunakan teknologi dan alat-alat penelitian LIPI. Ini ditujukan untuk membantu mereka dalam menumbuhkembangkan usaha dan ekonomi masyarakat. “Teknologi kami ada untuk dapat dipahami dan disesuaikan untuk membantu berbagai kebutuhan pelaku UMKM dan masyarakat,” sambungnya.
Kepala Pusbang TTG, Yoyon Ahmudiarto mengimbuhkan, LIPI sendiri melalui satuan kerja yang dipimpinnya selalu terbuka dalam memberikan bimbingan teknis maupun non teknis bagi masyarakat yang ingin menggunakan teknologi. “Kami telah membuka layanan satu pintu untuk memberikan bimbingan tersebut. Dengan layanan ini, kami berharap lebih mempermudah akses masyarakat terhadap teknologi dan menghilangkan anggapan teknologi itu sulit dan menyeramkan,” ujarnya.
Yoyon katakan, agar lebih menginspirasi lagi masyarakat tentang teknologi tepat guna, pihaknya pun menggelar kegiatan open house pada 18 hingga 20 Oktober 2016. Kegiatan ini diisi dengan serangkaian acara, seperti demo pembuatan biogas, pengolahan air bersih, pengolahan sari buah, pembuatan pakan ikan apung, dan pembuatan makanan dari tepung pisang. Selain itu, juga ada pengenalan teknologi pengolahan nugget ayam, teknologi pembuatan Mi Mocaf, dan teknologi pembuatan Pupuk Organik Hayati.
Melalui kegiatan open house kali ini, Yoyon berharap juga agar masyarakat mengetahui secara detil teknologi tepat guna yang bermanfaat dan membuka peluang kerja sama untuk melakukan penelitian ataupun menerapkan teknologi yang sudah ada. “Untuk semakin membuka informasi pada masyarakat, kami juga telah mengembangkan website yang berisi informasi terkait fasilitas penelitian, produk penelitian, dan konsultasi,” pungkas Yoyon. Kegiatan ini sendiri diikuti lebih dari 135 peserta yang merupakan UMKM binaan LIPI. (p/mk)
Published in Pasundan Ekspres (19 October 2016)
Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPTTG-LIPI) menggelar open house dalam rangka merayakan 3 dasawarsa. Open house bertujuan untuk mendorong diseminasi teknologi tepat guna di wilayah Kabupaten Subang dan sekitarnya. Pada kesempatan tersebut, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Dr. Laksana Tri Handoko membuka open house PPTTG-LIPI yang dikepalai Dr. Ir. Yoyon Ahmdiarto, M.Sc, IPM.
Pembukaan diisi dengan agenda penandatanganan perjanjian kerja sama antara PPTTG LIPI dengan mitra, ekspose kaleidoskop 30 tahun perjalanan PPTTG di Subang, launching katalog produk, katalog peneliti, silabus pelatihan, dan website PPTTG LIPI serta penayangan fasilitas layanan PPTTG. Peserta dan tamu undangan pun sempat mengunjungi ke berbagai fasilitas di PPTTG-LIPI. Berbagai bimbingan teknis dan praktik diselenggarakan selama tiga hari sejak tanggal 18-20 Oktober 2016.
Dalam sambutannya, Kepala Pusbang TTG-LIPI Dr. Ir. Yoyon Ahmdiarto, M.Sc, IPM mengatakan, komitmen untuk mengembangkan teknologi tepat guna akan terus dilaksanakan LIPI dengan senantiasa menghasilkan terobosan-terobosan teknologi baru. “LIPI berupaya mendorong lahirnya inovasi teknologi tepat guna melalui diseminasi teknologi kepada masyarakat. Hal ini diharapkan dapat menyetimulasi masyarakat untuk lebih kreatif dan inovatif membuat teknologi sederhana tepat guna,” harapnya.
Dr. Yoyon menambahkan, diseminasi teknologi tepat guna melalui open house kali ini ditargetkan kepada masyarakat, pelaku UMKM, pelajar, dan pemerintah daerah, khususnya di wilayah Subang. “Dengan bentuk open house, diharapkan masyarakat dan kalangan terkait lebih leluasa mendapatkan informasi tentang teknologi yang diperlukan,” sambungnya.
Ketika ditanya teknologi apa yang sudah diciptakan LIPI, Dr. Yoyon memaparkan, sudah banyak yang diciptakan. “Setiap tahun ada yang didesiminasi ada juga yang pengembangan di sini. Proses teknologi yang disampaikan kepada masyarakat ada dua, assessment (permintaan dari daerah) dan ada juga push technology (produk baru yang dikenalkan),” paparnya.
Permintaan teknologi dari warga Subang, Dr. Yoyon menuturkan, LIPI Subang berusaha menjadi hasil pertanian menjadi lebih ekonomis, supaya tidak tidak barang mentah dan punya nilai tambah. “Jadi bagaimana setelah menghasilkan, kita bantu teknologinya untuk lebih meningkat perekonomiannya,” katanya.
Sementara itu, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Dr. Laksana Tri Handoko menambahkan, open house ini merupakan sosialisasi terbuka ke stakeholder terkait dan masyarakat umum agar mengetahui berbagai fasilitas, laboratorium, pilot plant, hingga hasil penelitian atau teknologi tepat guna serta pengembangannya. Menurutnya, pengembangan teknologi tepat guna di satuan kerja yang berada di bawah kedeputiannya itu selalu berupaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Jenis penelitian tepat guna yang dilakukan berkaitan dengan teknologi pangan, pengolahan pakan ternak, teknologi pertanian, pengolahan pupuk, dan teknologi lainnya yang masih terkait. “Dengan keberhasilan pengembangan teknologi tepat guna, maka Indonesia akan mampu bersaing di era globalisasi ini,” harapnya.
Handoko menilai, di Subang ekonomi kreatif masih minim, hal tersebut menandakan teknologi belum masuk. Dimulai dari MoU yang dilakukan LIPI dengan sekolah diharapkan generasi muda bisa menciptakan ekonomi kreatif untuk memajukan daerahnya sendiri. “Sekolah setiap tahun meluluskan siswa hingga ribuan, lalu mau dikemanakan? Subang harus mampu menciptakan yang unik untuk menarik minat warga dari luar untuk datang ke Subang,” tandasnya.(vry/din)
Published in RRI (19 October 2016)
Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna (PPTTG) - LIPI Subang menggelar open house selama tiga hari sejak hari Selasa (18/10/2016) hingga Kamis (20/10/2016), dengan menghadirkan berbagai acara, di antaranya mensosialisasikan hasil-hasil penelitian serta pengembangan tekonologi tepat guna kepada masyarakat. "Dengan Open House ini Kami diharapkan, masyarakat menjadi lebih tahu dan dekat dengan berbagai jenis dan kegiatan teknologi tepat guna, khususnya yang telah dilakukan LIPI," kata Humas PPTTG - LIPI Kabupaten Subang, Karlina Gusmarani kepada Radio Republik Indonesia di Subang, Selasa (18/10/2016).
Menurutnya, Open House dilaksanakan dalam rangka peringatan tiga Dasawarsa PPTTG - LIPI di Kabupaten Subang. Acara dilaksanakan mulai 18-20 Oktober 2016 sebagai upaya mendorong diseminasi teknologi tepat guna di wilayah Kabupaten Subang dan sekitarnya.
"Ini merupakan sosialisasi terbuka terhadap berbagai fasilitas, laboratorium, pilot plant, dan hasil-hasil penelitian serta pengembangannya kepada masyarakat," ujarnya.
Dia mengungkapkan, akan dilaksanakan pula Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara PPTTG LIPI dengan Mitra, Ekspose/Kaleidoskop 30 tahun perjalanan PPTTG di Subang, Launching Katalog Produk, Katalog Peneliti, Silabus Pelatihan, dan Website PPTTG LIPI serta fasilitas layanan PPTTG.
"Ada juga kunjungan ke berbagai fasilitas di PPTTG LIPI, serta bimbingan teknis seperti Pembuatan Mi Non Gandum, Pengolahan Pakan Ikan Apung, dan Pembuatan Pupuk Organik Hayati serta lainnya. Kami berharap acara ini bisa menjadi ajang bertukar pikiran antara para pemerhati, praktisi dan pelaku usaha Subang," tandasnya. (RE/AKS)
Published in Pikiran Rakyat (Yusuf Adji, 18 October 2016)
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik - LIPI, Laksana Tri Handoko bersama rombongan meninjau fasilitas dan hasil penilitan TTG di Subang, Selasa 18 Oktober 2016.
Kegiatan usaha di Kabupaten Subang yang sudah menerapkan teknologi tepat guna hasil penelitian LIPI masih terbilang minim. Padahal, Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna - LIPI di Subang menyatakan sudah membuka diri dan mempersilakan para pelaku usaha untuk memanfaatkan fasilitas maupun laboratoriumnya.
"Tiap tahunnya ada peningkatan. Tapi bila dilihat dari potensi, pelaku usaha maupun respons masyarakat di Subang terhadap teknologi tepat guna masih terbilang minim," kata Kepala Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna - LIPI, Yoyon Ahmdiarto, saat mendampingi Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, LIPI, Laksana Tri Handoko meninjau berbagai fasilitas di PPTTG-LIPI Subang, Selasa 18 Oktober 2016.
Peninjauan berlangsung seusai acara pembukaan open house dalam rangka memperingati tiga dasawarsa keberadaan PPTTG-LIPI di Subang. Pada acara yang dihadiri berbagai kalangan tersebut dilaksanakan MoU antara PPTTG-LIPI dengan SMKN 1 Subang. Yoyon berharap, ke depannya penerapan teknologi tepat guna di Subang bisa lebih luas lagi. LIPI terus berupaya mendorong pemanfaatan berbagai hasil penelitian dengan merangkul berbagai kalangan, seperti OPD yang ada di Pemkab Subang, sekolah, maupun kalangan dunia usaha. Upaya itu diharapkan bisa memicu pertumbuhan ekonomi di masyarakat.
"Kami berharap, dengan open house yang berlangsung tiga hari ini menjadi sosialisasi terbuka bagi pengembangan fasiltas yang ada disini termasuk hasil penelitian. Masyarakat bisa lebih tahu dan lebih dekat, sehingga menjadi ajang tukar pikiran untuk menyamakan persepsi. Pada gilirannya masyarakat yang memanfaatkan hasil penelitian berupa teknologi tepat guna bisa lebih banyak lagi," katanya.
Laksana mengatakan, teknologi tepat guna hasil riset harus bisa diterapkan di masyarakat. PPTTG-LIPI menjadi ujung tombak dalam mentraspormasikan hasil riset, sehingga bisa memberikan konntribusi bagi masyarakat, khususnya di Subang. Dalam prosesnya bukan hanya penggunaan alat fisik, tetapi harus disertai dengan mengubah mental pelaku ekonomi berbasis teknologi. "Konsekuensi biaya dari penerapan teknologi juga harus diperhatikan, kehadiran dan kontribusi LIPI diharapkan bisa membuat perubahan di masyarakat, Open House ini eksitentsi dan kontribusi LIPI bisa semakin dirasakan masyarakat," ujarnya.
Published in Kota Subang (Budiana Yusuf, 18 October 2016)
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik – LIPI, Dr. Laksana Tri Handoko Membuka kegiatan Open House 3 Dasawarsa Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna – LIPI Subang.
Bulan Oktober ini Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna (PPTTG) LIPI Subang menginjak 3 Dasawarsa kiprahnya di Indonesia. Menandai hal itu PPTTG-LIPI Subang menggelar Open House mulai tanggal 18 – 20 Oktober 2016. Dalam kesempatan Open House tersebut PPTTG-LIPI menyelenggarakan berbagai pelatihan atau bimbingan teknis gratis kepada masyarakat, selain itu ada pula kunjungan dari berbagai sekolah untuk melihat berbagai fasilitas yang dimiliki PPTTG-LIPI.
“Kami berharap, dengan open house yang berlangsung tiga hari ini menjadi sosialisasi terbuka bagi pengembangan fasiltas yang ada disini termasuk hasil penelitian. Masyarakat bisa lebih tahu dan lebih dekat, sehingga menjadi ajang tukar pikiran untuk menyamakan persepsi. Pada gilirannya masyarakat yang memanfaatkan hasil penelitian berupa teknologi tepat guna bisa lebih banyak lagi,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, LIPI, Laksana Tri Handoko meninjau berbagai fasilitas di PPTTG-LIPI Subang. Dirinya berharap dengan Open House ini eksitentsi dan kontribusi LIPI bisa semakin dirasakan masyarakat.
Sementara itu Kepala PPTTG-LIPI Yoyon Ahmudiarto mengkapkan para pelaku usaha di Kabupaten Subang yang sudah menerapkan teknologi tepat guna hasil penelitian LIPI masih terbilang minim. Padahal, PPTTG- LIPI di Subang menyatakan sudah membuka diri dan mempersilakan para pelaku usaha untuk memanfaatkan fasilitas maupun laboratoriumnya.
“Tiap tahunnya ada peningkatan. Tapi bila dilihat dari potensi, pelaku usaha maupun respons masyarakat di Subang terhadap teknologi tepat guna masih terbilang minim,” katanya.
Dirinya juga berharap, ke depannya penerapan teknologi tepat guna di Subang bisa lebih luas lagi.
Published in LIPI (17 October 2016)
Keberadaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna (Pusbang TTG) telah memasuki tiga dasawarsa di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sejak 14 Oktober 1986 silam, kiprah salah satu satuan kerja LIPI ini terus berkembang pesat dari waktu ke waktu. Melalui beragam hasil penelitiannya, satuan kerja yang dulu bernama Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna ini berupaya mendongkrak geliat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar memiliki kualitas produk yang baik, sehingga berujung pada peningkatan daya saing ekonomi nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Subang, 18 Oktober 2016. Setelah lebih dari tiga puluh tahun berkarya, Pusbang TTG LIPI Subang senantiasa menjaga eksistensi dengan berbagai hasil penelitian yang inovatif. Untuk lebih mengenalkan lagi hasil-hasil penelitian tersebut, satuan kerja LIPI ini pun menggelar kegiatan open house untuk mendiseminasikan segala hal yang telah dicapai selama ini pada Selasa, 18 Oktober 2016 di Pusbang TTG LIPI Subang. “Open house ini merupakan sosialisasi terbuka ke stakeholder terkait dan masyarakat umum agar mengetahui berbagai fasilitas, laboratorium, pilot plant, hingga hasil penelitian/teknologi tepat guna serta pengembangannya,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksana Tri Handoko.
Menurut Handoko, pengembangan teknologi tepat guna di satuan kerja yang berada di bawah kedeputiannya itu selalu berupaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Jenis penelitian tepat guna yang dilakukan berkaitan dengan teknologi pangan, pengolahan pakan ternak, teknologi pertanian, pengolahan pupuk, dan teknologi lainnya yang masih terkait. “Dengan keberhasilan pengembangan teknologi tepat guna, maka Indonesia akan mampu bersaing di era globalisasi ini,” tekannya.
Kepala Pusbang TTG LIPI, Yoyon Ahmudiarto mengatakan, komitmen untuk mengembangkan teknologi tepat guna akan terus dilaksanakan LIPI dengan senantiasa menghasilkan terobosan-terobosan teknologi baru. “LIPI berupaya mendorong lahirnya inovasi teknologi tepat guna melalui diseminasi teknologi kepada masyarakat. Hal ini diharapkan dapat menyetimulasi masyarakat untuk lebih kreatif dan inovatif membuat teknologi sederhana tepat guna,” harapnya.
Yoyon menambahkan, diseminasi teknologi tepat guna melalui open house kali ini ditargetkan kepada masyarakat, pelaku UMKM, pelajar, dan pemerintah daerah, khususnya di wilayah Subang. “Dengan bentuk open house, diharapkan masyarakat dan kalangan terkait lebih leluasa mendapatkan informasi tentang teknologi yang diperlukan,” sambungnya.
Dalam kegiatan tersebut, dia menyebutkan, berbagai kegiatan dilakukan seperti demo pembuatan biogas, pengolahan air bersih, teknologi pengolahan sari buah, teknologi peralatan dan pengolahan pakan ikan apung, teknologi pembuatan brownise dari tepung pisang, pembuatan asap cair, teknologi pengolahan nugget ayam, teknologi pembuatan mie non gandum, teknologi pembuatan Pupuk Organik Hayati (POH), dan pembuatan pakan ikan apung. Sebagai informasi, kegiatan ini juga membuka konsultasi teknis dan non teknis terkait teknologi tepat guna. Selain itu, diselenggarakan juga pameran teknologi tepat guna yang berisi berbagai hasil Litbang, produk UMKM, dan produk industri kreatif.
Keterangan Lebih Lanjut:
Published in Mi’raj Islamic News Agency (Risma Tri Utami, 16 October 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BPTBA) Gunungkidul, Yogyakarta, menyelenggarakan rangkaian kegiatan bertajuk Bulan Teknologi BPTBA 2016 sejak Juni lalu.
Puncak acara rangkaian kegiatan tersebut berlangsung pada Senin-Kamis (17-27/10) di Kantor BPTBA LIPI Playen, Gunungkidul, Yogyakarta.
Kepala BPTBA LIPI, Hardi Julendra menjelaskan kegiatan bulan teknologi merupakan agenda tahunan dalam rangka memasyarakatkan atau mendiseminasikan hasil-hasil riset dari satuan kerjanya.
“Kegiatan ini penting dilaksanakan sebagai upaya hilirisasi hasil-hasil riset agar termanfaatkan oleh stakeholders terkait dan masyarakat luas,” ungkapnya, demikian keterangan pers LIPI yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad (16/10).
Julendra mengharapkan, kegiatan tersebut dapat pula meningkatkan kerjasama penelitian maupun komersial antara LIPI dengan berbagai kalangan, terutama industri. Dengan kerjasama yang terjalin, maka hasil-hasil riset BPTBA akan lebih mudah lagi menjangkau pasar dan mendorong perekonomian masyarakat.
Kepala Seksi Layanan Jasa dan Informasi BPTBA LIPI, Ema Damayanti menabahkan, rangkaian puncak acara bulan teknologi ini diisi dengan beragam kegiatan, antara lain pameran produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) binaan LIPI, kunjungan, dan open house yang diselenggarakan pada 17-27 Oktober 2016 mendatang.
“Kegiatan ini terbuka untuk umum dan kami berharap masyarakat umum bisa berkunjung ke pameran itu,” tuturnya.
Lebih lanjut, ada juga kegiatan Seminar Diseminasi Hasil Penelitian kerjasama antara BPTBA LIPI dengan Bappeda Gunungkidul dan Universitas Gunung Kidul pada tanggal 17 Oktober 2016. Ada pula Lomba Poster Ilmiah untuk Siswa SMA se-Jateng dan Yogyakarta, Pelatihan Kegiatan UKM Binaan IPTEKDA LIPI pada tanggal 18 – 20 Oktober 2016, dan Mini Demo (Bioaditif Lemofit, Sabun Herbal dan Minuman Herbal) pada 20, 21 dan 24 Oktober 2016.
Berlanjut ke kegiatan lainnya, Ema menyebutkan pada kegiatan puncak ini, ada pula Forum Pemerhati Bioenergi Indonesia yang digelar pada 24 Oktober 2016. “Selama kegiatan bulan teknologi berlangsung, diadakan juga Lomba Foto bagi peserta yang mengikuti kegiatan kali ini,” ujarnya.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber yaitu, Agnes Irwanti (Praktisi Wirausaha dan Co Founder Multikom Group), Wawan Harmawan (KADIN Yogyakarta), dan pihak Lembaga Keuangan di Yogyakarta, serta penutupan kegiatan akan lakukan oleh Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksana Tri Handoko. (T/ima/P2)
Published in Gontornews (Mohamad Deny Irawan, 6 October 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendorong para penelitinya untuk menciptakan produk teknologi bersih atau ramah lingkungan. LIPI menilai, perkembangan sains di masa mendatang menuntut teknologi yang ramah lingkungan.
“Intinya produk penelitian di masa mendatang, baik proses maupun hasilnya diarahkan tidak berdampak buruk bagi alam,” ungkap Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI Laksana Tri Handoko sebagaimana dilansir Lipi.go.id.
Melalui Loka Penelitian Teknologi Bersih, Handoko menyebut LIPI terus berupaya menjawab kebutuhan teknologi bersih dengan fokus pada penelitian pengolahan limbah dan energi terbarukan.
“Terkait penelitian energi bersih, kami telah memetakan persebaran energi yang disesuaikan dengan potensi daerah terpencil seperti biogas dan mikrohidro,” tambahnya.
Handoko juga mengatakan, saat ini penelitian LIPI terkait energi bersih tersebut menyasar limbah pertanian dan peternakan terus dikembangkan. Bahkan, limbah yang selama ini dianggap sebagai masalah, justru dapat diolah menjadi energi dan juga pupuk organik hayati.
“Untuk mewujudkan teknologi bersih, diperlukan kerjasama antara universitas dan lembaga penelitian agar saling menstimulasi munculnya inovasi dalam riset,” sambungnya seraya menyebut pentingnya peran manajemen sains untuk meningkatkan kualitas SDM dan publikasi internasional.
Direktur Jenderal Penguatan Inovasi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Jumain Appe mengaku, di Kemenristekdikti belum terdapat kebijakan yang mengatur penggunaan teknologi bersih.
“Pemerintah saat ini sedang menyusun kebijakan tentang audit teknologi yakni pemeriksaan dampak penggunaan teknologi terhadap lingkungan,” ujarnya.
Nantinya, kata Jumain, sistem audit harus dilakukan oleh pengguna teknologi impor seperti universitas maupun lembaga penelitian.
“Audit teknologi untuk menilai kelayakan teknologi yang akan diimpor apakah berdampak buruk untuk lingkungan. Jangan sampai teknologi impor yang digunakan berdampak negatif,” pungkasnya. [Mohamad Deny Irawan/Rus]
Published in Republika (Winda Destiana Putri, 6 October 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memiliki pusat penelitian (puslit) baru. Pusat penelitian tersebut khusus mengembangkan teknologi bersih yang pemanfaatannya dapat mendukung pertumbuhan hijau di Indonesia.
"Sekarang ini kami ingin menonjolkan teknologi hijau. Tren secara global untuk pemanfaatan teknologi hijau makin besar. Oleh karena itu, kami arahkan ke sana," kata Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko di sela Festival Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2016 di Serpong, Tangerang, belum lama ini dikutip dari Antaranews Kamis (6/10).
Handoko mengatakan bahwa teknologi bersih begitu beragam jenisnya. Pengembangan teknologi ini dari sisi hulu hingga hilir ternyata penting untuk dikembangkan sekarang.
"Permintaan industri untuk teknologi bersih juga makin banyak soalnya," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa arah ke depan adalah pertumbuhan hijau. Jadi, bukan cuma produknya yang bersih, melainkan produksinya juga harus bersih. Oleh karena itu, Handoko mengatakan bahwa teknologi bersih harus sudah mulai dikembangkan dari sekarang
Sejauh ini yang sudah dikembangkan Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI beberapa di antaranya teknologi yang mengatasi limbah tahu di Subang, Jawa Barat. Teknologi yang mengatasi limbah tahu yang sangat bau, menurut dia, dikembangkan bersama dengan Nanyang Technology University.
Teknologi lain yang dikembangkan, kata dia, pemanfaatan limbah nanas yang ternyata masih dapat diproses menjadi produk bermanfaat di Lembang, Jawa Barat. Teknologi picohidro juga telah dikembangkan dan dimanfaatkan di beberapa pondok pesanteren di Jawa Barat.
Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Jumain Ape mengatakan bahwa arah pertumbuhan ekonomi pada masa depan adalah pertumbuhan hijau (green growth). Maka, tidak ada cara lain selain memanfaatkan teknologi bersih.
Guna menciptakan pertumbuhan hijau, menurut dia, memang terkadang tidak ada pilihan lain harus juga menggunakan teknologi tinggi, seperti yang dikembangkan Jerman.
"Itu ciri negara maju, menggunakan teknologi tinggi, dan kita juga harus mengarah ke sana sebenarnya. Demi mencapai pertumbuhan hijau tersebut," ujarnya.
Published in LIPI (Humas LIPI, 5 October 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendorong para penelitinya untuk menciptakan produk teknologi bersih atau ramah lingkungan. Sebab ke depan, perkembangan sains lebih menuntut kepada kualitas teknologi yang tidak merusak lingkungan.
“Intinya produk penelitian di masa mendatang, baik proses maupun hasilnya diarahkan tidak berdampak buruk bagi alam,” ungkap Laksana Tri Handoko, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI kepada rekan media di sela-sela kegiatan Science and Technology Festival 2016 pada Senin (3/10) di International Convention Exhibition (ICE), BSD City, Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
Handoko mengatakan, pihaknya melalui Loka Penelitian Teknologi Bersih telah berupaya menjawab kebutuhan teknologi bersih yakni dengan penelitian pengolahan limbah dan energi terbarukan. “Terkait penelitian energi bersih, kami telah memetakan persebaran energi yang disesuaikan dengan potensi daerah terpencil seperti biogas dan mikrohidro,” terangnya.
Handoko melanjutkan, penelitian LIPI terkait energi bersih tersebut menyasar limbah pertanian dan peternakan. Limbah tersebut diolah menjadi energi dan juga pupuk organik hayati sehingga menjadi zero waste.
Di sisi lain, dia katakan bahwa keberhasilan pengembangan teknologi bersih tidak terlepas dari kerjasama berbagai pihak. “Untuk mewujudkan teknologi bersih, diperlukan kerjasama antara universitas dan lembaga penelitian agar saling menyetimulasi munculnya inovasi dalam riset,” ungkapnya. Selain itu, peran manajemen sains juga dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan publikasi internasional, sambungnya.
Jumain Appe, Direktur Jenderal Penguatan Inovasi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyambung, saat ini belum ada kebijakan yang mengatur penggunaan teknologi bersih. “Pemerintah saat ini sedang menyusun kebijakan tentang audit teknologi yakni pemeriksaan dampak penggunaan teknologi terhadap lingkungan,” ujarnya.
Nantinya, kata Jumain, sistem audit harus dilakukan oleh pengguna teknologi impor seperti universitas dan lembaga penelitian. “Audit teknologi untuk menilai kelayakan teknologi yang akan diimpor apakah berdampak buruk untuk lingkungan. Jangan sampai teknologi impor yang digunakan berdampak negatif,” pungkasnya.
Sebagai informasi, gelaran Science and Technology Festival 2016 diisi dengan serangkaian konferensi, pameran hasil riset hingga temu bisnis antara peneliti dengan pelaku industri. Kegiatan tersebut berlangsung selama tiga hari pada 3 hingga 5 Oktober 2016. (ly,pwdr/ed:isr)
Published in Harian Nasional (Christina Ambarrita, 4 October 2016)
LEMBAGA Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyelenggarakan Science and Technology Festival 2016 di International Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten, pada 3-5 Oktober 2016.
Festival yang diselenggarakan sejak tahun lalu tersebut sekaligus menjadi ajang berbagi informasi antara peneliti, praktisi, akademisi, mahasiswa, dan industri.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan, instansinya memiliki beragam hasil penelitian di bidang teknik seperti fisika, elektronika, telekomunikasi, radar, mekatronika, dan teknologi terapan yang perlu diketahui para stakeholder dan masyarakat luas.
"Karenanya diperlukan diseminasi dan publikasi terhadap berbagai hasil penelitian tersebut sebagi bentuk tanggung jawab LIPI," ujar Handoko di Tangerang, Senin (3/10) saat pembukaan festival.
Handoko mengutarakan, tujuan festival juga sebagai sinergitas antara peneliti lokal dan global, serta meningkatkan kualitas publikasi ilmiah bertaraf internasional. "Diperlukan komitmen dari sektor industri untuk menggunakan riset nasional untuk kemajuan iptek dalam negeri," ujarnya.
Festival diikuti oleh lebih dari 400 peserta dari dalam dan luar negeri. Peserta dari luar negeri, antara lain Jerman, Italia, Jepang, Singapura, Zambia, Malaysia, Denmark, Rusia, Arab Saudi, Vietnam, Polandia, Amerika Serikat, Inggris, India, China, hingga Korea Selatan.
Rangkaian konferensi yang akan diadakan di antaranya The 3rd International Conference of Innovative Science and Applied Chemistry (ISAC) 2016, The International Symposium on Frontier of Applied Physics (ISPAF 2016), The 3rd International Conference on Suistanable Energy Engineering and Applications (ICSEEA 2016), dan The International Conference on Appropriate Technologu Development (ICATDev 2016).
Published in Media Indonesia (Puput Mutiara, 4 October 2016)
TEKNOLOGI impor yang dipakai Indonesia untuk mengelola sumber daya alam dinilai masih belum ramah lingkungan. Guna memastikan teknologi yang masuk ke Tanah Air benar-benar ramah lingkungan, pemerintah sedang mempersiapkan rancangan peraturan yang nantinya akan dibuat dalam bentuk peraturan presiden terkait dengan teknologi bersih.
Dirjen Penguatan Riset Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) Jumain Appe menjelaskan yang dimaksud teknologi bersih ialah tidak hanya mampu menciptakan produk yang bagus, tetapi juga melalui proses produksi yang ramah lingkungan. “Problem kita sekarang ini kan teknologinya banyak impor, tapi belum ada mekanisme atau scanning terhadap teknologi itu apakah ramah lingkungan atau tidak,” ujarnya dalam jumpa pers Science & Technology Festival di ICE BSD, Tangerang Selatan, kemarin.
Seperti diungkapkan Jumain, teknologi yang berasal dari Tiongkok mayoritas diduga merusak lingkungan. Alih-alih ingin memanfaatkan teknologi tepat guna, justru sebaliknya, Indonesia bisa menjadi negara yang dipermasalahkan karena produk inovasi riset yang tidak bersih.
Ia pun mencontohkan sekarang ini industri kelapa sawit Indonesia sedang dipersoalkan di kalangan dunia internasional. Penyebabnya, lahan yang digunakan salah satunya telah merusak tatanan hutan lindung bahkan berdampak buruk pada masyarakat sekitar.
“Jadi nanti setiap perusahaan asing yang ingin masuk ke Indonesia harus ada assessment terhadap teknologi yang akan dipakai. Pengujiannya oleh LIPI dan BPPT,” ucapnya.
Di sisi lain, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI LT Handoko menilai peneliti di Indonesia umumnya sudah memiliki kesadaran untuk lebih mengembangkan teknologi ramah lingkungan. “Arah kita ke depan memang lebih pada green growth. Potensi daerah sebetulnya bagus, hanya bagaimana kita memanfaatkan peluang dan potensi yang ada saja,” tukasnya.
Published in Kabar 6 (4 October 2016)
Beragam teknologi ditampilkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam pameran di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD Serpong Tangerang, 3 sampai 5 Oktober 2016.
Pameran tersebut merupakan rangkaian kegiatan Sience and Technology Festival (STF) 2016, yang diikuti ratusan peserta dari dalam dan luar negeri.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Handoko mengatakan, STF diinisiasi sejak 2015 lalu. Kegiatan ini menggabungkan berbagai konferensi dari berbagai peneliti Indonesia dan luar negeri.
"Selama ini, hasil penelitian lokal khususnya bidang teknik masih terbatas yang temuanya diterapkan di industri," jelasnya, Senin (3/9/2016).
Untuk itu, kata Handoko, perlu komitmen dari sektor industri menjajaki penggunaan hasil penelitian bagi industri mereka. Kemajuan peneliti lokal perlu didukung pemerintah dan sektor swasta.
Hal tersebut sudah diterapkan negara-negara maju di dunia. Sedangkan di Indonesia, untuk pemberian insentif harus didorong pemerintah merangsang peneliti lebih maju.
"Kalau lihat nawacita Presiden sekarang, yaitu membangun dari pinggiran. Potensi itu semuanya ada di daerah. Dalam memberikan insentif pada peneliti dan inovator tidak mungkin dibuat bersaing," jelasnya.
Handoko memberikan contoh, di daerah melihat fakta di kepulaan Aru, Maluku, terdapat produksi udang besar. Dan, limbah kulit udang berton-ton bisa merusak lingkungan. Padahal jika diolah, limbah itu bisa untuk bahan farmasi kosmetik dan pengawet.
"Diperlukan kerjasama perguruan tinggi daerah dan di Jawa untuk bekerjasama membangun. Karena potensi ada di daerah. LIPI juga mengembangkan pengelolaan limbah pabrik tahu di Sumedang, Jawa Barat. Kegiatan itu jadi pilot project nasional," terangnya.
Handoko mengharapkan, kegiatan tersebut untuk menjembatani priaktisi, akademisi, mahasiswa dan industri. Pihaknya juga menjajaki industri untuk penggunaan hasil penelitian bagi industri mereka.
Sebab selama ini jumlah penelitian lokal untuk bidang teknik masih sangat terbatas diserap industri. Dibutuhkan komitmen besar dari sektor industri. Mendukung pengembangan riset nasional demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.
Sementara itu, Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti Jumain Appe mengatakan, ajang tersebut mendorong inovator muda berkembang. Menampilkan hasil karya mereka di panggung internasional.
LIPI menunjukkan karya peneliti yang berpartisipasi aktif untuk mendukung pembangunan ekonomi. Tugas pemerintah di kementrian untuk mendukung komersialisasi industri dari hasil penelitian.
Rangkaian acara tersebut diikuti oleh lebih dari 400 peserta dari dalam dan luar negeri. Para peserta dari luar negeri, antara lain Jerman, Italia, Jepang, Singapura, Zambia, Malaysia, Burkina Faso, Denmark, Rusia, Saudi Arabia, Vietnam, Poland, Amerika Serikat, Inggris, India, China, Algeria, Egypt, Tanzania, Taxila, Australia, Austria, Korea Selatan, Sri Lanka, Thailand, Taiwan dan Nigeria.**Baca juga: Blanko Kosong, 3.000 e-KTP di Kabupaten Tangerang Belum Dicetak.
Sejumlah kegiatan digelar yakni konferensi The 3rd International Conference of Innovative Science and Applied Chemistry (ISAC 2016).**Baca juga: Pemkot Tangsel Dorong Pembentukan KUB.
Kemudian diantaranya juga ada The International Symposium on Frontier of Applied Physics (ISFAP 2016), The 3rd International Conference on Sustainable Energy Engineering and Applications (ICSEEA 2016).
Juga The International Conference on Appropriate Technology Development (ICATDev 2016), Conference on Theoretical Physics and Nonlinear Phenomena (CTPNP 2016), International Symposium on Green Technology for Value Chains (Green VC 2016), The 2016 International Conference on Computer, Control, Informatics and Its Applications (IC3INA 2016), serta The 2016 International Conference on Radar, Antenna, Microwave, Electronics, and Telecommunications (ICRAMET 2016).(yud)
Published in Tangerang Raya (Sutarti, 4 October 2016)
Inovasi teknologi menuntut industri menerapkan pola produksi ramah lingkungan. Teknologi bersih (clean technology) menjadi bentuk inovasi yang diminati industry global saat ini.
Dirjen Penguatan Inovasi Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (LIPI) Jumain Appe (memukul gong) meresmikan Science and Technology Festival 2016. Kegiatan ini merupakan ajang temu peneliti nasional dan mancanegara untuk membahas inovasi bidang sains dan teknologi. Teknologi bersih menjadi fokus utama pembahasan hasil penelitian yang dipaparkan di Science and Technology Festival 2016. Kegiatan yang digagas Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (LIPI) digelar pada tanggal 3 sampai 5 Oktober 2016 di Serpong, kota Tangerang Selatan.
Menurut Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Handoko, arah penelitian teknologi bersih ialah berkembangnya green growth atau pertumbuhan hijau dimana adanya penggunaan teknologi ramah lingkungan. Aplikasi teknologi bersih dengan memanfaatkan limbah-limbah yang ada seperti limbah dari pertanian, kelapa sawit, nanas, udang dan lain sebagainya menjadi suatu produk seperti pupuk, biogas, bahan kosmetik dan lain-lain. Lewat teknologi bersih maka mulai dari proses produksi bersih atau ramah lingkungan, begitu juga produknya bersih dan ramah lingkungan.
“Jadi, produknya bersih tapi prosesnya juga harus bersih. Nggak cuma produknya bagus tapi prosesnya merusak lingkungan”, ujar Handoko.
Ditambahkan Dirjen Penguatan Inovasi Jumain Appe, saat ini LIPI menguji coba teknologi bersih di daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya alam maupun manusia. “Kita memberi kesempatan untuk mengolah dan melakukan penelitian pengembangan inovasi dengan melibatkan perguruan tinggi daerah”, ungkap Dirjen Penguatan Inovasi Jumain Appe.
Science and Technology Festival 2016 merupakan wahana bagi para peneliti dalam melakukan diseminasi dan publikasi hasil penelitian serta menjadi ajang berbagi informasi, baik dalam bentuk seminar, pameran, dan bussiness meeting antara peneliti, praktisi, akademisi, mahasiswa dan industri. Kegiatan diikuti lebih dari 400 peserta dari dalam dan luar negeri, antara lain Jerman, Italia, Jepang, Singapura, Zambia, Malaysia, Burkina Faso, Denmark, Rusia, Saudi Arabia, Vietnam, Polandia, Amerika Serikat, Inggris, China, Algeria, Egypt, Tanzania, Taxila, Australia, Austria, Korea Selatan, Sri Lanka, Thailand, Taiwan dan Nigeria.
Published in Kabar Banten (4 October 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) gelar Science and Technology Festival di ICE BSD Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang, Senin (3/10/2016) hingga Rabu (5/10/2016). Setidaknya ada 400 ilmuan dan mahasiswa dalam dan luar negeri yang mengikuti ajang internasional ini. Kegiatan konferensi internasional ini dilaksanakan tiap tahun dan bersifat mandiri untuk mempertemukan praktisi, peneliti, akademisi dengan dunia industri untuk kemudian menghasilkan produk yang inovatif. Dan kegiatan ini merupakan gabungan dari beberapa organisasi profesional dalam dan luar negeri pada bidang keteknikan.
"Konferensi internasional ini kami harapkan menjadi ajang sinergi antara peneliti lokal dan juga dunia atau global. Sehingga adanya peningkatan kualitas publikasi ilmiah yang bertaraf internasional," tutur Handoko, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI saat pembukaan konferensi tersebut, kepada wartawan, kemarin. Untuk itu, diharapkan kalangan industri untuk menjajaki penggunaaan hasil penelitian lokal. Sebab selama ini penggunaan hasil penelitian lokal khususnya bidang teknik masih sangat terbatas.
Untuk tahun ini, konferensi internasional tersebut diikuti lebih dari 400 peserta dalam dan luar negeri. Para peserta dari negara maju di bidang teknik pun turut serta, seperti Jepang, Jerman, Italia, Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Cina, dan puluhan negara lainnya. Para peserta juga turut memamerkan hasil karya dalam bentuk prototype pamflet. Selama tiga hari ini juga para praktisi, ilmuan dan akademisi disuguhkan dengan berbagai macam diskusi dan pemaparan ilmiah internasional. (H-36)***
Published in Times Indonesia (Ferry Agusta Satrio, 4 October 2016)
Pemanfaatan teknologi hijau (green technology) semakin besar seiring tren secara global. Menyikapi hal tersebut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mulai mengarahkan risetnya yang mendukung pertumbuhan hijau (green growth). Salah satu upayanya dengan mendirikan pusat penelitian yang khusus mengembangkan teknologi bersih.
"Sekarang ini kami ingin menonjolkan teknologi hijau. Tren secara global untuk pemanfaatan teknologi hijau makin besar. Oleh karena itu, kami arahkan ke sana," kata Laksana Tri Handoko, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Senin (3/10/2016) di Serpong, Tangerang.
Handoko mengungkapkan, permintaan industri terhadap teknologi bersih semakin banyak. Untuk itu, penting dilakukan pengembangan teknologi tersebut dari sisi hulu hingga hilir.
Arah ke depan, tuturnya, adalah pertumbuhan hijau. Artinya, bukan hanya produk yang bersih namun juga proses produksinya pun demikian.
LIPI melalui kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik telah mengembangkan teknologi mengatasi limbah tahu di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Teknologi mengatasi limbah tahu yang berbau ini dikembangkan bersama dengan Nanyang Technology University (NTU), Singapura.
Selain itu, LIPI juga mengembangkan pemanfaatan limbah nanas menjadi produk bermanfaat di Lembang, Jawa Barat. Ada pula, teknologi picohidro yang dikembangkan dan dimanfaatkan pada beberapa pondok pesantren di wilayah Jawa Barat.
Hal senada disampaikan Jumain Ape, Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Ia mengatakan, arah pertumbuhan ekonomi pada masa depan adalah pertumbuhan hijau. Maka, tidak ada cara lain selain memanfaatkan teknologi bersih.
Menurutnya, guna menciptakan pertumbuhan hijau, terkadang harus menggunakan teknologi tinggi seperti dilakukan oleh negara -negara maju, contohnya Jerman. (*)
Published in Berita Asuransi (4 October 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggelar Festival Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Science and Technology Festival) 2016 di Serpong, Tangerang, Banten, sebagai bentuk diseminasi beragam hasil penelitian dari bidang teknik fisika hingga mekatronika. “Festival ini sebenarnya jadi ajang sinergi antara peneliti lokal dan global. Kemudian, meningkatkan kualitas publikasi ilmiah yang bertaraf internasional,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI L. T. Handoko pada pembukaan festival di Serpong, Tangerang, Banten, Senin. Lebih lanjut, menurut dia, kegiatan ini juga untuk menjembatani peneliti, praktisi, akademisi, mahasiswa, dan industri untuk mendesiminasikan hasil penelitian dan produk inovatif. Handoko mengharapkan ajang kali ini juga bisa digunakan kalangan industri untuk menjajaki penggunaan hasil penelitian lokal bagi industri mereka. Selama ini, jumlah hasil penelitian lokal khususnya bidang teknik masih terbatas yang terserap oleh industri. “Diperlukan komitmen lebih besar lagi dari sektor industri untuk menggunakan riset nasional demi kemajuan iptek dalam negeri,” ujar dia.
Konferensi internasional yang dilaksanakan setiap tahun dan bersifat mandiri yang merupakan gabungan dari beberapa organisasi profesi pada bidang keteknikan ini, menurut dia, menghadirkan penelitian dari bidang teknik seperti fisika, elektronika, telekomunikasi, radar, mekatronika, dan teknologi terapan yang perlu untuk diketahui para pemangku kepentingan dan masyarakat luas.
Komitmen dari industri tersebut, kata Handoko, diharapkan akan muncul dalam festival ini. Kegiatan ini pun, sejak 2015, sebenarnya menggabungkan berbagai diseminasi dan konferensi yang sebelumnya terpisah. “Dengan penggabungan dan sinergi ini diharapkan dapat mengoptimalkan proses diseminasi dah hilirisasi hasil penelitian teknik dalam negeri,” ujar dia.
Sementara itu, Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Jumain Ape mengatakan kegiatan ini bisa jadi ajang bagi peneliti, akademisi, swasta untuk meningkatkan kualitas penelitian, publikasi, dan teknologi inovasi mereka. Mereka, terutama para peneliti dan inovator muda, lanjutnya, bisa memanfaatkan agenda internasional tahunan yang digelar LIPI ini untuk menunjukan hasil kerja mereka sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam mensukseskan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Dari hasil tukar pikiran dan informasi hasil-hasil penelitian di sini, ia berharap semakin membuka kesempatan mereka untuk menghasilkan publikasi internasional. Dukungan Pemerintah benar dibutuhkan baik dalam bentuk insentif yang diberikan di tingkat pusat dan daerah, guna memancing tumbuhnya penelitian dan inovasi teknologi di seluruh Indonesia.
Tugas selanjutnya yang dilakukan Kementeriannya, ia mengatakan dengan mendukung komersialisasi hilirisasi hasil-hasil penelitian yang telah menjadi produk inovasi. Science and Technology Festival yang digelar di Indonesia Convention Exhibition Banten pada tanggal 3 hingga 5 Oktober 2016 ini merupakan wahana bagi para peneliti dalam melakukan diseminasi dan publikasi hasil penelitian serta menjadi ajang berbagi informasi, baik dalam bentuk seminar, pameran, dan business meeting antara peneliti, praktisi, akademisi, mahasiswa dan industri. Ajang kali ini diikuti oleh lebih dari 400 peserta dari dalam dan luar negeri. Para peserta dari luar negeri, antara lain Jerman, Italia, Jepang, Singapura, Zambia, Malaysia, Burkina Faso, Denmark, Rusia, Saudi Arabia, Vietnam, Poland, Amerika Serikat, Inggris, India, China, Algeria, Egypt, Tanzania, Taxila, Australia, Austria, Korea Selatan, Sri Lanka, Thailand, Taiwan dan Nigeria.
Festival ini merupakan rangkaian konferensi The 3rd International Conference of Innovative Science and Applied Chemistry (ISAC 2016), The International Symposium on Frontier of Applied Physics (ISFAP 2016), The 3rd International Conference on Sustainable Energy Engineering and Applications (ICSEEA 2016), The International Conference on Appropriate Technology Development (ICATDev 2016), Conference on Theoretical Physics and Nonlinear Phenomena (CTPNP 2016), International Symposium on Green Technology for Value Chains (Green VC 2016), The 2016 International Conference on Computer, Control, Informatics and Its Applications (IC3INA 2016), serta The 2016 International Conference on Radar, Antenna, Microwave, Electronics, and Telecommunications (ICRAMET 2016).
Published in Neraca (4 October 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggelar Festival Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Science and Technology Festival) 2016 di Serpong, Tangerang, Banten, sebagai bentuk diseminasi beragam hasil penelitian dari bidang teknik fisika hingga mekatronika.
"Festival ini sebenarnya jadi ajang sinergi antara peneliti lokal dan global. Kemudian, meningkatkan kualitas publikasi ilmiah yang bertaraf internasional," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI L. T. Handoko pada pembukaan festival di Serpong, Tangerang, Banten, Senin (3/10).
Lebih lanjut, menurut dia, kegiatan ini juga untuk menjembatani peneliti, praktisi, akademisi, mahasiswa, dan industri untuk mendesiminasikan hasil penelitian dan produk inovatif. Handoko mengharapkan ajang kali ini juga bisa digunakan kalangan industri untuk menjajaki penggunaan hasil penelitian lokal bagi industri mereka. Selama ini, jumlah hasil penelitian lokal khususnya bidang teknik masih terbatas yang terserap oleh industri.
"Diperlukan komitmen lebih besar lagi dari sektor industri untuk menggunakan riset nasional demi kemajuan iptek dalam negeri," ujar dia.
Konferensi internasional yang dilaksanakan setiap tahun dan bersifat mandiri yang merupakan gabungan dari beberapa organisasi profesi pada bidang keteknikan ini, menurut dia, menghadirkan penelitian dari bidang teknik seperti fisika, elektronika, telekomunikasi, radar, mekatronika, dan teknologi terapan yang perlu untuk diketahui para pemangku kepentingan dan masyarakat luas.
Komitmen dari industri tersebut, kata Handoko, diharapkan akan muncul dalam festival ini. Kegiatan ini pun, sejak 2015, sebenarnya menggabungkan berbagai diseminasi dan konferensi yang sebelumnya terpisah.
"Dengan penggabungan dan sinergi ini diharapkan dapat mengoptimalkan proses diseminasi dah hilirisasi hasil penelitian teknik dalam negeri," ujar dia.
Sementara itu, Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Jumain Ape mengatakan kegiatan ini bisa jadi ajang bagi peneliti, akademisi, swasta untuk meningkatkan kualitas penelitian, publikasi, dan teknologi inovasi mereka.
Mereka, terutama para peneliti dan inovator muda, lanjutnya, bisa memanfaatkan agenda internasional tahunan yang digelar LIPI ini untuk menunjukan hasil kerja mereka sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam mensukseskan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Dari hasil tukar pikiran dan informasi hasil-hasil penelitian di sini, ia berharap semakin membuka kesempatan mereka untuk menghasilkan publikasi internasional. Dukungan Pemerintah benar dibutuhkan baik dalam bentuk insentif yang diberikan di tingkat pusat dan daerah, guna memancing tumbuhnya penelitian dan inovasi teknologi di seluruh Indonesia.
Tugas selanjutnya yang dilakukan Kementeriannya, ia mengatakan dengan mendukung komersialisasi hilirisasi hasil-hasil penelitian yang telah menjadi produk inovasi.
Science and Technology Festival yang digelar di Indonesia Convention Exhibition Banten pada tanggal 3 hingga 5 Oktober 2016 ini merupakan wahana bagi para peneliti dalam melakukan diseminasi dan publikasi hasil penelitian serta menjadi ajang berbagi informasi, baik dalam bentuk seminar, pameran, dan business meeting antara peneliti, praktisi, akademisi, mahasiswa dan industri. Ant
Published in Berita Satu (Talitha Claresta, 3 October 2016)
Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Jumain Ape, membuka Festival Science and Technology 2016, di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD, Tangerang Selatan, Senin 3 Oktober 2016. (Beritasatu.com/Talitha Claresta) Tangerang - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyelenggarakan festival yang bertajuk Science and Technology Festival 2016 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD, Tangerang Selatan.
Science and Technology Festival 2016 merupakan wahana bagi para peneliti dalam melakukan diseminasi dan publikasi hasil penelitian mereka. Ajang ini diselenggarakan mulai tanggal 3 Oktober hingga 5 Oktober 2016, diikuti oleh 28 negara, 30 pembicara, serta dihadiri oleh 400 peserta dari dalam dan luar negeri.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, LT Handoko, mengatakan, melalui acara ini diharapkan para stakeholder dan masyarakat luas mengetahui beragam hasil penelitian LIPI di bidang teknik seperti fisika, elektronika, telekomunikasi, radar, mekatronika, dan teknologi serapan.
"Selain stakeholder, ajang kali ini juga bisa digunakan oleh kalangan industri untuk menjajaki penggunaan hasil penelitian lokal bagi industri penelitian mereka," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, LT Handoko, di ICE, BSD, Senin (3/10).
Adapun tujuan dari kegiatan ini, lanjut dia, sebagai ajang sinergi antara peneliti lokal dan internasional. Kemudian, meningkatkan kualitas publikasi ilmiah yang bertaraf internasional. Festival ini dilakukan juga untuk menjembatani peneliti, praktisi, akademisi, mahasiswa, dan industri untuk mendesiminasikan hasil penelitian dan produk inovatif.
Handoko berharap, kalangan industri menggunakan ajang kali ini untuk menjajaki penggunaan hasil penelitian lokal bagi industri mereka. Selama ini, industri telah menerapkan jumlah hasil penelitian lokal khususnya bidang teknik yang masih terbatas.
"Sehingga diperlukan komitmen dari sektor industri untuk menggunakan riset nasional untuk kemajuan iptek dalam negeri," lanjutnya.
Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Jumain Ape, mengharapkan, kegiatan internasional ini disambut baik oleh inovator muda untuk menunjukkan hasil karya mereka demi membangun negeri.
"Namun demikian, dukungan pemerintah juga dibutuhkan dalam bentuk insentif baik di perkotaan maupun di daerah," tambahnya.
Adapun rangkaian konferensi yang diadakan selama kegiatan ini, di antaranya The 3rd International Conference of Innovative Science and Applied Chemistry (ISAC 2016), The International Symposium on Frontier of Applied Physics (ISFAP 2016), The 3rd International Conference on Sustainable Energy Engineering and Applications (ICSEEA 2016), The International Conference on Appropriate Technology Development (ICATDev 2016), Conference on Theoretical Physics and Nonlinear Phenomena (CTPNP 2016), International Symposium on Green Technology for Value Chains (Green VC 2016), The 2016 International Conference on Computer, Control, Informatics and Its Applications (IC3INA 2016), serta The 2016 International Conference on Radar, Antenna, Microwave, Electronics, and Telecommunications (ICRAMET 2016).
Published in Antara (Virna P. Setyorini, 3 October 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggelar Festival Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Science and Technology Festival) 2016 di Serpong, Tangerang, Banten, sebagai bentuk diseminasi beragam hasil penelitian dari bidang teknik fisika hingga mekatronika.
"Festival ini sebenarnya jadi ajang sinergi antara peneliti lokal dan global. Kemudian, meningkatkan kualitas publikasi ilmiah yang bertaraf internasional," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI L. T. Handoko pada pembukaan festival di Serpong, Tangerang, Banten, Senin.
Lebih lanjut, menurut dia, kegiatan ini juga untuk menjembatani peneliti, praktisi, akademisi, mahasiswa, dan industri untuk mendesiminasikan hasil penelitian dan produk inovatif.
Handoko mengharapkan ajang kali ini juga bisa digunakan kalangan industri untuk menjajaki penggunaan hasil penelitian lokal bagi industri mereka. Selama ini, jumlah hasil penelitian lokal khususnya bidang teknik masih terbatas yang terserap oleh industri.
"Diperlukan komitmen lebih besar lagi dari sektor industri untuk menggunakan riset nasional demi kemajuan iptek dalam negeri," ujar dia.
Konferensi internasional yang dilaksanakan setiap tahun dan bersifat mandiri yang merupakan gabungan dari beberapa organisasi profesi pada bidang keteknikan ini, menurut dia, menghadirkan penelitian dari bidang teknik seperti fisika, elektronika, telekomunikasi, radar, mekatronika, dan teknologi terapan yang perlu untuk diketahui para pemangku kepentingan dan masyarakat luas.
Komitmen dari industri tersebut, kata Handoko, diharapkan akan muncul dalam festival ini. Kegiatan ini pun, sejak 2015, sebenarnya menggabungkan berbagai diseminasi dan konferensi yang sebelumnya terpisah.
"Dengan penggabungan dan sinergi ini diharapkan dapat mengoptimalkan proses diseminasi dah hilirisasi hasil penelitian teknik dalam negeri," ujar dia.
Sementara itu, Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Jumain Ape mengatakan kegiatan ini bisa jadi ajang bagi peneliti, akademisi, swasta untuk meningkatkan kualitas penelitian, publikasi, dan teknologi inovasi mereka.
Mereka, terutama para peneliti dan inovator muda, lanjutnya, bisa memanfaatkan agenda internasional tahunan yang digelar LIPI ini untuk menunjukan hasil kerja mereka sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam mensukseskan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Dari hasil tukar pikiran dan informasi hasil-hasil penelitian di sini, ia berharap semakin membuka kesempatan mereka untuk menghasilkan publikasi internasional. Dukungan Pemerintah benar dibutuhkan baik dalam bentuk insentif yang diberikan di tingkat pusat dan daerah, guna memancing tumbuhnya penelitian dan inovasi teknologi di seluruh Indonesia.d
Tugas selanjutnya yang dilakukan Kementeriannya, ia mengatakan dengan mendukung komersialisasi hilirisasi hasil-hasil penelitian yang telah menjadi produk inovasi.
Science and Technology Festival yang digelar di Indonesia Convention Exhibition Banten pada tanggal 3 hingga 5 Oktober 2016 ini merupakan wahana bagi para peneliti dalam melakukan diseminasi dan publikasi hasil penelitian serta menjadi ajang berbagi informasi, baik dalam bentuk seminar, pameran, dan business meeting antara peneliti, praktisi, akademisi, mahasiswa dan industri.
Ajang kali ini diikuti oleh lebih dari 400 peserta dari dalam dan luar negeri. Para peserta dari luar negeri, antara lain Jerman, Italia, Jepang, Singapura, Zambia, Malaysia, Burkina Faso, Denmark, Rusia, Saudi Arabia, Vietnam, Poland, Amerika Serikat, Inggris, India, China, Algeria, Egypt, Tanzania, Taxila, Australia, Austria, Korea Selatan, Sri Lanka, Thailand, Taiwan dan Nigeria.
Festival ini merupakan rangkaian konferensi The 3rd International Conference of Innovative Science and Applied Chemistry (ISAC 2016), The International Symposium on Frontier of Applied Physics (ISFAP 2016), The 3rd International Conference on Sustainable Energy Engineering and Applications (ICSEEA 2016), The International Conference on Appropriate Technology Development (ICATDev 2016), Conference on Theoretical Physics and Nonlinear Phenomena (CTPNP 2016), International Symposium on Green Technology for Value Chains (Green VC 2016), The 2016 International Conference on Computer, Control, Informatics and Its Applications (IC3INA 2016), serta The 2016 International Conference on Radar, Antenna, Microwave, Electronics, and Telecommunications (ICRAMET 2016). (*)
Published in Antara (Virna P. Setyorini, 3 October 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memiliki pusat penelitian (puslit) baru khusus mengembangkan teknologi bersih yang pemanfaatannya dapat mendukung pertumbuhan hijau di Indonesia.
"Sekarang ini kami ingin menonjolkan teknologi hijau. Tren secara global untuk pemanfaatan teknologi hijau makin besar. Oleh karena itu, kami arahkan ke sana," kata Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko di sela Festival Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2016 di Serpong, Tangerang, Senin.
Handoko mengatakan bahwa teknologi bersih begitu beragam jenisnya. Pengembangan teknologi ini dari sisi hulu hingga hilir ternyata penting untuk dikembangkan sekarang.
"Permintaan industri untuk teknologi bersih juga makin banyak soalnya," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa arah ke depan adalah pertumbuhan hijau. Jadi, bukan cuma produknya yang bersih, melainkan produksinya juga harus bersih. Oleh karena itu, Handoko mengatakan bahwa teknologi bersih harus sudah mulai dikembangkan dari sekarang
Sejauh ini yang sudah dikembangkan Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI beberapa di antaranya teknologi yang mengatasi limbah tahu di Subang, Jawa Barat.
Teknologi yang mengatasi limbah tahu yang sangat bau, menurut dia, dikembangkan bersama dengan Nanyang Technology University.
Teknologi lain yang dikembangkan, kata dia, pemanfaatan limbah nanas yang ternyata masih dapat diproses menjadi produk bermanfaat di Lembang, Jawa Barat. Teknologi picohidro juga telah dikembangkan dan dimanfaatkan di beberapa pondok pesanteren di Jawa Barat.
Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Jumain Ape mengatakan bahwa arah pertumbuhan ekonomi pada masa depan adalah pertumbuhan hijau (green growth). Maka, tidak ada cara lain selain memanfaatkan teknologi bersih.
Guna menciptakan pertumbuhan hijau, menurut dia, memang terkadang tidak ada pilihan lain harus juga menggunakan teknologi tinggi, seperti yang dikembangkan Jerman.
"Itu ciri negara maju, menggunakan teknologi tinggi, dan kita juga harus mengarah ke sana sebenarnya. Demi mencapai pertumbuhan hijau tersebut," ujarnya.
Published in Berita Satu (Ari Supriyanti Rikin, 3 October 2016)
Murid Sekolah Dasar Stella Maris, BSD, membawakan tarian Ketuk Tilu dari Jawa Barat menyambut peserta Festival Science and Technology 2016, di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD, Tangerang Selatan, Senin 3 Oktober 2016 (Beritasatu.com/Talitha Claresta)
Produk dan proses produksi bersih menjadi tren di masa depan yang mengarah pada pertumbuhan ramah lingkungan.
Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Jumain Appe, mengatakan, ke depan pertanian misalnya, lebih mengarah ke organik yang tidak menggunakan pupuk kimia.
"Limbah-limbah dari pertanian, peternakan bisa digunakan untuk pupuk organik. Pada dasarnya limbah industri bisa zero waste dengan diolah menjadi pupuk dan energi," katanya di sela-sela Science and Technology Festival 2016, di Indonesia Convention Exhibition, BSD, Tangerang Selatan, Senin (3/9).
Begitu pula di sektor energi yang berbasis fosil terus berkurang, sehingga perlu teknologi baru untuk mendukung hadirnya energi baru terbarukan (renewable energy). Ia menjelaskan, dalam pencapaian target 115 gigawatt listrik di tahun 2035 dibutuhkan bauran energi. Jika 43 persennya hanya mengandalkan batubara, polusi yang dihasilkan besar.
Di sisi lain, dengan mengedepankan teknologi bersih, produk yang dihasilkan Indonesia tidak lagi dipersoalkan produknya tak ramah lingkungan. Seperti halnya sawit yang dipersoalkan dunia internasional karena ditanam di hutan dan lekat dengan kebakaran lahan misalnya.
"Saat ini di dunia teknologi green grow tinggi. Produk bersih saat ini menjadi kebutuhan dominan," ucapnya.
Tapi problem di Indonesia saat ini belum ada mekanisme audit teknologi dari produk impor yang tidak ramah lingkungan. Saat ini, kata Jumain, aturan mengenai audit teknologi pun sedang dibahas.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Laksana Tri Handoko, mengungkapkan, saat ini LIPI memiliki pusat teknologi bersih untuk menjawab kebutuhan teknologi bersih.
Dalam hal penyediaan energi bersih, LIPI memetakan bauran energi untuk daerah-daerah terpencil berupa diesel yang dikombinasikan dengan biogas dan mikrohidro.
"Di dunia bahkan sudah mengarah ke pengelolaan limbah. Di kita energi masih jadi problem besar," ujarnya.
Sementara itu, dalam Science and Technology Festival 2016 tersebut dihadiri akademisi, bisnis dan pemerintah untuk meningkatkan sinergi. Sejumlah ahli dan peneliti dari luar negeri pun ikut berbagi pengalaman dalam festival tersebut.
Published in Antara (Virna P. Setyorini, 3 October 2016)
The Indonesian Institute of Sciences (LIPI) is holding an International Science and Technology Festival at the Indonesia Convention and Exhibition Hall in Serpong, Banten Province, from Oct. 3 to 5, 2016.
"In fact, this festival is a forum for synergy between local and international researchers. And, it is also expected to help improve the quality of international class-scientific publications," Deputy Head of LIPI L. T. Handoko said during the opening ceremony of the festival here, Monday.
More than 400 participants are taking part in the festival, including scientists from from Germany, Italy, Japan, India, Singapore, Zambia, Malaysia, Burkina Faso, Denmark, Russia, Arab Saudi, Vietnam, Poland, the US, the UK, China, Algeria, Egypt, Tanzania, Australia, Austria, South Korea, Sri Lanka, Thailand, Taiwan, and Nigeria.
The festival is a forum for researchers and scientists to present and publish their findings, and share information during a seminar, an expo and a business meeting attended by researchers, practitioners, academicians, students and industrialists.
The event is part of a series of scientific conferences that included The 3rd International Conference of Innovative Science and Applied Chemistry (ISAC 2016), The International Symposium on Frontier of Applied Physics (ISFAP 2016), The 3rd International Conference on Sustainable Energy Engineering and Applications (ICSEEA 2016), The International Conference on Appropriate Technology Development (ICATDev 2016).
Also Conference on Theoretical Physics and Nonlinear Phenomena (CTPNP 2016), International Symposium on Green Technology for Value Chains (Green VC 2016), The 2016 International Conference on Computer, Control, Informatics and Its Applications (IC3INA 2016), and the 2016 International Conference on Radar, Antenna, Microwave, Electronics, and Telecommunications (ICRAMET 2016).
Director General of the Innovation Strengthening of Research, Technology and Higher Education Ministry, Jumain Ape, said young researchers and innovators could use this annual event to introduce and demonstrate their work.
The Central Government is ready to provide support and incentives to encourage technological innovations and research.
Published in LIPI (Humas LIPI, 30 September 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memiliki beragam hasil penelitian dari bidang teknik seperti fisika, elektronika, telekomunikasi, radar, mekatronika, dan teknologi terapan yang perlu untuk diketahui para stakeholders dan masyarakat luas. Untuk itu, diperlukan diseminasi dan publikasi terhadap berbagai hasil penelitian tersebut sebagai bentuk tanggung jawab LIPI. Berdasarkan hal inilah, lembaga penelitian terbesar di Indonesia ini menyelenggarakan Science and Technology Festival 2016 pada 3 hingga 5 Oktober 2016 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD, Tangerang Selatan, Banten.
Jakarta, 3 Oktober 2016. Science and Technology Festival merupakan wahana bagi para peneliti dalam melakukan diseminasi dan publikasi hasil penelitian serta menjadi ajang berbagi informasi, baik dalam bentuk seminar, pameran, dan business meeting antara peneliti, praktisi, akademisi, mahasiswa dan industri. Kegiatan konferensi internasional ini dilaksanakan setiap tahun dan bersifat mandiri yang merupakan gabungan dari beberapa organisasi profesi pada bidang keteknikan.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI mengungkapkan, tujuan dari penyelenggaraan kegiatan tersebut adalah sebagai ajang sinergi antara peneliti lokal dan global. Kemudian, meningkatkan kualitas publikasi ilmiah yang bertaraf internasional. “Selain itu, juga untuk menjembatani peneliti, praktisi, akademisi, mahasiswa, dan industri untuk mendesiminasikan hasil penelitian dan produk inovatif,” jelasnya.
Handoko mengharapkan, ajang kali ini juga bisa digunakan kalangan industri untuk menjajaki penggunaan hasil penelitian lokal bagi industri mereka. Selama ini, jumlah hasil penelitian lokal khususnya bidang teknik masih terbatas yang telah diterapkan oleh industri. “Diperlukan komitmen dari sektor industri untuk menggunakan riset nasional untuk kemajuan iptek dalam negeri,” tekannya.
Komitmen dari industri tersebut, kata Handoko, diharapkan akan muncul dalam ajang Science and Technology Festival sekarang. Ajang itu sendiri sebenarnya telah mulai diinisiasi sejak 2015 dengan menggabungkan berbagai diseminasi dan konferensi yang sebelumnya terpisah. “Dengan penggabungan dan sinergi ini diharapkan dapat mengoptimalkan proses diseminasi dah hilirisasi hasil penelitian teknik dalam negeri,” harapnya.
Sebagai informasi, ajang kali ini diikuti oleh lebih dari 400 peserta dari dalam dan luar negeri. Para peserta dari luar negeri, antara lain Jerman, Italia, Jepang, Singapura, Zambia, Malaysia, Burkina Faso, Denmark, Rusia, Saudi Arabia, Vietnam, Poland, Amerika Serikat, Inggris, India, China, Algeria, Egypt, Tanzania, Taxila, Australia, Austria, Korea Selatan, Sri Lanka, Thailand, Taiwan dan Nigeria. Kegiatan tersebut direncanakan dibuka oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir.
Adapun rangkaian konferensi yang akan diadakan selama kegiatan Science and Technology Festival 2016, di antaranya The 3rd International Conference of Innovative Science and Applied Chemistry (ISAC 2016), The International Symposium on Frontier of Applied Physics (ISFAP 2016), The 3rd International Conference on Sustainable Energy Engineering and Applications (ICSEEA 2016), The International Conference on Appropiate Technology Development (ICATDev 2016), Conference on Theoretical Physics and Nonlinear Phenomena (CTPNP 2016), International Symposium on Green Technology for Value Chains (Gren VC 2016), The 2016 International Conference on Computer, Control, Informatics & Its Applications (IC3INA 2016), serta The 2016 International Conference on Radar, Antenna, Microwave, Electronics, &Telecommunications (ICRAMET 2016).
Keterangan Lebih Lanjut:
Note/Undangan:
Siaran Pers ini sekaligus UNDANGAN bagi rekan media untuk menghadiri kegiatan Science and Technology 2016 yang diselenggarakan pada Senin, 3 Oktober 2016 pukul 09.00 WIB di Nusantara Hall, ICE, BSD City, Tangerang Selatan, Banten.
Published in Universitas Prasetiya Mulya (29 August 2016)
Pada hari Jumat, 26 Agustus 2016, Universitas Prasetiya Mulya resmi menjalin kerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Bentuk kerjasama ini diwujudkan dalam penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Universitas Prasetiya Mulya dengan LIPI yang diadakan di Gedung Sasana Widya Sarwono LIPI Lt. 2, Jakarta pada pkl 14.00 WIB yang diwakilkan oleh Prof.Djisman Simandjuntak selaku Rektor dari Universitas Prasetiya Mulya dan Dr. Laksana Tri Handoko, M.Sc selaku Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Selain dihadiri oleh sejumlah tenaga ahli dari LIPI, turut hadir dalam acara penandatanganan Wakil Rektor I Universitas Prasetiya Mulya, Prof. Yudi Samyudia, Wakil Rektor II Universitas Prasetiya Mulya Prof. Djoko Wintoro, Ph.D, Lenny Sunaryo, Ph.D selaku Director of External Academic Coorporation Universitas Prasetiya Mulya, Franky Supriyadi, Ph.D, selaku Director of Applied STEM Academic Affairs, Dr Eka Ardianto selaku Director of Applied STEM Admissions, dan sejumlah Faculty Member dari Universitas Prasetiya Mulya.
Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Prof Djisman Simandjuntak menuturkan bahwa ruang lingkup kerja sama tersebut akan meliputi beberapa hal, diantaranya pertukaran tenaga ahli (resources sharing), dimana LIPI akan menjadi konsultan untuk kurikulum STEM di Universitas Prasetiya Mulya, dan para tenaga ahli dari LIPI dapat berkonsultasi dengan Universitas Prasetiya Mulya terkait pengembangan bisnis dan ekonomi. ” Ke depan Prasetiya Mulya dan LIPI juga akan explore proyek-proyek kerja sama yang bisa menjadi platform untuk kedua belah pihak” ujar Djisman.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Laksana Tri Handoko menyambut baik kerja sama ini. Ia mengatakan bahwa LIPI akan terbuka dalam menyediakan infrastruktur riset. “Kerja sama ini merupakan simbiosis mutualisme yang sangat baik dan diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan proyek riset kedua belah pihak ke depan”
Ke depan, kerja sama ini juga akan mencakup kerja sama bidang rekayasa komputer, teknologi kimia, makanan dan nano hidro. Jangka waktu kerja sama ini berlaku untuk jangka waktu lima tahun, terhitung sejak ditandatangani dan dapat diperpanjang atau diakhiri atas persetujuan kedua belah pihak.
Published in LIPI (Humas LIPI, 17 August 2016)
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr. Laksana Tri Handoko dalam sebuah talkshow di Radio Sindotrijaya, Selasa (16/8) kemarin, menjelaskan bahwa LIPI Sarwono Award merupakan anugerah ilmu pengetahuan bagi peneliti dengan kategori life achievement, konsisten dan terus-menerus melakukan penelitian di bidangnya. Kategorinya itu terbuka untuk semua bidang. “Sebenarnya kami tidak melihat apa kategori bidangnya secara khusus tetapi yang lebih penting adalah pencapaian dari persoalannya apapun bidangnya. Jadi memang selalu bergantian,” tegas Handoko. “Kalau mengenai tahun ini, Pak Tjia May On itu peneliti sangat senior yang terus-menerus melakukan penelitian dibidang Fisika Optik dan Material dan tentu beliau salah satu pioneer di bidang itu,” jelasnya.
“Secara umum, melalui penganugerahan Sarwono Awards itu kami berharap itu bisa memberikan inspirasi bahwa karna IPTEK dalam jangka panjang memberikan kontribusi,” ungkap Handoko. Sedangkan melalui LIPI Sarwono Memorial Lecture, Handoko mengatakan, disampaikan sudut pandang baik dari sisi praktisi maupun ilmuwan yang berbeda atas isu-isu aktual yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI, Dr. Tri Nuke Pudjiastuti mengatakan, pada tahun ini untuk kuliah umum, topik yang diambil adalah hal-hal yang sifatnya sosial. “Ketika memilih topik itu tentu yang pertama ialah memilih isu yang memang strategis bagi bangsa Indonesia,” terangnya. “Selanjutnya, yang ke dua, isu yang akan ditetapkan adalah memang momentum betul bagi bangsa Indonesia, tahun ini kami memutuskan mengangkat isu kemaritim,” tambahnya.
Nuke menjelaskan, LIPI memilih beberapa orang yang dipilih cocok untuk masalah ini di antaranya Duta Besar Dr. Arief Havas yang saat ini menduduki jabatan sebagai Deputi bidang Diplomasi Maritim di Kemenko Maritim. “Kita memilih Pak Havas tentu bukan tanpa alasan, selain backgroundnya adalah hukum internasional, beliau mempunyai jam terbang yang luar biasa apakah itu di dalam persoalan maritim itu sendiri maupun di negosiasi antara negara sehingga disini kami merasa bahwa beliau yang paling pas,” tandasnya. “Pilihan kita kenapa pada praktisi ? karena kita membutuhkan cara pandang yang berbeda tidak hanya dari sekedar ilmuan. Jadi dari situ fakta lapangan dengan cara pendekatan itu bisa bertemu dan menghasilkan sesuatu yang beda,” ungkap Nuke.
Dalam kesempatan yang sama, Nuke mengatakan bahwa Sarwono punya mimpi, bahwa dasar sebuah negara itu maju adalah ilmu pengetahuan, dan itu sudah terbukti di banyak negara-negara maju. “Contoh saja Korea, Amerika, dan Jepang. Dasar ilmu pengetahuan dipakai betul sebagai kekuatan negara, dan saya yakin mimipi Sarwono pada waktu itu pertama kali ia mendirikan dan memperjuangkannya dan pada jaman Soekarno,” sebutnya. Ia menekankan, LIPI mempunyai dua tugas utama, yang pertama adalah mengembangkan ilmu pengetahuan itu sendiri dan yang kedua memberikan arah perubahan bangsa pada jangka pendek maupun panjang. “Nah ini yang kita masih terus perjuangkan artinya autokritik juga buat LIPI untuk terus memperbaiki diri tetapi juga kita mencoba bagaimana mempunyai pengaruh di dalam upaya memperbaiki persoalan tersebut pada bangsa ini,” pungkasnya.(dee)
Published in Sindo Trijaya FM (16 August 2016)
Host: Dennis Irawan
Discussant: F.M. Siddharta (Trade Marketing Indonesia)
Published in
Newsletter DAAD Jakarta (August 2016)
Published in
Newsletter DAAD Jakarta (August 2016)
Published in
Newsletter DAAD Jakarta (August 2016)
Published in LIPI (Purwadi, 29 July 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam keanggotaannya di kolaborasi A Large Ion Collider Experiment (ALICE) sejak 2014 hingga kini telah menunjukkan kontribusi signifikan dalam pengembangan penelitian di tingkat global. Terbukti, LIPI mampu memberikan kontribusi teknologi bagi infrastruktur eksperimen ALICE di European Organization for Nuclear Research (CERN) yang bermarkas di Swiss.
LIPI bersama berbagai lembaga penelitian dari negara-negara anggota ALICE saat ini tengah melakukan upgrade (pembaruan) peralatan di CERN yang akan terpasang secara bertahap pada 2019 hingga 2020. Kontribusi LIPI dalam proyek pembaruan peralatan itu adalah pengembangan teknologi Visual Inspection of Sensor Chip dalam proyek bertopik Inner Tracking System (ITS) dan Moun Forward Tacker (MFT). Selain itu, ada teknologi agloritma pemusatan data dalam proyek Online Offline Grid Network (O2).
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksana Tri Handoko menuturkan, kontribusi tersebut tidak terlepas dari kinerja tim kecil peneliti dari Pusat Penelitian Informatika LIPI yang diketuai Suharyo Sumowidagdo. Selain itu, kontribusi juga diberikan para peneliti lain dari Pusat Penelitian Fisika LIPI, Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi, dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Dalam kolaborasi ini, lanjut Handoko, para peneliti tersebut sudah banyak perkembangan signifikan dan dipercaya menjadi tuan rumah 7th ALICE ITS Upgrade, MFT, and O2 Asian Workshop yang digelar di Hotel Mercure Sabang Jakarta pada 26-28 Juli 2016. “Saya turut senang kita dipercaya menjadi penyelenggara dan ini yang pertama bagi Indonesia,” katanya di sela-sela makan malam bersama workshop tersebut pada Rabu (27/7).
Senada, Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain merasa senang pula dengan kontribusi LIPI di ALICE-CERN. “Walaupun tim LIPI kecil hanya delapan orang, namun mampu menunjukkan kinerja dalam bagian tim besar tingkat global,” ungkapnya.
Dirinya pun mengharapkan agar kolaborasi itu bisa menyentuh bidang lebih luas lagi karena LIPI memiliki potensi dan pusat penelitian yang banyak. “Kami terbuka dengan kerja sama dalam bidang lainnya melalui kolaborasi riset semacam ini,” sambungnya.
Potensi Kerja Sama
Di sisi lain, Handoko mengatakan, kontribusi teknologi LIPI dalam ALICE melalui workshop ini telah pula dilirik sejumlah negara untuk dijajaki kerja sama. Misalnya saja, teknologi Visual Inspection of Sensor Chip. Salah satu perusahaan dari Korea Selatan telah meminatinya dan telah menjajaki kerja sama, lanjutnya.
Suharyo Sumowidagdo, peneliti Pusat Penelitian Informatika LIPI sekaligus ketua panitia workshop tersebut menyambung, teknologi tersebut berperan dalam mengembangkan sistem inspeksi yang berbasis pengolahan citra/foto. “Contoh penggunaannya adalah pada pemeriksaan chip, teknologi ini mampu melihat apakah chip tersebut cacat/retak dengan memproses melalui citra (foto),” terangnya saat penutupan workshop pada Kamis (28/7).
Haryo, panggilan akrab Suharyo Sumowidagdo menyebutkan, potensi-potensi kerja sama seperti itu bisa dirintis dan mulai dikembangkan berawal dari kegiatan workshop seperti sekarang. “Apalagi workshop saat ini mempertemukan lebih dari 50 ilmuwan dari berbagai negara di dunia,” ungkapnya.
Para peserta sendiri pada kesempatan tersebut mempresentasikan satu per satu laporan perkembangan teknologinya yang berkontribusi pada pembaruan peralaan CERN. Setiap teknologi dari berbagai negara akan disambungkan satu sama lain hingga menuju proses produksi yang ditargetkan pada 2016 hingga 2017.
Sebagai informasi, Indonesia melalui LIPI telah bekerja sama dengan CERN sejak 2013, dan khususnya menjadi anggota dari kolaborasi A Large Ion tCollider Experiment (ALICE) pada awal 2014. Kolaborasi ini pun menghasilkan hubungan timbal balik di bidang penelitian yang saling menguntungkan.
Tim ALICE LIPI terbagi menjadi tiga sub tim yang masing-masing terlibat dalam tiga topik berbeda, pertama adalah jaringan grid pengolah big data hasil eksperimen. Kemudian kedua, perangkat keras khususnya sensor dari detektor. Dan ketiga adalah analisa fisika data hasil eksperimen. Sejauh ini ketiga tim bekerja sangat aktif lintas negara dengan para mitra globalnya masing-masing. (pwd/ed:isr)
Published in Warta Kota (Lilis Setyaningsih, 8 August 2016)
Benarkah anak Jakarta kurang kreatif? Jika jawabannya dari jarangnya anak Jakarta yang mengikuti perlombaan ilmiah mungkin iya.
Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr LT Handoko mengatakan, sangat jarang sekali anak Jakarta yang mengikuti lomba yang diadakan di Indonesia. “Mungkin anak Jakarta lebih sibuk jadi enggak mikir aneh-aneh. Jangan di Jakarta kalau ingin anak yang kreatif,” tegas Dr Handoko yang didapuk menjadi Ketua Juri Kalbe Junior Scientist Award 2016 yang ditemui seusai seleksi presentasi karya sains 18 finalis KJSA di Taman Mini Indonesia Indah, Senin belum lama ini.
Ia mengatakan, dari berbagai pengalaman menjadi juri hampir selalu perwakilan dari ibukota tidak ada. Jakarta yang macet sehingga anak-anak pulang dalam kondisi letih, banyak kegiatan, serta banyaknya mal atau permainan dianggap turut mendukung anak-anak Jakarta kurang berminat mengikuti perlombaan yang diadakan berbagai instansi. Sementara di luar ibukota dianggap tidak ada macet, anak punya banyak waktu luang, sehingga akhirnya isi kepala bisa mengeluarkan ide-ide kreatif. Setuju tidak setuju dengan pendapat Dr Handoko, di dalam ajang KJSA 2016 ini dari 18 finalis tidak ada satupun yang berasal dari Jakarta. Secara keseluruhan, sebelum dikrucutkan menjadi 18 finalis, ada 917 karya sains dari 358 sekolah di 23 propinsi.
Kriteria yang dipakai dalam penjurian adalah kreativitas, inovasi, originalitas tanpa mengkesampingkan nilai integritas. Artinya ide pembuatan karya merupakan ide dari anak didik sendiri. “Yang jadi pemenang yang utama pilih yang inovasi baru, cara pendekatannya beda itu syarat utama. Tapi yang jadi finalis itu juga jadi pemenang, dipilih 9 terbaik tidak ada peringkatnya karena ini perlombaan untuk anak Sekolah Dasar,” katanya. Ia berharap, hasil karya sains yang dihasilkan menjadi solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi anak-anak di lingkungan mereka sendiri.
Pada ajang KJSA 2016, selain Dr LT Handoko sebagai juri, didapuk juga Dr Ir Nurul Taufiqu Rochman PhD MEng APU sebagai Ketua Masyarakat Nanoteknologi LIPI, Prof Ir Nizam MSc PhD selaku Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dr Tjut Rifameutia Umar Ali MA selaku pakar psikologi pendidikan, dan sekolah Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Novriana Sumarti SSi PhD matematikawan, dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB.
Published in Tempo (29 July 2016)
Rangkaian program lomba karya sains nasional bagi siswa/siswi tingkat sekolah dasar di Indonesia, Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2016, telah memasuki fase final. Dari proses penjurian akhir, terpilih sembilan pemenang unggulan dan satu pemenang favorit. KJSA sendiri merupakan ajang untuk menumbuhkembangkan kreativitas anak-anak di Indonesia bidang karya IPA Terpadu, teknologi terapan, dan matematika. Saat ini KJSA menjadi satu-satunya yang eksis di Indonesia untuk level sekolah dasar.
Pemberian penghargaan secara langsung diberikan oleh Vidjongtius selaku Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk dan LT Handoko selaku Ketua Dewan Juri. Prosesi awarding ini diselenggarakan di Pusat Peraga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PPIPTEK) Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta pada Kamis, 28 Juli 2016. “Kalbe secara konsisten ingin mengenalkan dunia sains kepada masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak. Dengan demikian, anak-anak memiliki rasa cinta dan berani berkarya dalam bidang sains sejak dini,” ujar Vidjongtius.
Sejak 2011, KJSA yang dimotori PT Kalbe Farma Tbk terus menunjukkan peningkatan keikutsertaan. “Pada 2016 ini terkumpul 917 karya sains dari 358 sekolah di 23 provinsi Indonesia. Ada kenaikan 13 persen untuk karya dan 51 persen sekolah dibanding 2015,” tutur Arief Nugroho, Ketua Panitia KJSA 2016.
Setelah melalui penjurian final, di mana tiap finalis mempresentasikan karyanya, terpilih sembilan pemenang unggulan dan satu pemenang favorit KJSA 2016. Untuk sembilan unggulan yang terpilih adalah (1) Juan Carlo Vieri & Eugenia Aileen Putrijaya dari SD Intan Permata Hati East Surabaya dengan karya Alat Pendeteksi Kesesuaian Buku dengan Jadwal Pelajaran. (2) Ahnaf Fauzy Zulkarnain dari SDN Karangrejek II Kabupaten Gunung Kidul dengan karya Alat Perontok Jagung dan Pasah Singkong/Pisang. (3) Muhammad Daffa Rizki Ferdiansyah & Alya Salsabila Bisri dari SD Muhammadiyah 2 Gresik dengan karya Angin Muda Ceria.
Kemudian (4) Yesaya Sandya Putra Prabaswara & Josephine Meisya Candrakanti dari SD Kristen Widya Wacana Jamsaren Solo dengan karya Kancing Difable. (5) Callista Samantha Dina Charis dari SD Kanisius Jepara dengan karya Kandang Cerdas Teknologi Android. (6) Muh. Uswah Syukur dari SD Negeri 71 Pare Pare dengan karya Portable Tangki Air WC Jongkok. (7) Ardelia Luthfi Agata & Dewi Febria Adhaneira dari Young Edu Sains Surakarta dengan karya Sitonal Pemetik Buah (Tongkat Pipa yang di dalamnya Ada Anak Panah). (8) Nasya Nadhira Ghazyah & Nadiya Rahma Ihsandari dari SD Muhammadiyah Manyar Gresik dengan karya TOMAT (Detektor Membaca Sehat). (9) M. Attariza Wanggono dari SDIT AT-Taqwa Surabaya dengan karya Tongkat Penuntun Surga.
Untuk pemenang favorit diraih Ardelia Luthfi Agata & Dewi Febria Adhaneira dari Young Edu Sains Surakarta dengan karya Sitonal Pemetik Buah (Tongkat Pipa yang di dalamnya Ada Anak Panah). “Nilai utama dalam penjurian adalah kreativitas, inovasi, serta originalitas tanpa mengesampingkan nilai integritas, di mana ide pembuatan karya merupakan ide dari anak didik sendiri,” ujar Dr L.T. Handoko, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, sebagai Ketua Juri KJSA 2016. Berbagai hasil karya sains yang dihasilkan diharapkan menjadi solusi untuk memecahkan problem yang dihadapi anak-anak di lingkungan mereka sendiri. (*)
Published in PWMU (Nurfatoni, 29 July 2016)
Prestasi membanggakan kembali diukir sekolah Muhammadiyah. Kali ini giliran SD Muhammadiyah Manyar dan SD Muhammadiyah 2 Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, yang mengukirnya. Empat siswa SD tersebut, yaitu Nasya Nadhira Ghazyah dan Nadiya Rahma Ihsan dari SD Muhammadiyah Manyar serta M Daffa Rizki dan Alya Salsabila dari SD Muhammadiyah 2 Gresik dinyatakan sebagai juara Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2016 dengan predikat Peneliti Cilik Terunggul.
Pengumuman dilaksanakan di halaman Pusat Peraga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP IPTEK) Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Kamis, (28/7/16). Atas prestasi tersebut, masing-masing tim peserta lomba berhak mendapat hadiah Tabungan Pendidikan senilai Rp 10 juta, trophy dan medali. Sedangkan SD Muhammadiyah Manyar dan SD Muhammadiyah 2 Gresik, masing-masing mendapatkan hadiah uang pembinaan senilai Rp 10 juta.
Sekretaris Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik, M Fadloli Aziz SSi MPd, yang juga salah satu guru pembina tim SD Muhammadiyah, menjelaskan bahwa KJSA merupakan program ajang lomba karya sains terbaik tingkat nasional untuk jenjang sekolah dasar di Indonesia. “Kegiatan lomba kreasi sains ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan kreativitas anak-anak Indonesia melalui karya sains di bidang IPA Terpadu, teknologi terapan, dan matematika,” ungkapnya.
Ketua Panitia KJSA 2016 Arief Nugroho mengatakan bahwa sejak kali pertama diselenggarakan di tahun 2011, ada kenaikan 13 persen untuk jumlah karya dan 51 persen sekolah dibanding 2015. “Tahun 2016 terkumpul 917 karya sains dari 358 sekolah di 23 provinsi di Indonesia,” ucap dia.
Ketua Tim Juri KJSA 2016 LT Handoko menjelaskan bahwa kriteria yang dipakai dalam penjurian adalah kreativitas, inovasi, originalitas tanpa mengesampingkan nilai integritas, artinya ide pembuatan karya merupakan ide dari anak didik sendiri. “Hasil karya sains yang dihasilkan diharapkan menjadi solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi anak-anak di lingkungan mereka sendiri,” kata Handoko.
Published in okezone.com (Wayan Diananto, 28 July 2016)
BERAWAL dari rasa kasihan dengan adik kelas yang kesulitan menggerakkan tangan untuk mengancingkan seragam sekolah, dua siswa siswi sekolah dasar ini mendapat satu ide inovatif.
Mereka adalah Yesaya Sandya Putra Prabaswara dan Josephine Meisya Candrakanti, murid yang kini duduk di kelas 5 SD Kristen Widya Wacana Jamsaren, Solo, Jawa Tengah, ini berinisiatif untuk membantu adik kelas mereka tersebut untuk mengganti kancing konvensional dengan kancing magnet.
"Awalnya kasihan sama adik kelas kami. Namanya Kenzo dari kelas 3. Kalau pakai seragam kesulitan karena tangannya kaku," tutur Yesaya, siswa yang bercita-cita menjadi polisi tersebut, saat ditemui dalam acara Penganugerahan Kalbe Junior Scientist Award, di Pusat Peraga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PPIPTEK) Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis (28/7/2016).
Dengan bantuan Dlyas Sawitri, SPd, selaku guru pembimbing, Yesaya dan Josephine berhasil menciptakan Kancing Difable yang diakui telah membantu teman mereka yang biasa membutuhkan untuk mengenakan pakaian. Berkat ide mulia mereka tersebut, tim mereka berhasil menjadi satu dari 9 Pemenang Terunggul KJSA 2016 bersama 18 nominator lainnya.
"Kriteria yang dipakai dalam penjurian adalah kreativitas, inovasi, originalitas, tanpa mengesampingkan nilai integritas. Artinya, ide pembuatan karya merupakan ide dari anak didik sendiri," kata Dr LT Handoko, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai Ketua Juri KJSA 2016, yang sudah masuk ke tahun keenam tersebut. (hel)
Published in okezone.com (Wayan Diananto, 28 July 2016)
RISIKO rabun jauh atau miopi bisa dimulai sejak dini ketika anak-anak mulai senang membaca atau bermain gadget. Kebiasaan melihat dan membaca dengan pencahayaan kurang dan jarak yang tidak sehat bisa tingkatkan risiko gangguan mata tersebut.
Hal tersebut ternyata dilihat dua siswa sekolah dasar bernama Nasya Nadhira Ghazyah dan Nadiya Rahma lhsan asal SD Muhammadiyah Manyar, Gresik, Jawa Timur, untuk menciptakan alat detektor yang disebut TOMAT (Detektor Membaca Sehat).
"Ide membuat alat ini terpikir karena banyak melihat teman dan kita sendiri sudah berkacamata. Alat TOMAT ini bisa mengurangi risiko miopi karena bisa dipasang dengan buku atau HP," jelas Nasya, yang ditemui dalam acara Penganugerahan Kalbe Junior Scientist Award, di Pusat Peraga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PPIPTEK) Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis (28/7/2016).
Alat tersebut adalah alat untuk mengontrol apakah seorang anak sudah memenuhi kriteria membaca sehat ketika sedang membaca. TOMAT juga dapat berfungsi sebagai detektor pada penggunaan HP atau gadget untuk jarak dan pencahayaan yang ideal. Dengan ini, Nasya dan Nadyah berharap TOMAT dapat membantu mengurangi resiko anak-anak penderita rabun jauh.
"Buzzer di alat ini akan berbunyi kalau mata kita membaca dengan jarak kurang dari standar, yaitu 30 cm. Begitu juga kalau saat cahaya kurang, buzzer akan berbunyi tiga kali. Kalau baik jarak membaca dan cahaya yang kurang, akan ada bunyi satu kali panjang," kata Nasya, mendetilkan cara kerja alat yang dia buat bersama satu guru pendamping.
Berkat inovasi unik tersebut, mereka mendapat penghargaan sebagai satu dari 9 Pemenang Terunggul dari 18 nominasi dari seluruh Indonesia dalam Kalbe Junior Scientist Award 2016, yang merupakan program penghargaan kepada karya sains terbaik di Indonesia untuk tingkat sekolah dasar.
"Kalbe secara konsisten ingin mengenalkan dunia sains kepada masyarakat Indonesia khususnya anak-anak. Melalui inisiatif ini, kita ingin mendorong anak-anak untuk memiliki rasa cinta dan berani berkarya dalam bidang sains sejak dini." ujar Vidjongtius, Direktur PT Kalbe Farma, Tbk.
Pada kesempatan yang sama, Dr LT Handoko, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIP) sebagai Ketua Juri KJSA 2016 mengatakan, "Hasil karya sains yang mereka hasilkan diharapkan menjadi solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi anak-anak di lingkungan mereka sendiri," lanjut Handoko. (hel)
Published in Tabloid Bintang (Wayan Diananto, 29 July 2016)
Setelah melakukan proses seleksi dan penilaian terhadap 18 finalis dari 23 provinsi, akhirnya Kalbe Junior Scientist Awards (KJSA) 2016 mencapai puncaknya.
Dewan juri yang terdiri Dr. L.T. Handoko, Dr. Ir. Nurul Taufiqu Rochman, Ph.D, M.Eng., APU, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., D.I.C., Ph.D, Dr. Tjut Rifameutia Umar Ali, M.A., dan Novriana Sumarti, S.Si., M.Si., Ph.D. memilih sembilan pemenang terunggul dan satu pemenang terfavorit.
Handoko menerangkan, “Kriteria dalam menjuri yakni kreativitas, inovasi, orisinalitas tanpa mengesampingkan aspek integritas. Artinya, ide pembuatan karya sains itu gagasan dari anak didik sendiri. Sembilan yang terpilih merupakan yang paling unggul. Sementara satu pemenang terfavorit adalah Ardelia Luthfi Agata dan Dewi Febria Adhaneira dengan karya Sitonal Pemetik Buah, yakni tongkat pipa yang di dalamnya ada anak panah.”
KJSA kali pertama diselenggarakan pada tahun 2011. Melalui ajang ini, Kalbe Farma secara konsisten berupaya mengakrabkan anak Indonesia kepada dunia sains. Tujuannya, menanamkan rasa cinta terhadap dunia sains di hati anak-anak sejak dini.
Tahun ini, KJSA mengumpulkan 917 karya sains dari 358 sekolah yang tersebar di 23 provinsi. Ajang ini didukung oleh Tempo Impressario. Inilah 9 pemenang terunggul di ajang KJSA 2016:
Published in Kalbe (28 July 2016)
PRESS RELEASE
No. 019/KFCP-DIR/PR/VII/16
For Immediate Release
Jakarta, 28 July 2016 – PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) today presents the award for the 9 leading winners and 1 favorite winner of the Kalbe Junior Scientist Awards 2016. The KJSA 2016 award presentation which is held at the Science and Technology Exhibit Center (PPIPTEK) Taman Mini Indonesia Indah was delivered by Vidjongtius as the Director of PT Kalbe Farma Tbk and L.T. Handoko as the Chairman of the Board of Juries of KJSA 2016. Two days prior, 18 participants have presented their visual aid props in front of the juries. KJSA is an appreciation program for the best science works in Indonesia for the elementary school level. The award has the purpose of growing the creativity of Indonesian children through science work in the fields of integrated science, applied technology, and mathematics.
"Kalbe consistently wish to introduce the world of science to the Indonesian people, specifically children. Through this initiative, we want to encourage children to have the love and courage to experiment in the science fields since early days," said Vidjongtius, Director of PT Kalbe Farma Tbk.
"The criteria used in the judgment are creativity, innovation, originality without setting aside integrity values, which means the idea of the project is the idea of the child themselves," said Dr. L.T. Handoko, Deputy of Technical Sciences, Indonesian Institute of Sciences (LIPI) as the Chairman of the Juries of KJSA 2016. "The science projects that they produced are expected to be a solution to solve problems the children may have in their own environment," Handoko added.
"From the first time held in 2011, KJSA continuously showed an increase of science project registered," said Arief Nugroho, Chairman of the Committee of KJSA 2016. "In 2016, we have 917 science projects from 358 schools at 23 provinces of Indonesia. There is an increase of 13 percent for projects and 51 percent of schools compared to 2015," Arief added.
The 9 Leading Winners of KJSA 2016 are 1) Juan Carlo Vieri & Euginea Aileen Putrijaya with the project Book Matching with Study Schedule Detection Device, 2) Ahnaf Fauzy Zulkarnain with the project Corn Sheller and Cassava/Banana Slicer, 3) Muhammad Daffa Rizki Ferdiansyah & Alya Salsabila Bisri with the project Happy Young Wind, 4) Yesaya Sandya Putra Prabaswara & Josephine Meisya Candrakanti with the project Buttons for Disabled People, 5) Callista Samantha Dina Charis with the project Andriod Technology based Intelligent Cages.
Followed with 6) Muh. Uswah Syukur with the project Portable Water Tank for Squatting toilet, 7) Ardelia Luthfi Agata & Dewi Febria Adhaneira with the project Sitonal Fruit Picker (Pipe stick with arrows within), 8) Nasya Nadhira Ghazyah & Nadiya Rahma Ihsan with the project TOMAT (Healthy Reading Detector) dan 9) M. Attariza Wanggono with the project Heaven Leading Stick. Whereas 1 Favorite Winner is achieved by Ardelia Luthfi Agata & Dewi Febria Adhaneira with the project Sitonal Fruit Picker (Pipe stick with arrows within).
Published in inilah.com (Mia Umi Kartikawati, 28 July 2016)
Anak - anak adalah generasi penerus bangsa. Karena itu, sejak dini, anak dapat digali potensinya untuk menjadi seorang peneliti atau penemu cilik.
Hal tersebut yang dilirik oleh PT. Kalbe Farma Tbk, untuk memberikan penghargaan Kalbe Junior Scientist Awards (KJSA) 2016. Ini adalah salah satu apresiasi yang penting untuk anak yang duduk di bangku sekolah dasar dan berhasil menemukan sebuah solusi untuk kegiatan sehari - hari yang dialami masyarakat.
"Melalui inisiasi ini, kami ingin mendorong kemampuan anak - anak untuk memiliki rasa cinta, berani berkarya sejak usia dini," kata Vidjongtius, Direktur PT Kalbe Farma, Tbk saat ditemui di Pusat Peraga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PPIPTEK), Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis (28/07/2016).
Pada ajang ini, peserta peneliti cilik ini menjalankan serangkaian penjurian, yang meliputi kreativitas, inovasi, originalitas, tanpa mengesampingkan nilai integritas. Artinya, ide pembuatan karya merupakan ide dari anak didik sendiri," ujar Dr. L.T Handoko, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Lantas, siapa saja anak - anak yang berhasil menjuarai kompetisi tersebut? Tentu, hal ini dilihat dari hasil karya yang dilahirkan dari ide yang cemerlang.
Mereka yang berhasil adalah 9 pemenang terunggul:
Kemudian, terdapat pula pemenang favorit yang diraih oleh Ardelia Luthfi Agata dan Dewi Febria Adhaneira dengan karya Sitonal Pemetik Buah.
Published in Media Indonesia (26 July 2016)
Sebanyak 18 siswa sekolah dasar mempresentasikan karya sains mereka di hadapan para juri final Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) yang diselenggarakan 25-26 Juli 2016 di Desa Wisata TMII. Sebelumnya, mereka telah mengikuti serangkaian seleksi di 23 provinsi di Indonesia.
“Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) merupakan bagian dari komitmen Kalbe untuk terus berinovasi bagi kehidupan yang lebih baik, dimulai dari karya sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari,” kata Head Corporate Communication dan CSR PT Kalbe Farma Tbk, Herda Pradsmadji, kemarin.
Herda menambahkan, Kegiatan itu juga bertujuan membuat anak mencintai sains. “Tentu akan bermanfaat bagi perkembangan sains di Tanah Air.”
Beberapa karya menarik dan unik yang ditampilkan, di antaranya tas payung serbaguna (tangguna) yang diciptakan siswa kelas 6 SD Islam Ma’arif 01 Singosari, Malang, Jawa Timur, Lambang Ardikusuma AR dan Luthfi Azizah Khaironi; alat lipat dan rapi oleh siswa kelas 5 SDK 6 BPK Penabur, Bandung, Leon Immanuel; dan tongkat penuntun surga oleh siswa kelas 4 SDIT At-Taqwa, Surabaya, Jawa Timur, Attariza Wanggono.
Sebanyak 18 finalis akan dinilai lima juri, yaitu Dr LT Handoko (Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI), Dr Ir Nurul Taufiqu Rochman (Ketua Masyarakat Nanoteknologi Indonesia LIPI), Prof Ir Nizam (Kepala Pusat Penilaian Pendidikan, Kemendikbud RI), Dr Tjut Rifameutia Umar Ali (Dekan Fakultas Psikologi UI), dan Novriana Sumarti (Fakultas MIPA ITB).
“Kriteria yang dipakai dalam penjurian ialah kreativitas, inovasi, orisinalitas,” ujar salah seorang juri, Handoko.
Para pemenang KJSA yang digelar sejak 2011 itu akan diumumkan pada Kamis (28/7). (*/H-2)
Published in Tempo (25 July 2016)
PT Kalbe Farma Tbk. (Kalbe) mengumumkan 18 finalis peserta karya sains Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2016. Presentasi karya sains yang berasal dari 23 propinsi di Indonesia itu diseleksi pada 25 hingga 26 Juli 2016 di Hotel Desa Wisata Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.
KJSA merupakan program penghargaan kepada karya sains terbaik di Indonesia untuk tingkat sekolah dasar. Penghargaan ini untuk menumbuhkembangkan kreatifitas anak-anak Indonesia melalui karya sains di bidang IPA Terpadu, teknologi terapan, dan matematika.
Menurut Head Corporate Communication dan CSR Kalbe Herda Pradsmadji, KJSA merupakan bagian dari komitmen Kalbe untuk terus berinovasi bagi kehidupan yang lebih baik.
“Kalbe berharap pada masa depan, tunas-tunas bangsa makin mencintai sains bahkan menjadi peneliti-peneliti unggul untuk perkembangan dunia sains dan teknologi di Indonesia bahkan di dunia,” kata Herda.
Ketua Panitia KJSA 2016 Arief Nugroho mengatakan bahwa sejak pertama kali diselenggarakan di tahun 2011, ada kenaikan 13 persen untuk jumlah karya dan 51 persen sekolah dibanding 2015.� Tahun 2016 terkumpul 917 karya sains dari 358 sekolah di 23 provinsi Indonesia.
Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai Ketua Juri KJSA 2016 L.T. Handoko mengatakan kriteria yang dipakai dalam penjurian adalah kreativitas, inovasi, originalitas tanpa mengesampingkan nilai integritas, artinya ide pembuatan karya merupakan ide dari anak didik sendiri.
“Hasil karya sains yang dihasilkan diharapkan menjadi solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi anak-anak di lingkungan mereka sendiri,” kata Handoko.
Karya-karya sains hasil anak-anak kreatif ini antara lain Pompa Sederhana Penekan Tahu (Pascalu), Biopori Reversible, Detektor Membaca Sehat (Tomat), Kandang Cerdas Teknologi Android, Alat Perontok Jagung Dan Pasah Singkong/Pisang, Tas Payung Serbaguna (Tangguna), Portable Tangki Air Wc Jongkok, Tarik Srek-Srek Papan Tulis Bersih, ABC (Alarm Book Chores), Kancing Difable, Alat Pendeteksi Kesesuaian Buku dengan Jadwal Pelajaran, Smart Pencil Case, Kotak Pensil Pintar Beralarm yang Anti Ketinggalan dan Anti Kehilangan, hingga Tongkat� Penuntun Surga.
Sedangkan nama-nama 18 finalis KJSA 2016� yaitu (1) Leon Immanuel dari SDK 6 BPK Penabur Bandung, (2) Amira Tresnakusuma Aisha dari Sekolah Kuntum Cemerlang Bandung, (3) Aisyah Dinda S & Azizah, Izzah, Kiesha dari SDIT Insantama Bogor, (4) Muhammad Daffa Rizki Ferdiansyah & Alya Salsabila Bisri SD Muhammadiyah 2 Gresik, (5) Nasya Nadhira Ghazyah & Nadiya Rahma Ihsandari dari SD Muhammadiyah Manyar Gresik.
Kemudian (6) Callista Samantha Dina Charis dari SD Kanisius Jepara, (7) Ahnaf Fauzy Zulkarnain dari SDN Karangrejek II Kab. Gunung Kidul, (8) Octafianus Reno & Isak dari SDN 17 Nanga Bungan Kab. Kapuas Hulu, (9) Lambang Ardi Kusuma� A.R & Luthfi Azizah Khoironi SD Islam Almaarif 01 Singosari Kab. Malang, (10) Muh. Uswah Syukur dari SD Negeri 71 Pare Pare, (11) Davon Perry Nugroho dari SD Kristen Tri Tunggal Semarang,
Selanjutnya (12) Fayaquna Wardah Islamadina dari SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang, (13) Yesaya Sandya Putra Prabaswara & Josephine Meisya Candrakanti dari SD Kristen Widya Wacana Jamsaren Solo, (14) Ardelia Luthfi Agata & Dewi Febria Adhaneira dari Young Edu Sains Surakarta, (15) Satrio Putro Harijadi & Jeremy Dominic Adestus Gerungan dari SD Yuwati Bhakti Sukabumi, (16) Juan Carlo Vieri & Eugenia Aileen Putrijaya dari SD Intan Permata Hati East Surabaya, (17) M. Attariza Wanggono dari SDIT AT–Taqwa Surabaya, (18) Jeff Nathan Setiawan & Matthew RadityaSidik dari Sekolah Harapan Bangsa Primary Modernhill Tangerang Selatan.
18 Finalis akan mempresentasikan hasil karya mereka di hadapan 5 juri dengan kompetensi bidang pendidikan dan sains. Adapun kelima juri tersebut adalah Dr. L.T Handoko selaku Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), �Nurul Taufiqu Rochman selaku Ketua Masyarakat Nanoteknologi Indonesia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), �Nizam selaku Kepala Pusat Penilaian Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, �Tjut Rifameutia Umar Ali selaku Pakar Psikologi Pendidikan dan Sekolah, Dekan Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia dan Novriana Sumarti adalah Matematikawan, Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam, ITB. (*)
Published in Antara (Sotyati, 19 July 2016)
Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius (kedua kiri) dan Ketua Dewan Juri KJSA 2016 L.T Handoko (kiri) melihat hasil karya Ardelia Luthfi Agata (kanan) dan Dewi Febria Adhaneira dari SD Young Edu Sains, Surakarta, Jawa Tengah berupa tongkat "Sitonal Pemetik Buah" yang terpilih sebagai pemenang terfavorit Kalbe Junior Science Award 2016, di Jakarta, Kamis (28/7). Kalbe Junior Science Award merupakan program penghargaan karya sains terbaik untuk tingkat sekolah dasar yang bertujuan untuk menumbuh kembangkan kreativitas anak-anak sekaligus wujud komitmen dan keseriusan Kalbe Farma dalam mendukung lahirnya peneliti unggul di Indonesia. ANTARA FOTO/Audy Alwi/ama/16
Published in Sindo (Diana Rafikasari, 25 July 2016)
PT Kalbe Farba Tbk kembali menggelar Kalbe Junior Scientist Awards (KJSA), sebuah kompetisi sains untuk siswa sekolah dasar, khususnya kelas 4-6. Acara yang digelar setiap tahun ini, melombakan kategori teknologi terapan, ilmu pengetahuan alam dan matematika.
"Kalbe Junior Scientist Award merupakan bagian dari komitmen Kalbe untuk terus berinovasi bagi kehidupan yang lebih baik. Program ini bertujuan menumbuh kembangkan kreatifitas anak di Indonesia," papar Head Corporate Communication dan CSR PT Kalbe Farma, Tbk, Herda Pradsmadji saat penjurian final KJSA di Desa Wisata TMII, Jakarta, Senin (25/7/2016).
Dari 917 hasil karya yang masuk, dewan juri telah memilih 18 finalis KJSA yang saat ini diundang ke Jakarta untuk melakukan penjurian atas presentasi karya mereka. Sementara untuk penilaian terdiri dari beberapa kriteria, yaitu kreativitas hingga originalitas.
"Kriteria yang dipakai dalam penjurian adalah kreativitas inovasi, originalitas tanpa mengesampingkan nilai integritas. Artinya ide pembuatan karya merupakan ide dari anak didik sendiri," kata Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sekaligus Ketua Juri KJSA 2016, Dr. L.T. Handoko.
Hasil karya yang dihasilkan diantaranya, Pompa Sederhana Penekan Tahu (Pascalu), Biopori Reversible, Detektor Membaca Sehat (Tomat), Kandang Cerdas Teknologi Android, Alat Perontok Jagung Dan Pasah Singkong/Pisang, Tas Payung Serbaguna (Tangguna), Portable Tangki Air Wc Jongkok, Tarik Srek-Srek Papan Tulis Bersih dan ABC (Alarm Book Chores).
Ada juga Kancing Difable, Alat Pendeteksi Kesesuaian Buku dengan Jadwal Pelajaran, Smart Pencil Case, Kotak Pensil Pintar Beralarm yang Anti Ketinggalan dan Anti Kehilangan, hingga Tongkat Penuntun Surga.
"Hasil karya sains yang mereka hasilkan diharapkan menjadi solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi anak-anak di lingkungan mereka sendiri," pungkas Handoko.
Published in satuharapan.com (Sotyati, 19 July 2016)
Perkembangan ilmu pengetahuan, atau iptek, secara umum di Indonesia semakin baik. Meski demikian, secara kuantitatif dan kualitatif, belum seperti yang diharapkan, baik dari sisi kondisi saat ini, maupun kecepatan perkembangannya.
“Dilihat dari peringkat Indonesia di berbagai indikator iptek di antara negara ASEAN, perkembangan iptek masih kurang cepat dan masif. Indonesia, hanya menempati peringkat ke-4, jauh di bawah Malaysia,” kata Laksana Tri Handoko (48), Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kepada satuharapan.com, Senin (18/7).
Perkembangan teknologi di Indonesia yang masih kurang menggembirakan, pernah dikemukakan Armida Alisjahbana – saat itu menjabat Menteri dan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) - , dalam orasi ilmiah di kampus Universitas Padjadjaran, Bandung, Kamis, 11 September 2014. Mengutip tempo.co, ada lima indikator rendahnya teknologi Indonesia, seperti kurangnya kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di sektor industri, sinergi kebijakan masih lemah, serta sedikitnya ilmuwan. Armida mencontohkan rasio ilmuwan atau peneliti Indonesia hanya 205 orang per satu juta penduduk dibandingkan dengan Korea Selatan yang mencapai 4.627 ilmuwan, Jepang 5.573 orang, dan Singapura 6.088 orang.
Armida juga menunjukkan, indeks pencapaian teknologi Indonesia pada urutan ke-60 dari 72 negara berdasarkan data United Nation for Development Program (UNDP) pada 2013. Ukurannya, di antaranya, penciptaan teknologi yang dilihat dari perolehan hak paten dan royalti atas karya dan penemuan teknologi, difusi inovasi teknologi mutakhir yang diukur dari jumlah pengguna Internet dan besaran sumbangan ekspor teknologi terhadap total barang ekspor.
Walau belum seperti yang diharapkan, Handoko, ahli fisika teori yang menyelesaikan pendidikan S3-nya di Universitas Hiroshima, Jepang, berani mengatakan minat generasi muda terhadap iptek sangat tinggi, terlebih untuk usia remaja ke bawah.
Seperti diketahui, setiap tahun LIPI menyelenggarakan Lomba Karya Ilmiah Remaja LKIR), sementara itu Kemendikbud menyelenggarakan kompetisi sejenis, Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR). Kedua kompetisi itu merupakan salah satu indikator minat dan apresiasi di kalangan generasi muda terhadap iptek.
Melihat fakta seperti itu, “kita tidak boleh mengecewakan harapan dan minat mereka terhadap iptek yang sudah tinggi.”
Minat dan apresiasi pada iptek tersebut, terlebih di era teknologi saat ini, menurut pengamatan Handoko, terlihat pada kalangan remaja ke bawah. “Tetapi apakah mereka menyenangi dan kemudian berminat berkecimpung di dalamnya, meski hanya di level lomba karya ilmiah, adalah hal yang berbeda,” kata Handoko, yang pernah tercatat sebagai peserta lomba karya ilmiah remaja semasa SMA.
Mengapa demikian, lebih lanjut Handoko menjelaskan, iptek membutuhkan persiapan keilmuan sampai dengan level tertentu. Dalam hal itu, tidak semua remaja mampu dan, atau, berminat mendalaminya.
Secara khusus untuk level remaja ke bawah, Handoko menjelaskan, minat awal untuk mau mulai mencoba mendalami biasanya sangat ditentukan oleh guru, “Sayangnya, selaras dengan sumberdaya manusia iptek yang terbatas, kita harus akui kemampuan guru kita sangat terbatas, ditambah kreativitas yang tidak terasah.”
Berkaitan dengan hal itu, guru memegang peran strategis untuk remaja ke bawah. Karena itu pula, percepatan peningkatan kapasitas guru sangat mutlak, diawali dengan proses rekrutmen yang kompetitif.
“Sejak lima tahun terakhir, sebenarnya sudah mulai tampak perubahan signifikan setelah kesejahteraan guru meningkat, sehingga minat menjadi guru sangat tinggi di kalangan sarjana baru. Tidak hanya dari jurusan kependidikan tetapi juga dari jurusan non-kependidikan. Tetapi, persentase secara global guru generasi muda ini belum dominan. Untuk itu perlu dilakukan percepatan secara sistematis tanpa harus melakukan jalan pintas,” Handoko menambahkan.
Published in bitMAGZ (19 July 2016)
Fasilkom UI menyelenggarakan sidang promosi doktor dalam rangka penganugerahan gelar Doktor Ilmu Komputer kepada Sdr. Arya Adhyasa Waskita pada Senin, 27 Juni 2016. Sidang promosi dilaksanakan di Auditorium Fasilkom UI Depok dengan ketua sidang oleh Mirna Adriani Ph.D.. Judul disertasi yang diusung adalah “Deteksi Dini Kondisi Anomali Pada Jaringan Sensor Berbasis Metode Entropi”.
Diperlukan suatu sistem keselamatan yang baik untuk memastikan keselamatan ketika beroperasi. Seringkali, operasi sistem yang ada dapat menyebabkan korban jiwa dan kerusakan lingkungan hidup. Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan suatu sistem deteksi anomali (ADS) berbasis metode entropi. Fungsi ADS ini dikhususkan untuk sistem yang bersifat safety critical, yang telah mendefinisikan batas operasi yang normal untuk setiap elemen saat dirancang dan dapat segera mendeteksi jika ada penyimpangan. Untuk mengetahui dan mengamati hal-hal tersebut, diperlukan sejumlah sensor, baik homogen maupun heterogen.
Metode deteksi yang diusulkan oleh peneliti yaitu dengan menggunakan pendekatan entropi dan pencarian exhaustive. Pendekatan entropi berguna untuk mendeteksi anomali yang disebabkan kegagalan node sensor dan mengestimasi posisi node sensor yang mengalami anomali. Sedangkan pencarian exhausative memiliki keunggulan dalam merepresentasikan interaksi pasangan sensor. Namun membutuhkan komputasi yang besar dan tidak dapat menghasilkan nilai evaluator yang dijadikan acuan, apakah sistem beroperasi dengan aman atau tidak. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu mengurangi kecelakaan dalam operasi sistem.
Sidang promosi yang dilaksanakan di AULA Fasilkom UI ini dipromotori oleh Prof. Heru Suhartanto Ph.D., dan ko-promotor Dr. Laksana Tri Handoko. Turut menghadirkan penguji antara lain: Prof. Dr. Aniarty Murni Arymurthy, Prof. Dr. Kudang Boro Seminar, L.Y Stefanus Ph.D., Setiadi Yazid Ph.D., M. Ivan Fanany, Ph.D., dan Wahyu Catur Wibowo, Ph.D. Disertasi dipresentasikan dengan yudisium Sangat Memuaskan. Sebagai lulusan ke 55 dari Program Doktor Ilmu Komputer UI, gelar Doktor Ilmu Komputer diberikan kepada Dr. Arya Adhyaksa Waskita. (as)
Published in Kalbe (11 July 2016)
Program lomba karya sains nasional bagi siswa/siswi tingkat sekolah dasar di Indonesia, Kalbe Junior Scientist Award (KJSA), memasuki penjurian 18 besar di Hotel Atlet Century, Jakarta, 29 Juni 2016. Ajang untuk menumbuh kembangkan kreativitas anak-anak di Indonesia bidang karya IPA Terpadu, teknologi terapan, dan matematika ini menjadi satu-satunya yang eksis di Indonesia untuk level sekolah dasar.
Kalbe Junior Scientist Awards (KJSA) merupakan langkah awal dalam membentuk fondasi peneliti sejak dini. Peneliti membawa denyut perkembangan lewat riset yang dilakukannya. Dari riset-riset yang ditekuni, peneliti bisa membawa manfaat besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia sebagai negara yang terus berkembang tentunya perlu untuk secara terus menerus melahirkan peneliti-peneliti berkualitas sebagai penopang perkembangan bangsa. Bila kuantitas dan kualitas peneliti di Indonesia rendah maka Indonesia bisa tak berkembang kemanapun.
Mengambil bagian dalam mengembangkan sektor penelitian, PT Kalbe Farma Tbk mencoba melakukan pendekatan sejak dini lewat ajang Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) sejak 2011. ” Kalbe selau ingin menemukan hal baru yang bisa dimanfaatkan masyarakat. Untuk menghasilkan produk baru tentu lewat penelitian. Kami melihat bahwa peneliti ini harus dibentuk dari awal,” ujar Herda Pradsmadji, Head of Corporate Communications and CSR PT Kalbe Farma Tbk.
Sejak 2011, KJSA yang dimotori oleh PT Kalbe Farma Tbk terus menunjukkan peningkatan keikutsertaan. “Pada 2016 ini terkumpul 917 karya sains dari 358 sekolah di 23 provinsi Indonesia. Ada kenaikan 13 persen untuk karya dan 51 persen sekolah dibanding 2015,” tutur Arief Nugroho, Ketua Panitia KJSA 2016.
Untuk mendapatkan penilaian yang fair, KJSA 2016 mengandalkan juri dengan kompetensi bidang pendidikan dan sains. “Nilai utama dalam penjurian adalah kreativitas, inovasi, originalitas tanpa mengesampingkan nilai integritas. Hasil karya sains untuk memecahkan problem yang dihadapi anak-anak di lingkungan mereka sendiri,” jelas Dr. L.T. Handoko, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI sebagai ketua juri. Nantinya, dari 18 besar yang terpilih akan diundang untuk presentasi karyanya di Jakarta untuk kemudian berhak mendapatkan hadiah uang pembinaan dari Kalbe.
Setelah melalui penjurian yang mendalam diperoleh 18 finalis KJSA 2016, yaitu (1) Leon Immanuel dari SDK 6 BPK Penabur Bandung, (2) Amira Tresnakusuma Aisha dari Sekolah Kuntum Cemerlang Bandung, (3) Aisyah Dinda S & Azizah, Izzah, Kiesha dari SDIT Insantama Bogor, (4) Muhammad Daffa Rizki Ferdiansyah & Alya Salsabila Bisri SD Muhammadiyah 2 Gresik, (5) Nasya Nadhira Ghazyah & Nadiya Rahma Ihsandari dari SD Muhammadiyah Manyar Gresik.
Kemudian (6) Callista Samantha Dina Charis dari SD Kanisius Jepara, (7) Ahnaf Fauzy Zulkarnain dari SDN Karangrejek II Kab. Gunung Kidul, (8) Octafianus Reno & Isak dari SDN 17 Nanga Bungan Kab. Kapuas Hulu, (9) Lambang Ardi Kusuma A.R & Luthfi Azizah Khoironi SD Islam Almaarif 01 Singosari Kab. Malang, (10) Muh. Uswah Syukur dari SD Negeri 71 Pare Pare, (11) Davon Perry Nugroho dari SD Kristen Tri Tunggal Semarang,
Selanjutnya (12) Fayaquna Wardah Islamadina dari SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang, (13) Yesaya Sandya Putra Prabaswara & Josephine Meisya Candrakanti dari SD Kristen Widya Wacana Jamsaren Solo, (14) Ardelia Luthfi Agata & Dewi Febria Adhaneira dari Young Edu Sains Surakarta, (15) Satrio Putro Harijadi & Jeremy Dominic Adestus Gerungan dari SD Yuwati Bhakti Sukabumi, (16) Juan Carlo Vieri & Eugenia Aileen Putrijaya dari SD Intan Permata Hati East Surabaya, (17) M. Attariza Wanggono dari SDIT AT–Taqwa Surabaya, (18) Jeff Nathan Setiawan & Matthew RadityaSidik dari Sekolah Harapan Bangsa Primary Modernhill Tangerang Selatan.
Karya-karya sains hasil anak-anak kreatif ini antara lain Pompa Sederhana Penekan Tahu (Pascalu), Biopori Reversible, Detektor Membaca Sehat (Tomat), Kandang Cerdas Teknologi Android, Alat Perontok Jagung Dan Pasah Singkong/Pisang, Tas Payung Serbaguna (Tangguna), Portable Tangki Air Wc Jongkok, Tarik Srek-Srek Papan Tulis Bersih, ABC (Alarm Book Chores), Kancing Difable, Alat Pendeteksi Kesesuaian Buku dengan Jadwal Pelajaran, Smart Pencil Case, Kotak Pensil Pintar Beralarm yang Anti Ketinggalan dan Anti Kehilangan, hingga Tongkat Penuntun Surga. (*)
Semangat dari KJSA sendiri diharapkan dapat menghasilkan anak yang mampu melihat masalah sekitar dan menemukan solusi.
Published in Media Indonesia (30 June 2016)
Dunia kian terhubung, batas-batas negara makin longgar dan tantangan globalisasi menjadi nyata. Pesimisme mestinya bukan miliki kita karena banyak anak bangsa berjaya di tingkat dunia. Inilah 46 sosok inspiratif di antaranya, yang kami angkat dalam memperingati HUT Ke-46 Media Indonesia. Berikut sosok ke-22:
PONSEL pintar yang mudah dibeli di toko setelah diproduksi massal di pabrik ialah produk dari eksperimen panjang. Namun, jauh di balik semua proses, ada penemuan bermakna besar yang kadang terlupakan dengan mudahnya.
Jika saja tak ada yang menemukan teori soal partikel elektron, kita takkan pernah bisa menikmati apa pun yang terkait dengan listrik. Padahal, ketika konsep muatan listrik mulai diperkenalkan pada 1838, butuh waktu 56 tahun untuk konsep itu dinamai elektron.
Selanjutnya, butuh waktu lagi untuk hadirnya pemanfaatan riil elektron yang memang bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat.
Demikianlah kerja seorang peneliti fisika teori. Bidang itulah yang digeluti oleh Laksana Tri Handoko yang kini menjabat Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). "Menjelaskan manfaat riil yang secara langsung dirasakan masyarakat dari fisika teori memang sulit karena kita mengkaji sesuatu yang sifatnya sangat futuristik.Kalaupun ada hasilnya, biasanya perlu 50 tahun, bahkan 100 tahun setelahnya," ujar Handoko.
Di antara penelitian yang juga ikut dikaji Handoko beserta rekan-rekannya ialah apa yang dikenal sebagai partikel Tuhan. Penemuan partikel Tuhan penting lantaran dalam fisika dikenal model standar fisika partikel yang berkontribusi dalam menerangkan penciptaan alam semesta. Higgs boson alias partikel Tuhan ialah partikel yang belum ditemukan hingga 2012. Riset tentang penciptaan alam Seperti banyak teori lainnya, dari seribu yang diciptakan para peneliti fisika teori belum pasti dihasilkan satu teori yang berhasil. "Saya juga mencoba membuat teori yang mendeskripsikan materi awal alam semesta sebelum big bang, dengan mundur kembali ke proses penciptaan alam semesta," ujar Handoko tentang salah satu bidang kajian yang diminatinya.
Jangan bayangkan seorang peneliti yang sibuk melakukan eksperimen di laboratorium, pekerjaan seorang fisikawan teori tidaklah seperti itu.
"Saya cukup pakai kertas dan pensil, lalu membuat teori, kadang bantuan komputer," sebutnya menambahkan dengan jenaka bahwa saat sedang di toilet sekalipun dia bisa sibuk membuat teori dan berbagai rumusan. Sebagai fisikawan teori, dia juga banyak berbekal literatur dalam bekerja.
Handoko mengaku ketika lulus dari jurusan fisika di Universitas Kumamoto, Jepang, pada 1993, sengaja memilih bidang fisika teori karena sadar dirinya kurang suka eksperimen. "Saya agak teledor, kalau eksperimen suka ada saja gelas yang pecah," katanya disusul tawa.
Bukanlah kesengajaan jika Handoko meneruskan jejak ayahnya menjadi fisikawan teori, ayahnya tidak pernah mengarahkan jalan hidup yang mesti dipilihnya. Meski saat masih SMP dan SMA dia banyak membaca buku-buku fisika milik ayahnya, semula dia lebih suka matematika dan merasa fisika ialah bidang yang terlalu berat. Saat SMA kemahirannya dalam bidang matematika, mengantarkannya ke Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) LIPI bidang matematika.
Handoko kemudian mendapat beasiswa dari Kementerian Riset dan Teknologi yang mengirim lulusan-lulusan terbaik dari sekolah menengah atas ke perguruan tinggi di luar negeri hingga terbang ke Jepang mengambil jurusan fisika di Kumamoto University.
Setelah mengenal tentang fisika teori di bangku kuliah, dia mantap mendalami bidang itu. Makanya, ketika melanjutkan kuliah S-2 dan S-3 di Universitas Hiroshima, dia mengambil fisika teori. "Tampaknya sekarang sudah tidak ada program beasiswa semacam itu," sesalnya.
Riset dan Peradaban
Fisika teori bukanlah bidang yang banyak diminati. Disisi lain, sepintas terkesan ajaib juga perusahaan yang mau menggaji para peneliti itu hanya untuk berkutat dengan berbagai rumus dan teori.
"Pasti susah dipahami oleh orang yang awam maupun yang membayar, mengapa saya harus menggaji orang yang bersenang-senang dengan dirinya sendiri?" ujar Handoko diselangi tawa.
Nyatanya, adanya peneliti seperti dirinya yang setia pada teori futuristik ialah bagian yang penting dalam peradaban suatu bangsa, khususnya Indonesia. Meminjam istilah Handoko, itu ialah bagian dari proses menampung pengetahuan bangsa. Secara alamiah, kebanyakan penelitian memang tidak menjadi sesuatu yang bermanfaat, tapi justru proses penelitian yang terpenting.
Bukanlah mengherankan bila fisika teori sebagai penelitian fundamental merupakan bidang yang banyak menyumbang peraih Nobel. "Mereka (peneliti) teredukasi untuk berpikir melampaui sesuatu yang sudah ada, proses itu yang penting untuk peradaban bangsa," katanya tentang mentalitas tekun seorang peneliti yang terlatih.(M-1) hera_khaerani@mediaindonesia.com
Biodata:
Published in Media Indonesia (30 June 2016)
SETELAH menyelesaikan kuliahnya di Jepang, Laksana Tri Handoko sempat bekerja menjadi peneliti selama setahun di Italia. Selanjutnya, dia bekerja di Jerman selama tiga tahun. Sejak 2002, dia kembali ke Tanah Air dan mengabdikan dirinya di LIPI.
Ketika ditanyai soal pilihannya untuk kembali ke Indonesia, menurutnya itu ialah pilihan yang sangat rasional.
"Saat itu ketika dibandingkan jenjang karier yang bisa saya dapatkan di Jerman, lebih menjanjikan di Indonesia," terangnya.
Kini dengan jabatan strukturalnya di LIPI, Handoko banyak memburu peneliti-peneliti Indonesia yang sukses di luar negeri agar pulang dan berkontribusi bagi negara. Menurutnya, saat ini kondisi di Indonesia sudah semakin membaik bagi peneliti untuk hidup dan bekerja di tanah kelahiran sendiri.
Dia juga berupaya menggenjot jumlah publikasi ilmiah yang diterbitkan para peneliti di bawah LIPI. Output publikasi global tadinya terpuruk, tetapi kini tiap tahun ada kenaikan 100%. Para peneliti pun difasilitasi untuk ikut konferensi internasional.Jejaring global Adapun berbicara soal statusnya sebagai warga negara Indonesia, menurutnya hal itu tak menjadi kendala untuk bersaing sebagai peneliti di kancah global. Persaingan sebagai peneliti sangat terbuka, tidak dibatasi teritorial kenegaraan. Di negara mana pun, sistem berjejaring peneliti bisa terbilang sama. Dia menyarankan peneliti untuk bekerja sama dengan peneliti-peneliti senior supaya bisa mendapat jaringan yang lebih luas lagi.
Pada akhirnya, patokannya ialah pemikiran dan karya, ilmu pengetahuan ialah medan kompetisi yang luas. Untuk dapat diakui, seorang peneliti mesti memublikasikan karya ilmiah. Dia termasuk peneliti yang sangat produktif mempublikasikan kajian ilmiahnya baik di tingkat nasional maupun internasional. Tingkat sitasinya di Google Scholar pun terbilang tinggi. Bagi dia, pembuktian utama seorang peneliti memang selayaknya hanya lewat jalur itu, publikasi di jurnal ilmiah.
Adalah wajar bila banyak tulisan yang ditolak dan tidak dimuat. Proses itu dijadikannya ajang untuk belajar. Dia pun mempelajari bahwa tiap jurnal memiliki karakteristik yang berbeda. Peneliti pun harus cermat menyesuaikan.
Reputasi kemudian akan terbentuk dari situ. Hal yang selanjutnya harus disikapi dengan bijak ialah jangan sampai reputasi malah jadi menghancurkan peneliti. Belakangan banyak peneliti yang namanya melambung lewat pemberitaan berlebihan di media massa dengan klaim publisitas berlebihan, kebanyakan malah condong keliru menjelaskan kontribusi penelitiannya. Alhasil, reputasi yang bersangkutan pun bisa rusak di kalangan para peneliti sendiri.
"Itu bisa menghancurkan karier peneliti dengan tidak dipercaya lagi," cetusnya. Dia menyarankan agar peneliti tidak terlalu mengejar reputasi lewat pemberitaan. Kalau terjadi kekeliruan, sesegera mungkin melakukan klarifikasi. “Profesi ini dibangun dengan reputasi dan kepercayaan juga," tandasnya mengedepankan agar peneliti tetap rendah hati. (Her/M-1)
Published in Tempo (30 June 2016)
Program lomba karya sains nasional bagi siswa/siswi tingkat sekolah dasar di Indonesia, Kalbe Junior Scientist Award (KJSA), memasuki penjurian 18 besar di Hotel Atlet Century, Jakarta, 29 Juni 2016. Ajang untuk menumbuh kembangkan kreativitas anak-anak di Indonesia bidang karya IPA Terpadu, teknologi terapan, dan matematika ini menjadi satu-satunya yang eksis di Indonesia untuk level sekolah dasar.
Sejak 2011, KJSA yang dimotori oleh PT Kalbe Farma Tbk. terus menunjukkan peningkatan keikutsertaan. “Pada 2016 ini terkumpul 917 karya sains dari 358 sekolah di 23 provinsi Indonesia. Ada kenaikan 13 persen untuk karya dan 51 persen sekolah dibanding 2015,” tutur Arief Nugroho, Ketua Panitia KJSA 2016.
Untuk mendapatkan penilaian yang fair, KJSA 2016 mengandalkan juri dengan kompetensi bidang pendidikan dan sains. “Nilai utama dalam penjurian adalah kreativitas, inovasi, originalitas tanpa mengesampingkan nilai integritas. Hasil karya sains untuk memecahkan problem yang dihadapi anak-anak di lingkungan mereka sendiri,” jelas Dr. L.T. Handoko, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI sebagai ketua juri. Nantinya, dari 18 besar yang terpilih akan diundang untuk presentasi karyanya di Jakarta untuk kemudian berhak mendapatkan hadiah uang pembinaan dari Kalbe.
Setelah melalui penjurian yang mendalam diperoleh 18 finalis KJSA 2016, yaitu (1) Leon Immanuel dari SDK 6 BPK Penabur Bandung, (2) Amira Tresnakusuma Aisha dari Sekolah Kuntum Cemerlang Bandung, (3) Aisyah Dinda S & Azizah, Izzah, Kiesha dari SDIT Insantama Bogor, (4) Muhammad Daffa Rizki Ferdiansyah & Alya Salsabila Bisri SD Muhammadiyah 2 Gresik, (5) Nasya Nadhira Ghazyah & Nadiya Rahma Ihsandari dari SD Muhammadiyah Manyar Gresik.
Kemudian (6) Callista Samantha Dina Charis dari SD Kanisius Jepara, (7) Ahnaf Fauzy Zulkarnain dari SDN Karangrejek II Kab. Gunung Kidul, (8) Octafianus Reno & Isak dari SDN 17 Nanga Bungan Kab. Kapuas Hulu, (9) Lambang Ardi Kusuma A.R & Luthfi Azizah Khoironi SD Islam Almaarif 01 Singosari Kab. Malang, (10) Muh. Uswah Syukur dari SD Negeri 71 Pare Pare, (11) Davon Perry Nugroho dari SD Kristen Tri Tunggal Semarang,
Selanjutnya (12) Fayaquna Wardah Islamadina dari SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang, (13) Yesaya Sandya Putra Prabaswara & Josephine Meisya Candrakanti dari SD Kristen Widya Wacana Jamsaren Solo, (14) Ardelia Luthfi Agata & Dewi Febria Adhaneira dari Young Edu Sains Surakarta, (15) Satrio Putro Harijadi & Jeremy Dominic Adestus Gerungan dari SD Yuwati Bhakti Sukabumi, (16) Juan Carlo Vieri & Eugenia Aileen Putrijaya dari SD Intan Permata Hati East Surabaya, (17) M. Attariza Wanggono dari SDIT AT–Taqwa Surabaya, (18) Jeff Nathan Setiawan & Matthew RadityaSidik dari Sekolah Harapan Bangsa Primary Modernhill Tangerang Selatan.
Karya-karya sains hasil anak-anak kreatif ini antara lain Pompa Sederhana Penekan Tahu (Pascalu), Biopori Reversible, Detektor Membaca Sehat (Tomat), Kandang Cerdas Teknologi Android, Alat Perontok Jagung Dan Pasah Singkong/Pisang, Tas Payung Serbaguna (Tangguna), Portable Tangki Air Wc Jongkok, Tarik Srek-Srek Papan Tulis Bersih, ABC (Alarm Book Chores), Kancing Difable, Alat Pendeteksi Kesesuaian Buku dengan Jadwal Pelajaran, Smart Pencil Case, Kotak Pensil Pintar Beralarm yang Anti Ketinggalan dan Anti Kehilangan, hingga Tongkat Penuntun Surga. (*)
Published in BKHH LIPI (8 June 2016)
Workshop Tata Kelola Website Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) baru saja usai diselenggarakan di Bogor (8/6). Kegiatan dibuka oleh Sekretaris Utama LIPI, Siti Nuaramaliati Prijono. Dalam sambutannya, ia mengatakan Tim Website perlu mencari hari penting nasional dan menulis kontennya. “Wartawan LIPI harus lebih aktif, kalau kita tidak bergerak, konten websitenya tidak ada. Dalam hal ini, diharapkan Pranata Humas harus lebih aktif,” imbaunya.
Workshop yang digagas oleh Biro Kerja Sama, Hukum, dan Humas LIPI tersebut menghadirkan narasumber dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Meiningsih.
Dalam paparannya, Meiningsih mengatakan bahwa Website LIPI selama ini menjadi contoh bagi website Kemkominfo. “Konten website LIPI sudah baik, dan seyogyanya pembaharuan konten dibantu oleh para Pranata Humas di LIPI,” ujarnya. Meiningsih juga mengatakan bahwa saat ini sudah tersedia GPR Widget, sebagai saluran yang menayangkan narasi tunggal dalam bentuk naskah, info grafis, dan gambar, yang dipasang di website. “Manfaat dari aplikasi GPR Widget adalah serempak menampilkan pesan kunci/ narasi tunggal. Ini menyangkut reputasi pemerintah”, tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI sekaligus sebagai Direktur Teknis Website LIPI, L.T. Handoko mengakui bahwa website LIPI sudah dikelola dengan baik dan dikelola oleh tim yang lengkap. “Konten website perlu terus diupdate, karena sebagus apapun website tidak akan bermanfaat jika kontennya tidak pernah diperbarui,” terang Handoko. Hadir pembicara lain dalam pertemuan tersebut antara lain, Nur Tri Aries Suestiningtyas (Kepala BKHH LIPI), Isrard (Kepala Bagian Humas LIPI), Purwadi (Pranata Humas Ahli-LIPI), M. Hanif (Tim Gabungan Jaringan LIPI), Evandri (Kepala Balai Informasi Teknologi LIPI). (dee)
Published in Palapa News (4 June 2016)
Untuk menjamin keamanan produk elektronik dan basis layanan digital, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terus mengembangkan Uji Electromagnetic Compatibility (EMC).
“Untuk menopang perkembangan teknologi informasi yang kian pesat ditambah kemunculan layanan satelit dan televisi berbasis digital. Perlu dilakukan pengujian EMC,” kata Kepala Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (P2SMTP) LIPI, Agus Fanar Syukri.
Kemunculan layanan satelit dan televisi berbasis digital, diakui Agus memiliki dampak signifikan terhadap era teknologi yang semakin maju seperti saat ini.
“Pengguna layanan dimanjakan dengan berbagai fasilitas teknologi yang semakin berkualitas dibanding sebelumnya. Namun, kecanggihan produk teknologi digital sendiri bukan tanpa celah,” ujarnya.
Kata Agus ada sejumlah kemungkinan pengoperasian layanan satelit dan tv digital merugikan penggunanya. “Untuk itu perlu dilakukan pengujian EMC, ini bersifat wajib guna menjamin pdoruk digital bagi penggunany,” terangnya.
Sementara Deputi bidang Ilmu pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan, menekankan pengujian EMC merupakan aspek krusial dalam komersialisasi dan perlindungan konsumen yang memanfaatkan peralatan digital agar aman dan nyaman.
“Ditargetkan pada 2018 nanti, siaran TV sudah melakukan konversi penuh ke siaran digital,” katanya.
Ketika itu berlaku, lanjut Tri Handoko, masyarakat harus menggunakan peralatan penerima siaran digital yang aman, tanpa khawatir berdampak pada sinyal peralatan lainnya, yang ada disekitar TV digital itu.
“Disitulah pentingnya pengujian EMC, karena semua yang teraliri listrik punya gelombang EMC,” kata Laksana Tri menandaskan. (kie)
Published in LIPI (2 June 2016)
Pengujian Electro Magnetic Compatibility (EMC) pada perangkat elektronik atau berbasis teknologi digital di era sekarang ini amatlah penting. Manfaat utama pengujian tersebut agar dampak buruk untuk kesehatan seperti radiasi bagi para pengguna perangkat elektronik bisa dieliminasi.
EMC sendiri adalah kemampuan suatu peralatan atau sistem untuk beroperasi secara normal di lingkungan elektromagnetik tanpa terpengaruh ataupun menghasilkan gangguan terhadap lingkungannya. Sedangkan, pengujian EMC berarti suatu pengujian yang melihat apakah suatu produk teknologi digital mampu beroperasi normal dan aman bagi penggunanya.
Harry Arjadi, Peneliti Utama Elektromagnetik Desain, Pusat Penelitan Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2 SMTP LIPI) mengatakan, kendati pengujian EMC itu terbilang penting, sayangnya Indonesia saat ini belum memiliki regulasi untuk mengatur kewajiban perangkat diuji EMC. “Aturan wajib EMC belum ada. Dan, kami berharap pemerintah mulai menggodok untuk membangun regulasi tersebut,” ujarnya saat jumpa pers Seminar “Communication Technology on EMC: Satellite and Digital TV” di Serpong, Tangerang Selatan, Banten pada Rabu (1/6).
Menurutnya, dengan kehadiran regulasi dari pemerintah, maka setiap produk yang beredar di pasar mendapatkan kepastian keamanan untuk penggunanya. Misalnya, sebuah ponsel yang sudah mematuhi regulasi uji EMC, tentu ponsel itu tidak akan menimbulkan paparan gelombang elektromagnetik ketika digunakan alias tidak menimbulkan gangguan sakit pada telinga.
Kemudian, produk elektronik seperti televisi, kipas angin atau lainnya yang telah lolos uji EMC, maka produk ini tidak akan mengganggu satu sama lain ketika digunakan saling berdekatan. “Misalnya, ketika televisi dinyalakan didekat kipas angin yang nyala, maka mereka tidak akan saling merusak satu sama lain,” terang Harry.
Perbanyak Laboratorium
Selain perlu regulasi, Harry mengungkapkan, Indonesia juga perlu memperbanyak laboratorium agar memudahkan proses pengujian. Sekedar informasi, laboratorium uji EMC bisa dimanfaatkan untuk menguji alat-alat seperti, mesin cuci, regenator, pendingin udara, kipas angin, Kwh meter, audio video, inkubator bayi, sphygnomanometer, dan TV digital.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksana Tri Handoko mendukung upaya untuk meningkatkan jumlah laboratorium EMC tersebut. Pihaknya juga mendorong industri mulai membangunnya.
Apalagi, perkembangan teknologi informasi amatlah cepat dan kemungkinan perangkat bisa ‘memakan’ perangkat lain bakal besar dalam era digital ini. “Laboratorium EMC tentu ke depan akan sangat dibutuhkan untuk meminimalisir efek buruk saling ‘memakan’ tersebut,” tuturnya.
Khusus LIPI, laboratorium EMC telah dipersiapkan dan dibangun sejak 1996 dan selesai pada 2008. “Sebelum 2008, pengujian EMC masih dilakukan di Singapura dengan biaya yang mahal,” kata Agus Fanar Syukri, Kepala P2 SMTP LIPI.
Agus melanjutkan, laboratorium EMC LIPI hingga kini telah melakukan berbagai pengujian produk, baik dari instansi pemerintah, industri, maupun kalangan lainnya. “Terbaru, laboratorium kami telah menguji satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) A2 yang sudah kini sudah mengorbit dan Lapan A3 yang akan segera diluncurkan,” katanya.
Untuk diketahui, jumlah laboratorium EMC di Indonesia saat ini baru beberapa saja. Selain LIPI, instansi yang mempunyai laboratorium tersebut adalah Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, PT Dirgantara Indonesia dan Kementerian Perindustrian. “Kami berharap pihak swasta ke depan juga membangun laboratorium EMC untuk menjawab kebutuhan industri,” tutup Agus. (pwd, lyr/ed: isr)
Published in Tangsel Today (2 June 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengambangkan Uji Electromagnetic Compatibility (EMC). Ini perlu dilakukan guna menjamin keamanan produk elektronik dan basis layanan digital.
Kepala Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (P2SMTP) pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Fanar Syukri mengatakan, untuk menopang perkembangan teknologi informasi yang kian pesat ditambah kemunculan layanan satelit dan televisi berbasis digital. Perlu dilakukan pengujian EMC.
“Ini penting guna menjamin keamanan produk digital bagi setiap penggunanya,” tuturnya Kamis (2/6).
Menurutnya, kemunculan layanan satelit dan televisi berbasis digital memliliki dampak signifikan terhadap era teknologi yang semakin maju seperti saat ini.
“Pengguna layanan dimanjakan dengan berbagai fasilitas teknologi yang semakin berkualitas dibanding sebelumnya. Namun, kecanggihan produk teknologi digital sendiri bukan tanpa celah,” ujarnya.
Kata Agus ada sejumlah kemungkinan pengoperasian layanan satelit dan tv digital merugikan penggunanya. “Untuk itu perlu dilakukan pengujian EMC, ini bersifat wajib guna menjamin pdoruk digital bagi penggunany,” terangnya. Sementara Deputi bidang Ilmu pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan, menekankan pengujian EMC merupakan aspek krusial dalam komersialisasi dan perlindungan konsumen yang memanfaatkan peralatan digital agar aman dan nyaman. “Ditargetkan pada 2018 nanti, siaran TV sudah melakukan konversi penuh ke siaran digital,” katanya.
Ketika itu berlaku, lanjut Tri Handoko, masyarakat harus menggunakan peralatan penerima siaran digital yang aman, tanpa khawatir berdampak pada sinyal peralatan lainnya, yang ada disekitar TV digital itu.
“Disitulah pentingnya pengujian EMC, karena semua yang teraliri listrik punya gelombang EMC,” pungkasnya.(AZ)
Published in Liputan 6 (2 June 2016)
Uji Electromagnetic Compatibility (EMC) perlu dilakukan guna menjamin keamanan produk elektronik dan basis layanan digital. Terutama bagi masyarakat yang aktif menggunakan gadget dan dikelilingi mobile electronic.
Kepala Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (P2 SMTP) pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Fanar Syukri mengatakan, untuk menopang perkembangan teknologi informasi yang kian pesat, ditambah kemunculan layanan satelit dan televisi berbasis digital, perlu dilakukan pengujian EMC atau efek elektromagnetik yang ditimbulkan.
"Ini penting, guna menjamin keamanan produk digital bagi setiap penggunanya," kata Agus, Rabu 1 Juni 2016 di BSD, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten.
Menurut dia, kemunculan layanan satelit dan televisi berbasis digital memiliki dampak signifikan terhadap era teknologi yang semakin maju seperti saat ini.
"Pengguna layanan dimanjakan dengan berbagai fasilitas teknologi yang semakin berkualitas dibanding sebelumnya, namun kecanggihan produk teknologi digital sendiri bukan tanpa celah," kata dia.
Ada sejumlah kemungkinan pengoperasian layanan satelit dan tv digital merugikan penggunanya. Sebab, efek samping yang disebabkan bisa berpengaruh pada kesehatan.
"Untuk itu, perlu dilakukan pengujian EMC, ini bersifat wajib guna menjamin produk digital bagi penggunanya," kata Agus.
Sementara, Deputi Bidang Ilmu pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko menekankan, pengujian EMC merupakan aspek krusial dalam komersialisasi dan perlindungan konsumen yang memanfaatkan peralatan digital agar aman dan nyaman.
"Di kita ditargetkan pada tahun 2018 nanti, siaran TV sudah melakukan konversi penuh ke siaran digital, dengan segala pengurangan efek dari EMC nya," ucap Tri Handoko.
Published in Bisnis Jakarta (2 June 2016) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan Uji Electromagnetic Compatibility (EMC) guna menjamin keamanan produk elektronik dan basis layanan digital. “Ini penting guna menjamin keamanan produk digital bagi setiap penggunanya,” ungkap Kepala Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (P2SMTP) pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Fanar Syukri Kamis (2/6). Kemunculan layanan satelit dan televisi berbasis digital memliliki dampak signifikan terhadap era teknologi yang semakin maju seperti saat ini. “Pengguna layanan dimanjakan dengan berbagai fasilitas teknologi yang semakin berkualitas dibanding sebelumnya. Namun, kecanggihan produk teknologi digital sendiri bukan tanpa celah,” imbuhnya. Ada sejumlah kemungkinan pengoperasian layanan satelit dan tv digital merugikan penggunanya. “Untuk itu perlu dilakukan pengujian EMC, ini bersifat wajib guna menjamin pdoruk digital bagi penggunany,” terangnya.  Sementara itu, Deputi bidang Ilmu pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan, menekankan pengujian EMC merupakan aspek krusial dalam komersialisasi dan perlindungan konsumen yang memanfaatkan peralatan digital agar aman dan nyaman. “Ditargetkan pada 2018 nanti, siaran TV sudah melakukan konversi penuh ke siaran digital,” katanya. Ketika itu berlaku, masyarakat harus menggunakan peralatan penerima siaran digital yang aman, tanpa khawatir berdampak pada sinyal peralatan lainnya, yang ada disekitar TV digital itu. “Disitulah pentingnya pengujian EMC, karena semua yang teraliri listrik punya gelombang EMC,” pungkasnya. (nov)
Published in Tempo (Muhammad Kurnianto, 2 June 2016)
Kepala Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (P2SMTP) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Fanar Syukri mengatakan akan melakukan uji electromagnetic compatibility (EMC).
"Ini penting guna menjamin keamanan produk digital bagi setiap penggunanya, jadi harus dilakukan pengujian EMC," ujar Agus, Rabu, 1 Juni 2016, di BSD, Tangerang Selatan.
Untuk menopang perkembangan teknologi informasi yang kian pesat ditambah kemunculan layanan satelit dan televisi berbasis digital, perlu dilakukan pengujian EMC. Menurut Agus, kemunculan layanan satelit dan televisi berbasis digital memiliki dampak signifikan terhadap era teknologi yang semakin maju seperti saat ini.
"Pengguna layanan dimanjakan dengan berbagai fasilitas teknologi yang semakin berkualitas dibanding sebelumnya. Namun kecanggihan produk teknologi digital sendiri bukan tanpa celah," ucap Agus.
Ada sejumlah kemungkinan pengoperasian layanan satelit dan televisi digital merugikan penggunanya. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian EMC. "Ini bersifat wajib guna menjamin produk digital bagi penggunanya."
Deputi Bidang Ilmu pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko menuturkan pengujian EMC merupakan aspek krusial dalam komersialisasi dan perlindungan konsumen yang memanfaatkan peralatan digital agar aman dan nyaman. "Di Indonesia, ditargetkan pada 2018, siaran televisi sudah melakukan konversi penuh ke siaran digital," katanya.
Ketika itu berlaku, ujar Tri, masyarakat harus menggunakan peralatan penerima siaran digital yang aman, tanpa khawatir berdampak pada sinyal peralatan lainnya, yang ada di sekitar televisi digital itu."Di situ lah pentingnya pengujian EMC, karena semua yang teraliri listrik punya gelombang EMC," ucapnya.
Published in Mastel (2 June 2016)
Agus Fanar Syukri, Kepala Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (P2 SMTP) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan Uji Electromagnetic Compatibility (EMC) pada produk digital perlu dilakukan, Rabu, 1 Juni 2016 di BSD Tangerang Selatan.
“Ini penting guna menjamin keamanan produk digital bagi setiap penggunanya harus diakukan pengujian EMC,” jelas Agus kepada Tekno Tempo.
EMC adalah kemampuan suatu peralatan atau sistem untuk beroperasi secara normal dilingkungan elektromagnetik tanpa terpengaruh maupun menghasilkan interferensi terhadap lingkungannya.
EMC berarti menghindari gangguan ke peralatan lain akibat interferensi melalui konduksi, radiasi atau induksi. Dengan kata lain, tidak terpengaruh dan menyebabkan interferensi pada sistem yang lain maupun menyebabkan interferensi pada dirinya sendiri.
EMC selain berkaitan dengan mutu dan kualitas suatu produk, juga erat kaitannya dengan tingkat keamanan dan keselamatan bagi pemakainya.
Guna menunjang derasnya pertumbuhan dan perkembangan teknologi informasi dan juga munculnya berbagai macam layanan satelit dan televisi berbasis digital, perlu adanya pengujian EMC terhadap produk-produk tersebut. Bermunculannya layanan satelit dan televisi berbasis digital akan memberikan dampak yang signifikan pada era teknologi yang berkembang pesat seperti sekarang ini, menurut Agus.
“Pengguna layanan dimanjakan dengan berbagai fasilitas teknologi yang semakin berkualitas dibanding sebelumnya, namun kecanggihan produk teknologi digital sendiri bukan tanpa celah,” ujar Agus.
Ada beberapa hal yang mungkin merugikan penggunanya akibat adanya pengoperasian layanan satelit dan tv digital, oleh sebab itulah perlu adanya pengujian EMC. “Ini bersifat wajib guna menjamin produk digital bagi penggunanya.”
Laksana Tri Handoko selaku Deputi bidang Ilmu pengetahuan Teknik LIPI, Menandaskan bahwa pengujian EMC adalah sebuah aspek yang penting didalam komersialisasi dan juga perlindungan bagi konsumen yang menggunakan peralatan digital supaya aman dan nyaman ketika digunakan. “Di Indonesia, ditargetkan pada tahun 2018 nanti, siaran TV sudah melakukan konversi penuh ke siaran digital,” katanya.
Pada saat nanti uji EMC diberlakukan, masyarakat wajib memakai alat-alat penerima siaran digital yang aman, serta tidak perlu khawatir lagi akan dampak yang ditimbulkan pada sinyal peralatan lainnya, yang ada didekat TV atau alat digital lainnya. “Di situlah pentingnya pengujian EMC, karena semua yang teraliri listrik punya gelombang EMC,” tambah Tri.
Published in Pikiran Rakyat (Agus Ibnudin, 2 June 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian menggelar seminar bertajuk "Communication Technology on Electromagnetic Compatibility (EMC): Satellite and Digital TV", berlangsung di Serpong, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Rabu 1 Juni 2016.
Seminar yang merupakan hasil kerja sama dengan Masyarakat EMC itu dibuka oleh Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko. Ratusan peserta hadir dalam kegiatan ilmiah tersebut. Kepala Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian LIPI Agus Fanar Syukri menuturkan, seminar ini membahas perkembangan teknologi dalam bidang elektromagnetik secara mendalam. Seminar juga mempertemukan berbagai kalangan seperti industri, akademisi, dan regulator, sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk elektronika Indonesia di kancah internasional.
“LIPI selalu membuka pintu untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak terutama untuk pengembangan iptek bidang teknologi pengujian elektromagnetik, baik dengan perguruan tinggi, instansi, dan industri," ujarnya.
Electromagnetic Compatibility (EMC) adalah kemampuan suatu peralatan atau sistem untuk beroperasi secara normal di lingkungan elektromagnetik tanpa terpengaruh ataupun menghasilkan interferensi terhadap lingkungannya. Sementara itu, pengujian EMC berarti suatu pengujian yang melihat apakah suatu produk teknologi digital mampu beroperasi normal dan aman bagi penggunanya.
Rangkaian seminar sendiri memaparkan sejumlah tema, antara lain Perkembangan Teknologi Satelit Saat ini (Lapan), Design Product to Comply with EMC Test (ETS Lindgren), Satellite Testing Method based on MIL STD (PT Quantel), Kesiapan dan Infrastruktur Metrologi EMC (KAN), Digital Video Broadcast System and Requirements (EMS Technology), dan EMC Testing on TV Digital (JS Denki). Dalam acara tersebut terungkap bahwa pengujian “Electromagnetic Compatibility” (EMC) merupakan salah satu aspek penting dalam komersialisasi dan perlindungan konsumen atau pengguna peralatan digital agar aman dan nyaman digunakan.
Published in Media Indonesia (Puput Mutiara, 1 June 2016)
PERKEMBANGAN teknologi di Tanah Air sudah semakin pesat. Namun kecanggihan teknologi itu tidak menjamin keamanan produk terutama yang dapat menghasilkan gelombang elektromagnetik.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko mengatakan, bahwa setiap produk yang memakai listrik harus dilakukan pengujian Electro Magnetic Compatibility (EMC).
"Semua yang pakai listrik pasti menghasilkan gelombang elektromagnetik. Jadi, perlu diuji kesesuaiannya supaya aman bagi pengguna," ujarnya saat Seminar bertajuk Communication Technology on EMC : Satellite and Digital TV di Soll Marina Hotel, Serpong Utara, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (1/6).
Ia mencontohkan, gelombang elektromagnetik sebesar 900 Mega Hertz (Mega Hz) yang dihasilkan telepon genggam mampu mengintervensi alat pacu jantung (1,9 Giga Hz). Akibat kedekatan gelombang itu bisa berpotensi menimbulkan gangguan. Dengan alasan tersebut, terangnya, rumah sakit kerap melarang penggunaan telepon genggam ketika alat pacu jantung difungsikan. Jika dilanggar akan terjadi kesalahan fatal yang membahayakan pasien.
"Setiap produk memiliki ambang batas gelombang elektromagnetik yang berbeda-beda. Itu yang kita uji," ucapnya.
Lebih lanjut, ungkap Laksana, ambang batas ditentukan oleh kementerian teknis terkait. Untuk telepon genggam misalnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika menetapkannya atas rekomendasi pengujian LIPI.
Di sisi lain, menurut Kepala Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian LIPI Agus Fanar Syukri, industri yang notabene sebagai produsen produk wajib mematuhi ketentuan standar yang dibuat pemerintah.
"Kami di LIPI yang independen akan menguji sampel produk dari industri. Sedangkan di luar yang dikasih ke kami itu urusan Kementerian Perindustrian," ucapnya.
Sementara untuk pengujian standar atau ambang batas masing-masing produk, terang dia, kadangkala LIPI mengambil sampel uji dari luar negeri. Hasilnya akan diserahkan ke kementerian teknis sebagai bahan pertimbangan. (OL-2)
Published in Republika (1 Juni 2016)
Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (P2MSTP) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membahas perlunya perlindungan konsumen pada era teknologi digital dengan pengujian Electromagnetic Compatibility (EMC).
Harry Arjadi, peneliti utama LIPI di bidang electronic design menjelaskan EMC adalah kemampuan suatu peralatan atau sistem untuk beroperasi secara normal di lingkungan elektromagnetik tanpa terpengaruh ataupun menghasilkan intervensi (gangguan) terhadap lingkungannya. Sedangkan pengujian EMC maksudnya suatu pengujian yang melihat apakah suatu produk teknologi digital mampu beroperasi normal dan aman bagi penggunanya.
Sementara itu L.T Handoko, Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI menekankan pengujian EMC merupakan salah satu aspek krusial dalam komersialisasi dan perlindungan konsumen atau pengguna peralatan digital agar aman dan nyaman untuk digunakan.
"Apalagi sekarang kita sudah memasuki era digital, segala sesuatunya serba digital. Misalnya saja, siaran televisi di Indonesia ditargetkan pada 2018 sudah melakukan konversi penuh ke siaran digital," katanya.
Terlepas dari pro dan kontra regulasinya, Handoko menyoroti aspek lain yakni target semua harus terdigitalisasi tersebut memperlihatkan bahwa pengujian EMC ke depan akan menjadi hal yang krusial.
"Ketika penyiaran digital ini diberlakukan, maka konsumen harus menggunakan peralatan penerimaan siaran digital yang aman tanpa khawatir berdampak pada sinyal peralatan lainnya yang ada di sekitar peralatan tersebut. Nah, peran penting pengujian EMC di situ," ujarnya.
Kepala P2MSTP LIPI Agus Fanar Syukri menambahkan perlindungan konsumen pengguna TV digital sangat perlu dilakukan melalui alat penerima sinyal atau decoder yang aman sehingga tidak merugikan mereka.
Oleh karena itu diperlukan pertukaran informasi dan penelitian mendalam bersama masyarakat EMC agar semua pihak dapat memetakan kemungkinan faktor negatif dan positif yang akan ditimbulkan dari perkembangan teknologi komunikasi seperti satelit dan televisi digital.
Menurut dia keterlibatan dunia industri dalam menyukseskan target 2018 digitalisasi teknologi pertelevisian tersebut sangat penting. Terutama dalam mendukung teknologi pengujiannya.
Published in LIPI (26 May 2016)
Pejabat struktural maupun fungsional di bidang kehumasan pemerintah atau kerap disebut sebagai Hubungan Masyarakat (Humas) semestinya memiliki langkah gerak yang fleksibel dan posisi strategis. Sudah saatnya stigma negatif yang sering melekat pada pejabat Humas pemerintah ditepis.
“Stigma-stigma pejabat Humas pemerintah seperti lambat dalam melakukan respon, cenderung birokratis, terpaku jam kerja, dan lainnya sudah tidak berlaku lagi pada era sekarang ini,” ungkap Gatot S Dewa Broto, Juru Bicara Kementerian Pemuda dan Olah Raga saat berbicara dalam Seminar Penguatan Kehumasan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Auditorium Utama LIPI Jakarta, Selasa (25/5).
Menurutnya, seorang pejabat Humas pemerintah harus memiliki posisi strategis. “Bahkan, seorang pejabat Humas haruslah orang yang dekat dengan pimpinan dan menjadi ‘pembisik’ segala aspek kebijakan kelembagaan,” tekannya. Lalu, sambungnya, pejabat Humas pulalah yang menjadi garda terdepan untuk membela kepentingan kelembagaannya.
Kemudian, Gatot menyebutkan para pejabat Humas juga perlu memiliki pandangan bahwa dirinya seorang praktisi Humas yang justru berpotensi memacu seseorang untuk meningkatkan kapasitasnya sendiri secara lebih baik daripada hanya bersikap pasif. Mereka harus memiliki spirit of entrepreneurship, agar berbagai kiat taktis dan strategis yang digunakan benar-benar mampu mengatasi tantangan kekinian yang semakin kompleks. Gatot berharap arah kehumasan LIPI ke depan bisa semakin lebih fleksibel dan dalam posisi strategis seperti yang digambarkannya. “Sekali lagi, jangan terpaku pada jalur birokrasi yang kadang kaku dan kurang fleksibel dalam komunikasi pada publik, khususnya saat situasi sedang kurang baik karena sorotan media massa yang cukup kritis,” pesannya.
Manfaatkan Teknologi
Di sisi lain, Gatot menyoroti seorang pejabat Humas hendaknya selalu melek teknologi. Dia seyogyanya mengikuti perkembangan teknologi. “Dan, dia perlu pula memanfaatkan media sosial, aplikasi-aplikasi yang saat ini ada, maupun website lembaga untuk kepentingan penyebarluasan informasi positif lembaga,” jelasnya.
Khusus website, dia menuturkan sarana itu harus dimanfaatkan secara optimal. Terutama untuk publikasi hasil-hasil dan kinerja lembaga. “Misalnya, website di Kemenpora salah satunya bisa digunakan untuk penyebarluasan informasi penting lembaga melalui Siaran Pers dan meng-counter isu-isu negatif yang berkembang,” paparnya.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksana Tri Handoko yang juga Direktur Teknis Website LIPI menyambung, website merupakan salah satu sarana utama untuk mengomunikasikan hasil-hasil lembaga kepada publik, baik nasional maupun internasional. “Maka, keberadaan website itu penting. Tak hanya tampilan yang bagus semata, tapi akses yang cepat, user friendly, dan mudah dicari dengan mesin pencari untuk setiap hasil penelitian maupun kegiatan unggulan juga penting,” ungkapnya.
Handoko katakan website LIPI saat ini telah berubah menuju hal tersebut. Ia pun mengapresiasi Tim Website LIPI yang telah berkerja keras untuk melaksanakan perubahan tersebut.
Nur Tri Aries Suestiningtyas, Kepala Biro Kerja sama, Hukum, dan Humas LIPI mengatakan, website LIPI yang sudah berubah sekarang telah digunakan secara maksimal untuk publikasi hasil-hasil penelitian maupun kegiatan unggulan LIPI. “Saya pun mengajak seluruh fungsional Humas (Pranata Humas, red) di LIPI untuk berpartisipasi dalam pengisian kontennya, terutama dalam hasil penelitian unggulan lewat pengelola kedeputian masing-masing,” ajaknya.
Di lain hal, Nur mengajak juga seluruh fungsional Pranata Humas di lingkungan LIPI menjadi Humas yang benar-benar berkomunikasi aktif sesuai kebutuhan. Mereka mampu berkomunikasi publik secara berkala, terencana terkait hasil-hasil penelitian satuan kerja maupun kelembagaan. “Sehingga, dari komunikasi yang aktif dan terarah mampu menghasilkan narasi tunggal untuk publikasi lembaga yang efektif kepada masyarakat,” tutupnya.
Seminar Penguatan Kehumasan LIPI sendiri mengangkat tema Optimalisasi Peran Kehumasan dan Implementasi Permen PANRB Nomor 6 Tahun 2014 Bagi Fungsional Pranata Humas LIPI. Seminar ini kerjasama antara Biro Kerja sama, Hukum, dah Humas LIPI dengan Forum Pranata Humas (Fortamas) LIPI. Sekitar 150 orang fungsional dan kandidat fungsional Pranata Humas hadir mengikuti seminar tersebut.
Adapun narasumber seminar diisi oleh para praktisi dan akademisi kehumasan yang handal. Selain Juru Bicara Kemenpora RI, hadir pula Prof. Dr. Neni Yulianita (Akademisi Bidang Kehumasan dari Universitas Islam Bandung) sebagai pembicara. Dalam salah satu sesi seminar tersebut, dilakukan pula serah terima Surat Keputusan (SK) Kepengurusan baru pengurus pusat Fortamas periode 2015-2018. (pwd/ed: isr)
Published in UPJ (25 May 2016)
Universitas Pembangunan Jaya ( UPJ ) menjalin kerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI ). Kerjasama tersebut menyangkut penelitian dan pemanfaatan ilmu pengetahuan teknik dalam melaksanakan fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Perjanjian kerjasama yang dituangkan dalam MOU ditandatangani oleh Dr. Laksana Tri Handoko, M.Sc., selaku Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI dan Ibu Leenawaty Limantara, Ph.D., selaku Rektor UPJ pada tanggal 24 Mei 2016 di kampus UPJ.
Untuk meningkatkan semangat para civitas akademika UPJ dalam memperbanyak penelitian dan publikasi, maka Bapak Handoko menyampaikan ceramah singkat mengenai Riset di Indonesia : Terlupakan atau Dilupakan? Menurut data yang dimiliki LIPI, maka publikasi riset di Indonesia masih tertinggal dengan negara – negara lain di Asia Tenggara. Saat ini posisi Indonesia berada di nomor 5. “Masalah utama riset di Indonesia bukan hanya mengenai dana, tetapi SDM dan manajemen riset yang benar” jelasnya. Untuk meningkatkan produktivitas riset, maka joint research dan joint publication dapat menjadi salah satu pilihan solusinya. Ceramah yang berlangsung sekitar satu jam ditutup dengan sesi tanya jawab dengan para peserta.
Published in RRI (7 March 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kembali menggelar Lomba Karya Ilmiah Remaja (LIKR) dan National Young Inventor Award (NYIA) 2016.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Dr. Laksana Tri Handoko menjelaskan LKIR yang ke-48 dan NYIA yang ke-9 diselenggarakan bekerja sama dengan Britistish Council melalui program Newton Fund, serta Intel Indonesia. Melalui kompetisi ilmiah ini LIPI melakukan pembinaan generasi muda sebagai salah satu upaya meningkatkan daya saing Indoensia di masa depan dan mendorong peercepatan inovasi.
"Kedua kompetisi ilmiah itu merupakan sarana untuk mencari peneliti muda yang berbakat sehingga kemudian dapat dikompetisikan dalam ajang yang lebih tinggi seperti Intel International Science and Enginering Fair (IISEF) di Amerika Serikat yang didukung penuh Intel Indonesia dan kunjungan sains ke Edinburgh International Science Festival di Inggris yang didukung oleh British council untuk pemenang LKIR," kata Handoko di Jakarta, Senin (7/3/2016).
Dijelaskan ada 4 kategori karya ilmiah dalam LKIR yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusian, Ilmu Pengetahuan Hayati, Ilmu Pengetahuan Teknik dan Ilmu Pengetahuan Kebumian dan Kelautan. Proposal yang didaftarkan nantinya akan melewati proses seleksi, pembinaan oleh peneliti LIPI, exhibition dan penjurian, dan pemilihan karya terbaik.
LKIR adalah kompetisi ilmiah bagi siswa SMP dan SMA sederajat dengan batas usia maksimal duduk pada kelas 12 saat final LKIR berlangsung.
Pendaftaran keikutsertaan dalam ajang kompetisi ilmiah LIPI ini melalui website www.infokompetisi.lipi.go.id secara online, untuk LKIR paling lambat tanggal 1 April 2016, dan NYIA tanggal 1 Juli 2016.(AA/DS)
Published in Suara Merdeka (7 May 2016)
Para peneliti remaja berprestasi akan mengikuti ajang ilmiah internasional bergengsi bertajuk Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) yang digelar pada 8-15 Mei 2016 di Amerika Serikat. Para remaja yang dikirimkan dalam ajang tersebut merupakan pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-47 tahun 2015 yang
diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan pemenang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2015 yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
”Ini merupakan kesempatan emas bagi para pemenang LKIR dan OPSI untuk unjuk gigi dalam ajang ilmiah internasional dan juga kesempatan berharga untuk mengembangkan jaringan ilmiah mereka yang akan berguna di masa depan,” ujar Sekretaris Utama LIPI, Siti Nuramaliati Prijono melalui siaran pers yang diterima Suara Merdeka, belum lama ini. Intel ISEF merupakan ajang kompetisi penelitian ilmiah paling bergengsi di dunia.
Ajang ini diikuti oleh sekitar 1.800 siswa yang berasal dari lebih 80 negara di dunia dan tahun ini akan diselenggarakan di Phoenix Convention Center, Arizona, AS. Pada keikutsertaan tahun ini, LIPI akan mengirimkan lima hasil karya (project penelitian, red) ilmiah pemenang LKIR 2015 dari sembilan siswa pemenang.
Para pemenang dan hasil karya ilmiahnya akan dibagi ke dalam satu tim kategori Microbiology, satu tim kategori Material Science, satu tim kategori Chemistry, dan dua tim lainnya dalam kategori Social and Behavioral Science. Sementara itu, Kemdikbud mengirimkan tiga tim project penelitian dari pemenang OPSI 2015 yang terdiri dari enam siswa pemenang.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI sekaligus Ketua Scientific Review Committee, Laksana Tri Handoko mengatakan, Indonesia pada tahun ini mendapatkan penambahan kuota jumlah project penelitian yang dapat turut serta dalam ajang Intel ISEF.
63 Persen
”Ini merupakan indikasi positif bagi peningkatan minat dan potensi remaja untuk menekuni dunia penelitian dan sekaligus perluasan kesempatan peneliti remaja Indonesia untuk bisa unjuk gigi di ajang bergengsi,” katanya. Khusus penyelenggaraan LKIR, lanjut Handoko, proposal yang terjaring tahun ini meningkat secara signifikan. Jumlah proposal tahun lalu sebanyak 2.041 proposal, sedangkan jumlah proposal tahun ini sebanyak 3.203 proposal.
”Bila dihitung, proposal meningkat sekitar 63 persen dan ini harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah mengingat sumber daya manusia Indonesia banyak yang memiliki potensi dalam menghasilkan inovasi-inovasi baru,” ujar Handoko yang juga alumni LKIR 1985.
Para pemenang LKIR 2015 yang dikirim ke ajang Intel ISEF di antaranya Ni Putu Intan Apasari dan Cok Laksmi Pradna Paramita (SMA 3 Denpasar), pemenang pertama LKIR 2015 Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian dan Maritim melalui penemuannya ”Fraksi Amti-Bakteri dari Phytoplankton di Perairan Bali sebagai Sumber Antibiotika Baru”.
Aristo Kevin dan Maulana Imam Septyo Putro (SMA3 Semarang), pemenang pertama LKIR 2015 Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik melalui penelitiannya tentang ”Lapisan Anti Karat yang Memanfaatkan Limbah Plastik Poliprofilena untuk Meningkatkan Ketahanan Korosi dari Seng di Lingkungan Air Laut”.
Kemudian, Jerome Adriel Tjiptadi dan Edwin Julianto (SMA Santa Laurensia Tangerang), pemenang kedua LKIR 2015 Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati dengan penelitian ”Pengembangan Produk Masker yang Mengandung Ekstrak Pregnane Glikosida dari Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) sebagai Penyerap Polutan Gas Berbahaya”.
Lalu, Nurkholifatul Maula dan Putri Rahayu Budiman (MAN Insan Cendikia Jambi), pemenang pertama LKIR 2015 Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan dengan judul penelitian ”Ekistensi Perkebunan Sawit Berpengaruh terhadap Integrasi Sosial dan Lingkungan di Masyarakat Jambi”.
Dan terakhir, Adhis Tessa (SMA 11 Unggulan Pinrang), pemenang ketiga LKIR 2015 Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan dengan tema penelitian ”Analisa Mengenai Intermediate Factor yang Menyebabkan Kemiskinan Struktural dan Kultural di Lingkungan Masyarakat Pinrang serta Ancamannya Terhadap Sistem Ekologi Berkelanjutan”. (nya-95).
Published in Antara (Virna P Setyorini, 3 May 2016)
Sebanyak 15 peneliti remaja dari sejumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) mengikuti kompetisi ilmiah Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) yang akan digelar di Amerika Serikat (AS) pada 8--15 Mei 2016.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sekaligus Ketua Scientific Review Committee Laksana Tri Handoko di Jakarta, Selasa, mengatakan Indonesia pada kali ini mendapatkan penambahan kuota jumlah proyek penelitian yang dapat turut serta dalam ajang Intel ISEF.
Para remaja yang dikirimkan dalam ajang tersebut merupakan pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) Ke-47 Tahun 2015 yang diselenggarakan LIPI dan pemenang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) Tahun 2015 yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
Menurut Handoko, khusus penyelenggaraan LKIR, proposal yang terjaring tahun ini naik secara signifikan. Jumlah proposal pada 2015 sebanyak 2.041, sedangkan pada 2016 sebanyak 3.203 proposal.
"Bila dihitung, proposal meningkat sekitar 63 persen dan ini harus mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah mengingat sumber daya manusia Indonesia banyak yang memiliki potensi dalam menghasilkan inovasi-inovasi baru," ujar Handoko.
Sekretaris Utama LIPI Siti Nuramaliati Prijono mengatakan pengiriman para peneliti remaja pemenang LKIR dan juga OPSI tahun 2015 ke ajang Intel ISEF 2016 merupakan wujud nyata pembinaan yang serius dari LIPI dan Kemendikbud bagi generasi muda Indonesia.
Tujuannya agar para remaja bisa lebih mencintai kegiatan meneliti sebagai salah satu upaya peningkatan daya saing negeri ini di tataran global.
Intel ISEF merupakan ajang kompetisi penelitian ilmiah paling bergengsi di dunia yang diikuti oleh sekitar 1.800 siswa yang berasal dari lebih 80 negara di dunia, dan pada 2016 ini akan diselenggarakan di Phoenix Convention Center, Arizona, AS.
Pada keikutsertaan 2016, LIPI akan mengirimkan lima hasil karya (proyek penelitian) ilmiah pemenang LKIR pada 2015 dari sembilan siswa pemenang. Para pemenang dan hasil karya ilmiahnya akan dibagi ke dalam satu tim kategori Microbiology, satu tim kategori Material Science, satu tim kategori Chemistry, dan dua tim lainnya dalam kategori Social and Behavioral Science.
Sementara itu, Kemendikbud mengirimkan tiga tim proyek penelitian dari pemenang OPSI tahun 2015 yang terdiri dari enam siswa pemenang.
Sebagai informasi, para pemenang LKIR Tahun 2015 yang dikirim ke ajang Intel ISEF di antaranya Ni Putu Intan Apasari dan Cok Laksmi Pradna Paramita (SMA Negeri 3 Denpasar) Pemenang Pertama LKIR 2015 Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian dan Maritim melalui penemuannya Fraksi Amti-Bakteri dari Phytoplankton di Perairan Bali sebagai Sumber Antibiotika Baru.
Aristo Kevin dan Maulana Imam Septyo Putro (SMA Negeri 3 Semarang) Pemenang Pertama LKIR 2015 Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik melalui penelitiannya tentang Lapisan Anti Karat yang Memanfaatkan Limbah Plastik Poliprofilena untuk meningkatkan ketahanan korosi dari seng di lingkungan air laut.
Kemudian, Jerome Adriel Tjiptadi dan Edwin Julianto (SMA Santa Laurensia Tangerang) Pemenang Kedua LKIR 2015 Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati dengan penelitian Pengembangan Produk Masker yang Mengandung Ekstrak Pregnane Glikosida dari Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) sebagai Penyerap Polutan Gas Berbahaya.
Nurkholifatul Maula dan Putri Rahayu Budiman (MAN Insan Cendekia Jambi) Pemenang Pertama LKIR 2015 Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan dengan judul penelitian Eksistensi Perkebunan Sawit Berpengaruh terhadap Integrasi Sosial dan Lingkungan di Masyarakat Jambi. Terakhir, Adhis Tessa (SMA Negeri 11 Unggulan Pinrang) Pemenang Ketiga LKIR 2015 Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan dengan tema penelitian Analisa Mengenai Intermediate Factor yang Menyebabkan Kemiskinan Struktural dan Kultural di Lingkungan Masyarakat Pinrang serta Ancamannya terhadap Sistem Ekologi Berkelanjutan.
Sementara itu, para pemenang OPSI yang akan dikirim ke ajang Intel ISEF adalah Pemenang Medali Emas Bidang IPA-Biologi oleh Chabib Fachry Albab dan Millah Khoirul Muazzah (SMAN 2 Lamongan) melalui penelitian Mengungkap Misteri Keberadaan Trulek Jawa (Vanellus macropterus) dan Usaha Konservasinya di Provinsi Jawa Timur (Studi Peta Lokasi Habitat dan Karakteristik Habitat Trulek Jawa).
Selanjutnya, pemenang Medali Emas Bidang Sains Fisika oleh Quinita Maria Jose Noronha dan Sepvina Mutikasari (SMA Negeri 3 Yogyakarta) melalui penelitian Kacamata Pendeteksi Nominal Uang bagi Penyandang Tuna Netra dan Pemenang Medali Perak Bidang Teknologi Lingkungan oleh Kartika Puspitasari dan Bagas Aditya (SMAN 6 Yogyakarta) dengan penelitian Potensi Biji Mahoni (Sweetenia mahogany L.jacq) sebagai Pembasmi Lemut Kerat pada Bantuan Candi.
Published in Surabaya News (3 May 2016)
15 peneliti remaja dari sejumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) mengikuti kompetisi ilmiah Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) yang akan digelar di Amerika Serikat (AS) pada 8–15 Mei 2016.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sekaligus Ketua Scientific Review Committee Laksana Tri Handoko di Jakarta, Selasa (3/5), mengatakan Indonesia pada kali ini mendapatkan penambahan kuota jumlah proyek penelitian yang dapat turut serta dalam ajang Intel ISEF.
Para remaja yang dikirimkan dalam ajang tersebut merupakan pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) Ke-47 Tahun 2015 yang diselenggarakan LIPI dan pemenang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) Tahun 2015 yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
Menurut Handoko, khusus penyelenggaraan LKIR, proposal yang terjaring tahun ini naik secara signifikan. Jumlah proposal pada 2015 sebanyak 2.041, sedangkan pada 2016 sebanyak 3.203 proposal.
“Bila dihitung, proposal meningkat sekitar 63 persen dan ini harus mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah mengingat sumber daya manusia Indonesia banyak yang memiliki potensi dalam menghasilkan inovasi-inovasi baru,” ujar Handoko.
Sekretaris Utama LIPI Siti Nuramaliati Prijono mengatakan pengiriman para peneliti remaja pemenang LKIR dan juga OPSI tahun 2015 ke ajang Intel ISEF 2016 merupakan wujud nyata pembinaan yang serius dari LIPI dan Kemendikbud bagi generasi muda Indonesia.
Tujuannya agar para remaja bisa lebih mencintai kegiatan meneliti sebagai salah satu upaya peningkatan daya saing negeri ini di tataran global.
Intel ISEF merupakan ajang kompetisi penelitian ilmiah paling bergengsi di dunia yang diikuti oleh sekitar 1.800 siswa yang berasal dari lebih 80 negara di dunia, dan pada 2016 ini akan diselenggarakan di Phoenix Convention Center, Arizona, AS.
Pada keikutsertaan 2016, LIPI akan mengirimkan lima hasil karya (proyek penelitian) ilmiah pemenang LKIR pada 2015 dari sembilan siswa pemenang. Para pemenang dan hasil karya ilmiahnya akan dibagi ke dalam satu tim kategori Microbiology, satu tim kategori Material Science, satu tim kategori Chemistry, dan dua tim lainnya dalam kategori Social and Behavioral Science.
Sementara itu, Kemendikbud mengirimkan tiga tim proyek penelitian dari pemenang OPSI tahun 2015 yang terdiri dari enam siswa pemenang.
Sebagai informasi, para pemenang LKIR Tahun 2015 yang dikirim ke ajang Intel ISEF di antaranya Ni Putu Intan Apasari dan Cok Laksmi Pradna Paramita (SMA Negeri 3 Denpasar) Pemenang Pertama LKIR 2015 Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian dan Maritim melalui penemuannya Fraksi Amti-Bakteri dari Phytoplankton di Perairan Bali sebagai Sumber Antibiotika Baru.
Aristo Kevin dan Maulana Imam Septyo Putro (SMA Negeri 3 Semarang) Pemenang Pertama LKIR 2015 Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik melalui penelitiannya tentang Lapisan Anti Karat yang Memanfaatkan Limbah Plastik Poliprofilena untuk meningkatkan ketahanan korosi dari seng di lingkungan air laut.
Kemudian, Jerome Adriel Tjiptadi dan Edwin Julianto (SMA Santa Laurensia Tangerang) Pemenang Kedua LKIR 2015 Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati dengan penelitian Pengembangan Produk Masker yang Mengandung Ekstrak Pregnane Glikosida dari Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) sebagai Penyerap Polutan Gas Berbahaya.
Nurkholifatul Maula dan Putri Rahayu Budiman (MAN Insan Cendekia Jambi) Pemenang Pertama LKIR 2015 Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan dengan judul penelitian Eksistensi Perkebunan Sawit Berpengaruh terhadap Integrasi Sosial dan Lingkungan di Masyarakat Jambi. Terakhir, Adhis Tessa (SMA Negeri 11 Unggulan Pinrang) Pemenang Ketiga LKIR 2015 Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan dengan tema penelitian Analisa Mengenai Intermediate Factor yang Menyebabkan Kemiskinan Struktural dan Kultural di Lingkungan Masyarakat Pinrang serta Ancamannya terhadap Sistem Ekologi Berkelanjutan.
Sementara itu, para pemenang OPSI yang akan dikirim ke ajang Intel ISEF adalah Pemenang Medali Emas Bidang IPA-Biologi oleh Chabib Fachry Albab dan Millah Khoirul Muazzah (SMAN 2 Lamongan) melalui penelitian Mengungkap Misteri Keberadaan Trulek Jawa (Vanellus macropterus) dan Usaha Konservasinya di Provinsi Jawa Timur (Studi Peta Lokasi Habitat dan Karakteristik Habitat Trulek Jawa).
Selanjutnya, pemenang Medali Emas Bidang Sains Fisika oleh Quinita Maria Jose Noronha dan Sepvina Mutikasari (SMA Negeri 3 Yogyakarta) melalui penelitian Kacamata Pendeteksi Nominal Uang bagi Penyandang Tuna Netra dan Pemenang Medali Perak Bidang Teknologi Lingkungan oleh Kartika Puspitasari dan Bagas Aditya (SMAN 6 Yogyakarta) dengan penelitian Potensi Biji Mahoni (Sweetenia mahogany L.jacq) sebagai Pembasmi Lemut Kerat pada Bantuan Candi.
Published in Tribun (18 April 2016)
Go-Jek meluncurkan layanan jasa pesan antar makanan Go-Food sejak tahun lalu, termasuk di Kota Semarang. Ke depan, Go-Food akan ada di kota-kota besar lain di seluruh Indonesia dan siap bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan layanan terbaru. Fitur G-Food memungkinkan pengguna untuk memesan makanan lebih dari 15.000 restoran di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) saja yang terdapat di dalam 23 kategori, mulai dari warung kaki lima hingga restoran waralaba ala Amerika. Di Semarang pun Go-Food bekerjasama dengan ratusan restoran dan rumah makan.
Dengan didukung banyak armada Go-Jek, pesanan makanan dijamin akan tiba dalam waktu kurang dari 60 menit. Di dalam aplikasi tersebut, ada fitur near me yang memungkinkan pengguna mencari restoran yang letaknya berada di dekat lokasi si pengguna sehingga membuat waktu pengiriman lebih efisien.
Project Leader Go-Food, Jesayas Ferdinandus, sebelumnya mengatakan layanan Go-Food tidak hanya memberikan kemudahan bagi pengguna tapi juga memberikan kesempatan bagi para pebisnis dalam industri kuliner utuk mengoptimalkan peluang bisnis yang ada. "Ke depan, Go-Food akan lahir di kota-kota besar lain di seluruh Indonesia," katanya, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, CEO PT Go-Jek Indonesia Nadiem Makarim mengatakan esensi dari Go-Food, salah satunya, adalah mempromosikan makanan hasil kreasi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). "Misalnya ada makanan yang enak dan kualitasnya bagus seperti karedok atau asinan di pinggir jalan, bisa dipromosikan di Go-Food melalui fitur suggest restaurant, jadi bukan hanya restoran waralaba besar saja yang bisa sukses di sini," kata Nadiem.
Di sisi lain, Go-Food juga bisa mengancam masa depan restoran. Hal itu pernah dikemukakan Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko.
Menurut Handoko, Go-Food telah menyediakan banyak jenis makanan. Makanan itu tidak hanya yang dipasarkan di restoran mewah, tetapi juga makanan yang biasa dijual di kedai kecil atau malah di pinggir jalan. "Go-Food akan menjadi ancaman buat rumah makan yang high cost. Ancaman luar biasa. Orang tidak akan ke restoran kalau tidak ada tujuan kongko-kongko-nya," jelasnya. Handoko menuturkan, sifat Go-Food yang membuat mampu bertahan adalah dibutuhkan oleh dua pihak, yaitu konsumen dan produsen. "Kalau ojeknya kan hanya satu pihak," katanya.
Menurut Handoko, Go-Food menjadi model bisnis baru dalam antar jemput sekaligus pemasaran makanan. Kecepatan antar menjadi keunggulan. "Dengan Go-Food, orang bisa masak di rumah untuk dijual. Tinggal daftarkan ke Go-Food. Semua orang, ibu-ibu, bapak-bapak, di rumah bisa jualan," kata Handoko.
Published in Nusantaran (16 April 2016)
Satrio Hadi Nugroho dan Jordan adalah dua anak remaja yang meninggal dunia akibat tersambar petir dalam sebulan terakhir ini. Saat tersambar, keduanya sedang memainkan ponsel. Muncul anggapan bahwa memainkan perangkat seluler saat hujan bisa mengakibatkan seseorang tersambar petir. Benarkah demikian?
Satrio, siswa SD kelas III ditemukan tewas saat sedang mengisi daya ponselnya. Orang tuanya menemukan Satrio tewas telentang dengan tangan menggengam ponsel di kediamannya di Dusun Awar-awar, Desa Mancon, Kecamatan Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur.
Ponsel yang dipegangnya terhubung dengan stop kontak. Dugaan sementara, ponsel teraliri listrik bertegangan tinggi. Suara petir terdengan sangat keras. Bersamaan dengan itu, aliran listrik di rumah itu padam.
Jordan, siswa SMA kelas 2, pada (13/4), meninggal dunia tersambar petir saat menghadiri pemakaman di San Diego Hills, Karawang. Jordan sedang menggunakan perangkat handsfree saat tersambar petir. Paha sebelah kiri Jordan, tempat dirinya mengantongi ponsel, hangus terbakar. Dua orang di dekat Jordan pingsan.
Laksana Tri Handoko, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, tidak setuju dengan pernyataan bahwa memainkan ponsel saat hujan bisa membuat seseorang tersambar petir. Kemungkinannya terlalu kecil dan dia menganggap hal tersebut sebagai kejadian yang kebetulan.
Ketua Maste Institute, Nonot Harsono, mengatakan bahwa listrik elektromagnetik yang dipancarkan oleh ponsel tergolong sangat kecil untuk bisa menjadikan benda tersebut konduktor listrik. Justru, manusia adalah konduktor listrik terbaik yang menghantarkan listrik dari petir ke bumi. Jadi, sebenarnya, yang tersambar petir pertama kali adalah orang, bukan ponsel.
“Saat berdiri di daerah terbuka, petir cenderung mengincar manusia karena tubuh kita bisa menjadi konduktor yang bagus untuk menghantarkan listrik ke bumi daripada pohon. Makanya disarankan untuk tidak berdiri di tempat terbuka saat ada petir,” terang Nonot Harsono kepada Beritasatu.com, Jumat (15/4).
Published in Tempo (Tri Artining Putri, 16 April 2016)
Dalam sebulan terakhir dua siswa di Indonesia menjadi korban sambaran petir saat memakai telepon seluler. Dua kejadian itu menimbulkan pertanyaan: adakah hubungan pemakaian ponsel dengan sambaran petir?
Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Laksana Tri Handoko mengatakan tak ada hubungannya penggunaan telepon selular dengan tersambar petir. Ia mengatakan hubungan antara keduanya terlalu kecil. “Kebetulan saja itu,” kata dia saat dihubungi, Jumat, 15 April 2016.
Benda yang disambar petir, kata dia, biasanya adalah konduktor atau penghantar listrik. Kemungkinan akan lebih besar ketika hujan atau gerimis. Soalnya, air adalah konduktor yang baik. “Kalau basah, semuanya jadi mungkin tersambar, benda yang lebih besar kemungkinannya lebih tinggi,” kata Laksana.
Akhir Maret lalu, Satrio Hadi Nugroho, siswa sekolah dasar kelas III yang tewas diduga akibat tersambar petir, tengah mengisi daya telepon selulernya saat peristiwa terjadi. Satrio ditemukan tewas oleh orang tuanya dalam keadaan telentang dengan tangan menggenggam ponsel di rumahnya, Dusun Awar-awar, Desa Mancon, Kecamatan Wilangan, Nganjuk. Ponsel merek Smartfren hitam milik korban dalam kondisi terhubung dengan stop kontak.
Diduga kuat, ponsel yang tengah dipegang korban teraliri listrik berkekuatan tinggi setelah rumahnya tersambar petir. Sebab, suara petir terdengar sangat keras bersamaan dengan padamnya aliran listrik di rumah itu.
Kejadian tersambar petir saat menggunakan ponsel terjadi lagi pada 13 April lalu. Jordan, siswa kelas 2 Sekolam Menengah Pertama tersambar petir saat menghadiri pemakaman di San Diego Hills, Karawang.
Saat tersambar petir, Jordan sedang menggunakan perangkat handsfree. Dua orang yang berada di dekat Jordan pingsan, sementara nyawa Jordan tak tertolong. Paha sebelah kiri Jordan, dimana ia mengantongi ponselnya, disebut hangus terbakar.
Published in Info Komputer (14 April 2016)
Membangun data center bagi perusahaan sama halnya seperti membangun fondasi untuk rumah atau bangunan. Kekuatan dan keandalannya harus terjamin agar mampu mendukung jalannya bisnis dengan lancar.
Namun, setiap perusahaan dari bermacam sektor industri pasti membutuhkan solusi infrastruktur data center yang berbeda-beda pula. Inilah yang dipercaya Fujitsu bahwa konsep pendekatan strategis one-size-fits-all tidak mungkin diterapkan untuk infrastruktur data center.
Untuk itulah, selaras dengan konsep Business-Centric Computing yang dicetuskannya, Fujitsu menawarkan portofolio server Primergy yang beragam dan benar-benar sesuai dengan apa yang dibutuhkan setiap perusahaan.
Fujitsu telah melakukan penyempurnaan pada jajaran server Primergy dual-socket terbaru yang mampu menyuguhkan performa terunggul sekaligus dilengkapi dengan kemampuan untuk penghematan energi yang luar biasa.
Jajaran server Primergy begitu luas, mencakup server tower klasik, rack, blade, maupun slimline nodes untuk cluster, serta model rack terdedikasi bagi service provider dan hoster. Lini produk yang luas menyuguhkan beragam pilihan yang fleksibel bagi pengguna dalam memenuhi seluruh kebutuhan bisnis, baik yang berskala besar maupun kecil, serta bagi seluruh market vertikal yang ada.
Uwe Neumeier (Vice President and Head of Data Center, EMEIA Product Business, Fujitsu) menjelaskan, “Jajaran server x86 milik Fujitsu menjadi kunci utama bagi bisnis dan dalam mendukung proses-proses TIK yang berlangsung, khususnya di lingkup software defined data center; baik di kancah praktik medis, untuk sistem ERP di kilang-kilang produksi, maupun sebagai platform kolaborasi yang menghubungkan sebuah workspace global.”
Server Fujitsu Primergy generasi baru kini disempurnakan dengan prosesor keluarga Intel Xeon E5-2600 v4 mutakhir dan diperkuat teknologi DDR4 memory dengan frekuensi mencapai 2.400 MHz. Penyempurnaan ini memantapkan posisi lini produk server tersebut di jajaran terdepan server dengan performa terunggul saat ini, mampu menghasilkan performa sistem rata-rata 20 persen lebih tinggi dibandingkan generasi pendahulunya.
Pelanggan juga menikmati pemangkasan biaya energi yang luar biasa untuk kebutuhan pendingingan sistem berkat teknologi mutakhir Fujitsu Cool-safe Advanced Thermal Design, dengan ambang operasional yang aman telah ditingkatkan, dari 40°C ke 45°C untuk hampir semua model rack, tower, dan scale-out systems yang tersedia.
Terdapat pula pilihan Trusted Platform Module (TPM) 2.0 yang berarti infrastruktur IT telah terlindungi lebih lanjut dari serangan. Hal ini dikarenakan sistem server tersebut mampu melakukan verifikasi komunikasi dan mengelola enkripsi data.
“Server Fujitsu Primergy menghadirkan solusi data center yang mampu mendukung kami dalam menuntaskan kalkulasi-kalkulasi keilmuan yang begitu kompleks serta menghapus kekhawatiran akan kehilangan data penting. Tidak hanya itu, server ini mampu memangkas biaya total kepemilikan,” ujar Laksana Tri Handoko (Deputy Head of Department of Engineering Science, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI).
Published in Kab. Agam (14 April 2016)
Bupati Agam Indra Catri diminta sebagai narasumber pada acara Raker Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian (IPK-LIPI), Rabu (13/4) bertempat di Rocky Plaza Hotel, Padang.
Bupati diundang sebagai pembicara untuk membahas kebijakan pengembagnan dan potensi daerah bidang perikanan, kelautan, pertambangan, pariwisata dan lingkungan.
Hal ini juga menindaklanjuti terhadap penelitian yang tengah dilakukan LIPI di Kabupaten Agam mengenai penyelamatan Danau Maninjau yang bebas dari pencemaran lingkungan.
Bupati menyampaikan, kondisi dan masalah danau saat ini menurutnya, terdapatnya pemukiman di sekitar danau ikut berkontribusi sebagai penyumbang bahan pencemar berupa sampah. Aktivitas yang menggunakan pupuk kimia, pemanfaatan air danau untuk kegiatan PLTA dan sentra budidaya perikanan air tawar.
Terkait hal itu, arah kebijakan pemerintah terhadap perikanan tahun 2016-2021 mempedomani Perda Nomor 5 tahun 2015 tentang Pengelolaan Danau Maninjau, adalahpembersihan danau dan pengurangan jumlah KJA, penerapan zonasi danau, pengalihan kegiatan ekonomi masyarakat dari danau ke daratan.
Pada kesempatan itu, bupati juga mengucapkan terima kasih kepada LIPI karena telah membantu dan bekerja sama untuk menyelamatkan Danau Maninjau agar terhindar dari pencemaran lingkungan. "Terima kasih atas kerjasama dari LIPI. Kami sangat bersyukur telah diubah status Balai menjadi UPT Loka Alih Teknologi Penyehatan di Danau Maninjau yang rencananya besok akan diresmikan. Tentunya ini akan mempermudah aspek kerja dalam melakukan koordinasi dan komunikasi yang baik dengan LIPI.
Hasil kajian LIPI tersebut juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai pedoman dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari," terang bupati. Hadir pada kesempatan itu, Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain, Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN Arifin Rudiyanto dan Deputi Bidang IPT LIPI L.T. Handoko.
Published in P2 Fisika LIPI (1 April 2016)
Perkembangan riset baterai lithium di Indonesia saat ini telah memasuki tahap pengembangan dan persiapan untuk dapat berkolaborasi dengan sektor industri. Salah satu industri yang tertarik dengan perkembangan riset di P2 Fisika LIPI adalah PT Hikari Solusindo Sukses.
Perkembangan riset batetrai lithium di Indonesia dimulai pada saat tumbuhnya pasar mobil listrik di dunia sebagai salah satu alternatif kendaraan ramah lingkungan. Baterai lithium merupakan salah satu komponen utama mobil listrik untuk mendukung proses penyimpanan energi listrik. Kuranganya perkembangan industri baterai lithium di Indonesia membuat ketergantungan dengan komponen baterai lithium dari luar negeri.
Berbagai lembaga riset di dunia, baik yang milik pemerintah maupun industri, berlomba-lomba mengembangkan baterai lithium yang tahan lama, awet dan cepat saat diisi ulang (fast charging). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga tidak ketinggalan dalam mengembangkan baterai lithium. Pengembangan riset baterai lithium di LIPI sudah sampai pada tahap prototipe dan sudah dipatenkan sehingga siap untuk diuji coba produksi dalam skala besar.
Melihat potensi ini, PT Hikari Solusindo Sukses tertarik untuk pengembangan lebih lanjut baterai lithium. Perusahaan ini menggandeng para peneliti LIPI terutama dari Pusat Penelitian Fisika dan Pusat Penelitian Kimia untuk mengembangkan dan mengalih teknologikan hasil penelitian baterai untuk lebih lanjut, maka dengan dikoordinasi oleh Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI, Dr. Laksana Tri Handoko, dilakukanlah penandatanganan MoU antara PT Hikari Solusindo Sukses dengan Deputi IPT yang dilanjutkan dengan penandatangan kerjasama antara PT Hikari Solusindo Sukses, P2 Kimia dan P2 Fisika. Penandatangan dilakukan di LIPI Jakarta pada tanggal 31 Maret 2016. Dari PT Hikari ditandangani oleh direkturnya, Dr. Eko Fajar Nur Prasetyo, P2 Kimia ditandatangi oleh Dr. Agus Haryono selaku Kepala P2 Kimia LIPI, dan Dr. Bambang Widiyatmoko, M.Eng selaku Kepala P2 Fisika LIPI.
Published in Netral News (1 April 2016)
Wakil Presiden (Wapres) Swiss, H.E. Mrs. Doris Leuthard mengajak masyarakat Indonesia lebih peduli lagi terhadap perubahan iklim yang terjadi saat ini. Hal tersebut dikemukakannya saat berkunjung ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta pada Kamis (31/3,2016.
Doris menekankan, negaranya sangat merasakan dampak buruk perubahan iklim di berbagai sektor, seperti ekonomi, pariwisata dan kesehatan masyarakat. “Kami saat ini sangat fokus pada energi terbarukan karena mampu menekan efek buruk perubahan iklim,” jelasnya dalam laman lipi.go.id yang di-publish, Jumat (1/4/2016).
Ia mencontohkan, Pemerintah Swiss telah mampu menciptakan hydropower listrik. Teknologi tersebut efektif menurunkan jumlah penggunaan energi fosil untuk kebutuhan listrik di negaranya.
Doris menjelaskan, perubahan iklim ekstrim merupakan masalah yang dihadapi setiap negara tanpa memandang batas wilayah. Setiap negara pasti merasakan efek buruknya. “Sesuai dengan Kesepakatan Paris tentang Perubahan Iklim, pada dasarnya setiap negara termasuk Indonesia dan Swiss dapat berkontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca secepat mungkin,” jelasnya.
Sekarang ini, kebijakan Pemerintah Swiss sendiri sudah mengarah pada penanggulangan dampak perubahan iklim. Karena itu, Doris mengajak akademisi untuk terus melakukan penelitian terkait penanggulangan dampak perubahan iklim, di antaranya pengaturan jenis transportasi, kebijakan efek gas rumah kaca, dan energi terbarukan.
Sambut Positif
Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain menyambut positif ajakan untuk lebih peduli pada perubahan iklim. “LIPI siap bekerjasama dengan Swiss terkait pengembangan penelitian untuk mengurangi dampak perubahan iklim, termasuk pula penelitian sejenis lainnya,” kata Iskandar.
Dikatakannya, rencana kerjasama kedua pihak bisa segera diimplementasikan. “Pertemuan kali ini menjadi langkah awal dan batu loncatan untuk Indonesia dan Swiss dalam pembangunan yang berkelanjutan,” tutur Iskandar.
Senada, Laksana Tri Handoko, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI menambahkan, LIPI saat ini tengah memfokuskan riset untuk penanggulangan perubahan iklim. “Penelitian terkait itu berfokus pada transportasi dan energi terbarukan sebagai upaya meningkatkan penggunaan energi terbarukan di Indonesia,” jelasnya.
LIPI, lanjut Handoko, terus berupaya melakukan penelitian transportasi yang ramah lingkungan. Misalnya, LIPI telah mengembangkan kendaraan berbasis bahan bakar listrik dan juga bahan bakar dari energi terbarukan .
Tak hanya itu, penelitian lainnya yang masih berupaya menanggulangi dampak perubahan iklim adalah pengembangan biogas, pembangkit listrik tenaga surya, maupun pembangkit listrik mikrohidro.
Published in Kalbe Farma (22 March 2016)
PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) pada hari ini meluncurkan kembali program Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2016 yakni program penghargaan kepada karya sains terbaik di Indonesia untuk tingkat sekolah dasar. Program ini ditandai dengan mengadakan forum diskusi pendidikan KJSA bertema “Peran Guru Dalam Meningkatkan Karya Sains Kreatif pada Siswa SD” di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta Pusat. Program KJSA yang telah berlangsung sejak 2011 dan kini memasuki tahun ke-6 ini merupakan lomba karya sains nasional tingkat sekolah dasar.
“Kalbe berkomitmen untuk terus berinovasi bagi kehidupan yang lebih baik yang sejalan dengan misi kami melalui program Kalbe Junior Scientist Award (KJSA),” ujar Vidjongtius, Direktur PT Kalbe Farma. “Diskusi kali ini merupakan salah satu kontribusi Kalbe untuk mendorong para guru mengembangkan cara-cara mendapatkan ide kreatif untuk membuat karya sains dari siswanya, merangsang kreativitas anak dan menjadikan pembelajaran serta penilaian sains sejalan dengan kurikulum pendidikan. Harapannya di masa depan tunas-tunas bangsa ini semakin mencintai sains bahkan menjadi peneliti-peneliti unggul, yang pada akhirnya dapat berkontribusi untuk perkembangan dunia sains dan teknologi di Indonesia bahkan di dunia,” lanjut Vidjongtius.
Pembicara dalam forum diskusi hari ini adalah Prof. Ir. Nizam, M.Sc., D.I.C., Ph.D (Kepala Pusat Penilaian Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI), Dr. Tjut Rifameutia Umar Ali, M.A. (Pakar Psikologi Pendidikan dan Sekolah, Dekan Fakultas Psikologi, UI), Dr. LT Handoko (Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, LIPI), dan Eddy Priatna Surbakti (Guru Indonesia Mengajar Angkatan ke-3 Tahun 2011-2012).
Kegiatan KJSA ini mengajak siswa-siswi untuk menghasilkan karya sains melalui pengamatan permasalahan di sekitar dan mencari jawabannya. Setiap siswa bebas berkreasi memilih tema, misalnya tema materi pembelajaran, lingkungan hidup, tempat tinggal, masyarakat, energi, mahluk hidup, dan lain-lain. Karya sainsnya bisa dari bidang IPA, Teknologi Terapan, Matematika, atau kombinasi dari ketiganya. Khusus untuk matematika, hasil karya tidak berupa permainan matematika.
Adapun Dewan Juri KJSA 2016 adalah Dr. L.T. Handoko (Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI), Prof. Ir. Nizam, M.Sc., D.I.C., Ph.D (Kepala Pusat Penilaian Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI), Dr. Nurul Taufiqu Rohman, B.Eng, M.Eng (Ketua Masyarakat Nanoteknologi Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI), Dr. Tjut Rifameutia Umar Ali, M.A. (Pakar Psikologi Pendidikan dan Sekolah, Dekan Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia), Novriana Sumarti, S.Si., M.Si., Ph.D. (Matematikawan, Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam, ITB).
Kriteria Penilaian yang digunakan dalam penilaian KJSA 2016 yaitu isi keaslian ide, proses realisasi ide dan manfaat dari hasil karya bagi lingkungan sekitar dan masyarakat. Dari penilaian dewan juri tersebut akan dipilih 18 finalis berdasarkan nilai tertinggi, kemudian seluruh finalis beserta pembimbing akan diundang ke Jakarta pada 18-22 Juli 2016 untuk mempresentasikan hasil karyanya di depan dewan juri. Selanjutnya dari penilaian presentasi tersebut akan dipilih 9 pemenang karya terbaik.
Sosialisasi dan pendaftaran peserta program KJSA dimulai 22 Maret 2016 sampai dengan 15 Juni 2016 dimana setiap peserta wajib mengirimkan berkas antara lain formulir pendaftaran, profile peserta, ringkasan hasil karya ide karya sains dengan penjelasan mengapa memilih ide itu, apa yang hendak dibahas, dan pengembangan ide/solusi yang hendak dipaparkan dan lain sebagainya yang semuanya dapat diunduh di www.kalbe-kjsa.com.
Published in MUDAINDONESIA (Rahmat Petuguran, 22 March 2016)
Tiga mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) terpilih untuk mewakili Indonesia untuk pertama kalinya dalam mengikuti program di organisasi penelitian nuklir Eropa, CERN, di Jenewa, Swiss.
Partisipasi mahasiswa Indonesia di CSSP 2013 merupakan momen bersejarah karena menandai awal keterlibatan Indonesia secara langsung pada kolaborasi ilmiah global terbesar di dunia, CERN, kata LT Handoko, dari Pusat Penelitian Informatika dan Pusat Penelitian Fisika, LIPI, yang juga merupakan kontak CERN di Indonesia.
Tiga mahasiswa ITB yang terpilih adalah Nathaniel Chandra Harjanto (Teknik Fisika), Muhammad Firmansyah Kasim (Teknik Elektro), dan Imre Nagi (Teknik Elektro).
Program musim panas mahasiswa di CERN pada bulan Juli dan Agustus mendatang akan diikuti sekitar 250 mahasiswa dari seluruh dunia yang telah melalui seleksi CERN.
Terlibat Eksperimen
Para peserta CSSP tidak hanya mengikuti perkuliahan terkait, tetapi juga akan dilibatkan secara langsung di aneka eksperimen dalam bentuk berbagai proyek penelitian terdepan di CERN, kata Handoko.
Ia mengatakan kemungkinan salah seorang dari mahasiswa Indonesia akan dilibatkan pada penelitian dengan bimbingan Haryo Sumowidadgo, ilmuwan Indonesia yang bekerja di CERN. 
Handoko juga mengatakan dalam pernyataan yang diterima BBC, seleksi untuk mahasiswa Indonesia termasuk dengan melihat potensi siswa untuk meneruskan studi dan menekuni bidang fisika partikel eksperimental atau sains terapan.
Program musim panas di organisasi penelitian nuklir Eropa ini terbuka untuk seluruh mahasiswa dengan latar belakang fisika eksperimen maupun terapan serta bidang teknik rekayasa dan informatika.
Diterima Oxford
Keikutsertaan Firman dalam program CERN dimanfaatkan untuk wawancara ujian masuk Universitas Oxford. Dan dia diterima di salah universitas paling terkenal di dunia itu. “Diwawancara pagi, siang diterima,” kata Firman.
Ia saat ini meneliti laser plasma dan melakukan eksperimen untuk fisika partikel. “Aplikasinya belum tahu nanti digunakan untuk apa, namun seperti halnya elektro magnet yang diteliti lama baru diketahui kemudian fungsinya, antara lain untuk internet,” kata Firman.
Pengalaman yang paling menantang adalah melakukan presentasi di depan sejumlah profesor Eropa dan ‘dibantai’, kata Firman.
“Mereka membantai dengan berbagai pertanyaan rumit dan yang bisa dipetik dari sini adalah supaya saya lebih tahan untuk dibantai,” tambahnya.
Published in DPR RI (Qatriatna Widiasti Soeharto, 17 March 2016)
Untuk mendapatkan masukan mengenai repositori institusi, Bidang Perpustakaan DPR-RI menggelar Focus Group Discussion (FGD) pada hari Kamis, 28 Mei 2015 yang bertajuk “Pembentukan Repositori Institusi di Setjen DPR RI”. FGD yang dibuka oleh Kepala Bidang Perpustakaan Witingsih Yuhelmi berlangsung di ruang rapat Perpustakaan DPR-RI dengan menghadirkan narasumber Laksana Tri Handoko – Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI.
Diskusi ini dihadiri oleh para fungsional yang ada di lingkungan Sekretariat Jenderal DPR-RI yaitu Pustakawan, Arsiparis, Pranata Komputer, Peneliti, Perancang Undang-Undang, dan Analis APBN. Diskusi ini memberikan kesempatan kepada peserta/undangan memperluas pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan implementasi, software, hambatan, tantangan dan peluang dalam pembentukan sebuah repositori institusi.
Laksana Tri Handoko menjelaskan repositori merupakan representasi lembaga karena repositori institusi merupakan preservasi data informasi yang dihasilkan institusi tersebut. Repositori institusi merupakan tempat penyimpanan dan penyebarluasan informasi atau materi yang diterbitkan oleh institusi. Mengapa lembaga pemerintah harus membangun repositori institusi? Sebagai contoh Sekretariat Jenderal DPR RI, terdiri dari beberapa unit kerja yang menghasilkan informasi dari berbagai macam disiplin ilmu, sehingga diperlukan integrasi data dari setiap unit kerja. Hal ini memudahkan akses terhadap informasi yang diinginkan.
Perpustakaan DPR-RI sebagai pusat informasi mempunyai peran dalam pembangunan repositori institusi. Keberhasilan perpustakaan DPR-RI adalah kemampuannya mendayagunakan informasi yang dimiliki oleh institusinya. Repositori institusi bisa dijadikan strategi atau cara untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi yang masih terpendam maupun yang telah tersedia di lingkungan Sekretariat Jenderal DPR-RI.
Perpustakaan sebagai pengelola melakukan identifikasi informasi yang ada di institusinya sampai lengkap. Setelah itu persiapan yang perlu dilakukan untuk membangun repositori intitusi diantaranya adalah infrastruktur yang mendukung dan regulasi internal untuk mendapatkan kepercayaan dari pemilik data.
Published in SatuHarapan.Com (Dewasasri M Wardani, 9 March 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), akan menggelar Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan National Young Inventor Award (NYIA) tahun 2016. Tahun ini, penyelenggaraan LKIR akan memasuki tahun ke-48 dan NYIA tahun ke-9. Rencana penyelenggaraan kedua kompetisi ini pada 22 hingga 26 Agustus mendatang.
Kedua kompetisi ilmiah tersebut, setiap tahun secara kontinu, telah digelar LIPI guna mendorong remaja Indonesia, agar tertarik pada bidang Iptek, khususnya penelitian. Para remaja mendapatkan bimbingan dan selanjutnya berkompetisi menjadi yang terbaik sesuai bidang masing-masing.
“Kompetisi ilmiah LIPI, berupaya mendidik dan membangun daya saing bangsa melalui peningkatan kualitas generasi mudanya. Bila kualitas terbangun dengan baik, maka kondisi Indonesia ke depan akan lebih baik lagi dari sekarang,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksana Tri Handoko dalam acara Kick Off Kompetisi Ilmiah LIPI 2016 di Auditorium LIPI Jakarta, Senin (7/3), seperti yang dikutip dari situs lipi.go.id
Handoko yang juga salah satu alumni LKIR tahun 1980-an menyebutkan, dia sangat merasakan manfaat kompetisi ini. Hal ini karena membangun motivasinya menjadi peneliti.
“Selain itu bila dibandingkan era dahulu, penghargaan yang ditawarkan kompetisi ini sangat lebih baik.
Pemenang kompetisi selain diberikan kesempatan bersaing di ajang internasional, pemenang juga mendapatkan beasiswa pendidikan di universitas,” katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Biro Kerjasama, Hukum dan Humas (BKHH) LIPI, Nur Tri Aries Suestiningtyas. Menurutnya, dukungan untuk peneliti remaja saat ini sudah cukup baik. Namun, Nur berharap perlu keterlibatan sektor swasta dan pemerintah, untuk memberi penghargaan dan kesempatan kepada peneliti remaja, agar hasil penelitiannya bisa diaplikasikan pada industri, “ katanya.
Published in Koran Sindo (Neneng Zubaidah, 8 March 2016)
Pemerintah mendanai tujuh proposal penelitian perguruan tinggi yang dikerjasamakan dengan dunia industri. Adapun nilai investasinya mencapai Rp65 miliar.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek- Dikti) M Nasir mengatakan, tercatat ada 701 hasil riset yang masuk kementerian yang dipimpinnya, namun hasil yang bisa diindustrikan tidak lebih dari 10 penelitian. Oleh karena itu, dalam rangka mendorong hilirisasi produk inovasi perguruan tinggi ke industri, maka Kemenristek-Dikti mendanai proposal riset tujuh perguruan tinggi negeri (PTN) berbadan hukum (BH).
”Kita danai proposal penelitian agar produk inovasi bisa menjadi hasil industri. PTN BH pun nanti bisa menjadi teaching industry,” katanya saat konferensi pers Penandatanganan Kontrak Inovasi Perguruan Tinggi di Industri, di Jakarta kemarin. Ada tujuh proposal PTN yang didanai Kemenristek-Dikti, yakni dari Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Gadjah Mada (UGM).
Direktur Jenderal (Dirjen) Penguatan Inovasi Kemenristek- Dikti Jumain Appe mengatakan, total dana yang digelontorkan untuk membiayai ketujuh proposal tersebut senilai Rp65 miliar. Rata-rata penelitian yang akan didanai senilai Rp9 miliar per tahun. dia menjanjikan tahun depan dana akan ditingkatkan terlebih ada 23 produk inovasi yang diajukan perguruan tinggi.
Rektor Unhas Dwia Aries Tina Pulubuhu mengatakan, kampusnya mengembangkan industri pembibitan sapi lokal dari spesies sapi Sumbawa dan Madura menjadi bibit unggul. Unhas juga akan diberikan motivasi bisnis agar konsep penjualan sederhana saat ini merugikan peternak. Konsep peternakannya akan dipadukan dengan badan usaha milik rakyat peternak sehingga harga jual daging bisa menyejahterakan peternak.
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM, Paripurna P Sugarda menjelaskan, penelitian yang sedang dikembangkan mereka ialah ring jantung yang kini sedang uji klinis. Penyakit jantung adalah penyakit mematikan sementara ring jantung yang dibutuhkan pasien masih harus impor. Harganya pun selangit bisa mencapai Rp40 jutaan, tapi jika uji klinis berhasil, maka harga ring itu bisa ditekan tiga kali lebih murah.
Sedangkan ITS sedang meneliti riset pembuatan kapal yang bisa menangkap dan membawa ikan tangkapan ke daratan dalam keadaan hidup. Sekretaris Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Nuramaliati Prijono mengatakan, generasi muda harus menanamkan budaya meneliti sehingga daya saing Indonesia meningkat dan mendorong percepatan inovasi.
”Adanya kompetisi ilmiah bisa mengarahkan generasi muda untuk berpikir kritis menjadi peneliti andal dan menjadi motor pembangunan bangsa,” katanya di kantornya. LIPI mengadakan Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke- 48 dan National Young Investor Award (NYIA) tahun ini.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko menjelaskan, pada 2015 lalu, jumlah proposal karya ilmiah yang diajukan peserta naik sekitar 30% dibanding 2014, yakni dari 1.700 menjadi 2.041 proposal serta 600 usulan karya inovasi remaja. Menurut dia, ini tren positif dalam pengembangan minat penelitian di kalangan remaja. Bersama dengan British Council, LIPI memberangkatkan pemenang LKIR tahun lalu ke Edinburg Science Festival pada 27 Maret-1 April.
Published in Antara (Benardy Ferdiansyah, 7 March 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menargetkan 2.000 proposal yang terjaring dan 800 usulan karya desain dan prototipe dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-48 tahun 2016.
"Ini merupakan tren positif dalam perkembangan minat penelitian di kalangan remaja. Tahun ini kami targetkan paling tidak ada 2.000 proposal LKIR yang terjaring dan 800 usulan karya desain dan prototipe," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko dalam konferensi pers "Kick Off Kompetisi Ilmiah LIPI Tahun 2016" di kantor LIPI, Jakarta, Senin.
Menurut Laksana yang juga ketua dewan juri kompetisi ilmiah LIPI, pada 2015 jumlah proposal karya ilmiah yang diajukan peserta naik sekitar 30 persen dibandingkan pada 2014. Dari 1.700-an menjadi 2.041 proposal dan 600 usulan karya inovasi remaja.
Kepala Biro Kerja Sama, Hukum, dan Humas LIPI, Nur Tri Aries Suestiningtyas menyatakan, berbeda dengan tahun lalu, LIPI juga menggelar Indonesia Youth Science Festival (IYSF) bersamaan dengan penyelenggaraan kompetisi ilmiah tahun ini.
"Festival ini meliputi loka karya, diskusi, pameran ilmu pengetahuan, seni, dan film serta pertemuan alumni LKIR," kata Nur.
Ia menyampaikan apresiasinya kepada British Council dan Intel Indonesia yang beberapa tahun terakhir bersama LIPI telah memberikan perhatian khusus dalam pembinaan minat peneliti remaja dalam ajang LKIR ini.
"Kami sangat terbuka bagi pihak mana pun yang ingin berpartisipasi pada rangkaian penyelenggaraan kompetisi ilmiah, baik dari instansi swasta maupun pemerintah. Ke depannya, semoga ide-ide yang diajukan para peneliti muda bisa semakin inovatif dan memberikan kontribusi yang baik untuk masa depan," tuturnya.
Rangkaian kompetisi ilmiah LIPI ini diselenggarakan pada 22-26 Agustus 2016 mendatang.
Pendaftaran keikutsertaan dalam ajang kompetisi ilmiah LIPI melalui website www.infokompetisi.lipi.go.id secara online, untuk LKIR paling lambat pada 1 April 2016 dan NYIA pada 11 Juli 2016.
Published in Pos Kota (7 March 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan menggelar dua kompetisi ilmiah sekaligus yang diperuntukkan bagi generasi muda.
Dua kompetisi ilmiah tersebut adalah Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-48 dan National Young Inventor Award (NYIA) ke-9.
“Kita serius lakukan pembinaan generasi muda melalui kegiatan penelitian ilmiah,” kata Sekretaris Utama LIPI Siti Nuramaliati Prijono Senin (7/3).
Kedua kompetisi ilmiah tersebut merupakan sarana untuk menemukan peneliti muda yang berbakat sehingga kemudian bisa dikompetisikan dalam ajang yang lebih tinggi.
Misalnya Intel International Science and Engineering Fair (IISEF) di AS, kunjungan sains ke Edinburgh International Science Festival di Inggris, International Exibition for Young Inventors (IEYI) di Hongkong dan Asean Student Science Project Competition di Thailand.
Menurutnya Indonesia masih memiliki kelangkaan pada kapasitas SDM yang mumpuni untuk berakselerasi mengembangkan iptek. Dan kompetisi ilmiah ini menjadi solusi untuk menemukan inventor muda guna memenuhi kelangkaan kapasitas SDM tersebut.
Ada pun kategori dua kompetisi ilmiah tersebut meliputi bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH), Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK), Ilmu Pengetahuan Teknik dan Informatika (IPT) serta Ilmu Pengetahuan Kebumian dan Maritim (IPK).
Naik 30 Persen
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan pada 2015 pihaknya menerima 2.041 proposal dan 600 usulan karya inovasi remaja atau naik sekitar 30 persen dibanding tahun sebelumnya. Dan tahun ini ditargetkan paling tidak 2000 proposal LKIR dan 800 usulan karya design dan prototype.
“Melihat tren positif dalam perkembangan minat penelitian di kalangan remaja, kami optimis target tersebut bisa terlampaui,” katanya.
Bagi pelajar yang berminat mengikuti kedua kompetisi tersebut bisa mendaftarkan diri melalui websiet www.infokompetisi.lipi.go.id secara online paling lambat 1 April 2016 untuk LKIR dan 11 Juli 2016 untuk NYIA. (Inung/win)
Published in Okezone (7 March 2016)
Hingga saat ini Indonesia masih memiliki kelangkaan pada kapasitas sumber daya manusia (SDM) untuk berkreasi mengembangkan Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Terkait hal tersebut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan British Council dan Intel Indonesia berupaya meningkatkan minat peneliti muda dengan menggelar berbagai kompetisi yang bisa diikuti oleh pelajar di tingkat SMP maupun SMA.
Terdapat dua lomba yang bisa diikuti oleh para remaja, yakni Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan National Young Inventor Award (NYIA). Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksana Tri Handoko menuturkan, pada 2015 jumlah karya ilmiah yang diajukan peserta naik sekira 30 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Dari 1.700-an menjadi 2.041 proposal, serta 600 usulan inovasi remaja. Ini merupakan tren positif dalam perkembangan minat penelitian di kalangan remaja," ujarnya pada Kick Off Indonesia Youth Science Competition (IYSC) di Auditorium LIPI, Jakarta, Senin (7/3/2016).
Handoko mengatakan, tahun ini LIPI menargetkan ada 2.000 proposal LKIR yang masuk, sedangkan untuk usulan design dan proyotype ditargetkan 800 usulan. Menurut dia, tren proposal yang masuk sendiri berbeda-beda. Namun, kelompok IPA selalu mendominasi dari tahun ke tahun.
"Rata-rata lingkungan. Teknik tidak terlalu banyak, mungkin karena masih tingkat SMP atau SMA. Biasanya tergantung topik yang menang tahun lalu. Jadi di tahun setelahnya topik itu banyak, akibatnya yang menang malah dari topik lain, begitu trennya," paparnya
Sebagai ketua dewan juri kompetisi ilmiah LIPI, Handoko mengungkapkan, kualitas kontestan selalu meningkat. Hal tersebut membuat penilaian menjadi semakin sulit karena anak-anak semakin pintar dalam menciptakan ide dan penemuan.
"Yang penting keunikan ide. Kemudian baru dilihat penelitiannya sudah seberapa jauh. Kemudian akses penggunaannya. Belum tentu yang paling rumit itu yang menang," terangnya.
Dia menambahkan, selain mengadakan kompetisi, LIPI juga memberikan kesempatan bagi pelajar, mahasiswa, atau ilmuwan untuk melakukan penelitian. Caranya, yakni dengan mengajukan alasan penelitian yang secara lengkap bisa diakses melalui laman LIPI.
Published in Bisnis Indonesia (Hafiyyan, 4 March 2016)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama British Council dan Intel Indonesia akan kembali menggelar Lomba Karya Ilmiah (LKIR) ke-48 dan National Young Inventor Award (NYIA) ke-9 periode 2016.
Sekretaris Utama LIPI Siti Nuramaliati Prijono menuturkan penyelenggaraan kompetisi ilmiah seperti LKIR dan NYIA yang menyasar kalangan pemuda ini bertujuan menumbuhkan peneliti andal serta mampu menjadi motor pembangunan bangsa.
Kedua kompetisi ilmiah tersebut, sambungnya, merupakan sarana menjaring bakat muda untuk berkompetisi di tingkat yang lebih tinggi lagi, seperti Intel International Science and Engineering Fair (IISEF) di Amerika Serikat, Edinburgh International Science Inventors (IEYI) di Hong Kong, serta Asean Student Science Project Competition di Thailand bagi pemenang NYIA.
Hasil penelitian akan dibagi dalam beberapa kategori, seperti bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH), Ilmu Pengatahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK), Ilmu Pengetahuan Teknik dan Informatika (IPT), serta Ilmu Pengetahuan Kebumian dan Maritim (IPK).
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko selaku ketua dewan juri kompetisi ilmiah menuturkan, pada 2015 jumlah proposal yang dilombakan naik dari 1.700-an menjadi 2.041 proposal dan 600 usulan karya inovas remaja.
"Tahun ini kami targetkan setidaknya ada 2.000 proposal LKIR yang masuk dan 800 usulan karya desain dan prototype," tuturnya melalui siaran pers, Jumat (4/3/2016).
Rangkaian kompetisi ilmiah LIPI akan berlangsung pada 22-26 Agustus 2016 mendatang. Untuk pendaftaran, Anda bisa mengunjungi situs www.infokompetisi.lipi.go.id paling lambat 1 April 2016 untuk LKIR dan 11 Juli 2016 untuk NYIA.
Published in Metro Semarang (25 February 2016)
Universitas Negeri Semarang (Unnes) menjalin kerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk pengembangan pendidikan dan penelitian. Kesepakatan itu dituangkan dalam Memorandum of Understanding (MoU) di Ruang Sasana Widya Sarwono, Jalan Jend Gatot Subroto Jakarta, Selasa (23/2).
Penandatanganan dilakukan Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Unnes Prof YL Sukestiyarno PhD dan Kepala Deputi Ilmu Pengetahuan Indonesia Dr Laksana Tri Handoko. Kerja sama ini diyakini bisa memberikan dampak besar dan meningkatkan produktivitas riset secara signifikan.
Menurut Handoko, pihaknya juga berencana melibatkan setidaknya 10 mahasiswa Unnes dalam research di LIPI. “Apalagi LIPI dan Unnes sudah menjadi satu kementerian, sehingga sudah selayaknya berkolaborasi. Banyak hal yang bisa dikerjasamakan,“ ujarnya, seperti dikutip dari situs resmi Unnes.
Sementara, Prof Sukestiyarno menambahkan, selama ini sudah ada kerja sama riil yang sudah dilakukan dengan LIPI,di antaranya PKL mahasiswa Fisika. “Untuk akselerasi go internasional, kolaborasi terkait kerja sama publikasi jurnal internasional terakreditasi dan perolehan HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual),” ungkapnya. (*)
Published in UNNES (Arief Setiawan, 24 February 2016)
Universitas Negeri Semarang (Unnes) menjalin kerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kerja sama yang dijalin untuk mengembangkan pendidikan dan penelitian tersebut ditandai dengan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU). Penandatanganan dilakukan Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Unnes Prof YL Sukestiyarno PhD dan Kepala Deputi Ilmu Pengetahuan Indonesia Dr Laksana Tri Handoko, Selasa (23/2) di Ruang Sasana Widya Sarwono Jl Jend Gatot Subroto Jakarta.
Dr Handoko percaya, kerjasama ini dapat berdampak besar dan meningkatkan produktivitas riset secara signifikan, “Apalagi LIPI dan Unnes sudah menjadi satu kementerian, sehingga sudah selayaknya berkolaborasi. Banyak hal yang bisa dikerjasamakan,“ ungkapnya sembari mengatakan, setidaknya akan ada sepuluh mahasiswa Unnes yang diberi kesempatan untuk terlibat dalam research di LIPI.
Menurut Prof Sukestiyarno, sudah ada kerja sama riil yang sudah dilakukan dengan LIPI di antaranya PKL mahasiswa Fisika. “Untuk akselerasi go internasional, kolaborasi terkait kerja sama publikasi jurnal internasional terakreditasi dan perolehan HAKI,” ungkapnya.
Acara dilanjutkan dengan survei lapangan di pusat penelitian fisika Serpong khususnya perkembangan peralatan laboratorium pusat penelitian fisika LIPI.
Published in P2 Telimek LIPI (17 February 2016)
Kedeputian bidang Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI melaksanakan Sosialisasi mengenai pelayanan elektronik di Lingkungan Kedeputian Bidang IPT LIPI. Sosialisasi ini dilaksanakan di ruang serbaguna Pusat Penelitian Fisika (Puslit Fisika), di Serpong – Banten pada hari Rabu, tanggal 17 Februari 2016. Sosialisasi dibuka secara resmi oleh Deputi Bidang IPT LIPI, Dr. L.T. Handoko. Acara diawali dengan sambutan selamat datang dari Kepala Pusat Penelitian Fisika yang diwakili oleh Kepala Bagian Tata Usaha Puslit Fisika, Dr. Agus Sukarto W, M.Eng. Dalam sambutannya Agus menyampaikan bahwa di era dijital ini diharapkan setiap kegiatan khususnya kegiatan pelayanan dapat dilaksanakan secara online agar tercipta keterbukaan dalam setiap tahapannya. Pelayanan online juga merupakan suatu upaya untuk dapat menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik.
Acara dibuka secara resmi oleh Deputi Bidang IPT LIPI, Dr. L.T. Handoko, disertai dengan arahan mengenai pelayanan elektronik. Dalam kesempatan ini Handoko menyampaikan pentingnya pelaksanaan pelayananan elektronik. Beberapa faktor yang menyebabkan perlunya layanan manual beralih ke layanan elektronik, diantaranya yaitu terindikasinya penerimaan jasa diluar pekerjaan satuan kerja namun dikerjakan dengan menggunakan alat kerja yang ada di satuan kerja. Handoko menambahkan bahwa pengertian layanan tersebut bukan hanya pekerjaan yang menghasilkan nilai uang, namun dapat berupa pelayanan berupa bimbingan teknis. Bimbingan teknis tersebut berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual antara mahasiswa dan pembimbingnya yang notabene adalah peneliti LIPI karena proses bimbingan mahasiswa baik itu skripsi maupun thesis dilakukan oleh peneliti LIPI serta menggunakan alat kerja yang dimiliki LIPI. Hal ini dimaksudkan agar selama proses bimbingan teknis mahasiswa dalam semua tahapan proses tercatat secara online dan terhindar dari plagiarisme apabila karya tulis ilmiahnya dipublikasikan. Layanan elektronik sebelumnya sudah diujicoba dan sukses dilaksanakan di UPT BPPTK LIPI dan Puslit Fisika LIPI, sehingga Handoko berharap pada bulan Maret 2016 mendatang seluruh satuan kerja yang berada di bawah Kedeputian Bidang IPT dapat mengikuti jejak UPT BPTTK dan Puslit Fisika LIPI menjalankan layanan elektronik. Pada kesempatan ini Handoko juga menyampaikan bahwa penerapan layanan elektronik nantinya tidak hanya di Kedeputian IPT saja, namun akan diterapkan juga di seluruh satuan kerja di LIPI.
Pada sosialisasi tersebut sesi pertama diisi presentasi mengenai pembagian tugas di Sub Bidang Diseminasi dan Kerjasama Puslit Fisika yang disampaikan oleh Kepala Sub Bidang Diseminasi dan Kerjasama Puslit Fisika Hendra Adinanta ST. Hendra menyampaikan bahwa pada dasarnya di Sub Bidang Diseminasi dan Kerjasama Puslit Fisika memiliki tugas pokok dan fungsi yang hampir sama dengan satuan kerja lain di lingkungan kedeputian LIPI namun terdapat tambahan tugas terkait dengan layanan elektronik yang sudah dijalankan. Disampaikan juga bagaimana Puslit Fisika berupaya untuk meningkatkan pelayanan bimbingan ilmiah mahasiswa, peningkatan pelayanan pengujian yang ada di Puslit Fisika, serta peningkatan kualitas pameran dengan memperbaiki kemasan produk yang akan dipamerkan. Sesi kedua diisi dengan presentasi mengenai Sosialisasi Aplikasi Layanan Sains online di Lingkungan Kedeputian IPT LIPI yang disampaikan oleh Prabowo Puranto, M.Si. Dalam presentasinya Prabowo menyampaikan teknis input data, teknis input data BMN, teknis penggolongan serta inventarisasi pengguna layanan dan lain sebagainya.
Selain pemaparan serta tanya jawab mengenai teknis pelaksanaan layanan elektronik, dilakukan juga praktek langsung input data layanan yang ada di setiap satuan kerja. Proses latihan input data layanan pada setiap satuan kerja dibimbing lansung oleh Prabowo Puranto, M.Si. Prabowo menyampaikan bahwa semua layanan yang ada di satuan kerja harus sudah aktif di layanan elektronik satuan kerja masing-masing per tanggal 1 Maret 2016. Selain latihan dilakukan juga input data layanan yang dimiliki dan aktif di satuan kerja masing masing baik yang bersifat layanan jasa disertai dengan pp tarif ataupun layanan bimbingan teknis untuk mahasiswa.
Published in jakartakita.com (8 March 2016)
Penanaman budaya meneliti bagi generasi muda menjadi fokus Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Bersama dengan British Council melalui Newton Fund, serta Intel Indonesia, LIPI akan menggelar Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-48 dan “National Young Inventor Award” (NYIA) ke-9 tahun 2016.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksana Tri Handoko yang juga merupakan alumni LKIR tahun 1985 mengatakan bahwa pada tahun 2015 jumlah proposal karya ilmiah yang diajukan peserta naik sekitar 30 persen dibandingkan tahun lalu, dari 1700-an menjadi sekitar 2041 proposal, serta 600 usulan karya inovasi remaja. “Ini merupakan tren positif dalam perkembangan minat penelitian di kalangan remaja. Tahun ini kami targetkan paling tidak ada 2000 proposal LKIR yang terjaring dan 800 usulan karya design dan prototype,” kata Handoko.
Melalui kompetisi ilmiah ini, LIPI melakukan pembinaan generasi muda sebagai salah satu upaya meningkatkan daya saing Indonesia di masa depan dan mendorong percepatan inovasi. 
“Untuk pemenang tahun lalu, yaitu pemenang LKIR kita akan kirim ke Edinburgh International Science Festival 4-19 April 2015. Diharapkan bisa berkiprah di Internasional.” tutur Kepala Biro Kerja Sama, Hukum dan Humas LIPI, Nur Tri Aries Suestiningtyas di Auditorium LIPI, Senin (7/3/2016) di Auditorium LIPI.
Acara dihadiri pula oleh Hanif Faalih Wienico Kusuma dan Akmal Khalid Farhan (SMA IT Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto) sebagai Pemenang Ketiga NYIA 2014, peraih silver medal dan Special Award IEYI 2015 melalui karya “Ikat Pinggang Sistem Ekolokasi Portabel Ber-Output Getaran sebagai Alat Bantu Jalan Penyandang Tuna Netra”, serta Jerome Adriel Tjiptadi dan Edwin Julianto (SMA Santa Laurensia, Tangerang Selatan) Pemenang Kedua LKIR 2014 Bidang IPH, peserta Inter ISEF 2016 dengan karya “Studi Pengembangan Produk Masker yang Mengandung Ekstrak Pregnane Glikosida dari Daun Lidah Mertua (Sansevieria Trifasciata) Sebagai Penyerap Polutan Gas Berbahaya.”
Info untuk pendaftaran keikutsertaan dalam ajang Kompetisi Ilmiah LIPI dapat diakses melalui website www.infokompetisi.lipi.go.id secara online.
Published in Kompas (Yunanto Wiji Utomo, 21 March 2016)
Bayangkan diri Anda berada dalam situasi ini. Anda tak punya waktu untuk membeli barang langsung ke toko. Anda lalu memutuskan untuk membeli secara daring menggunakan kartu kredit. Pembelian berhasil.
Namun, pada akhir bulan, Anda mengetahui bahwa tagihan kartu kredit bengkak. Ternyata, ada yang menyalahgunakan kartu kredit Anda. Itu bermula dari transaksi daring tak aman.
Bagaimana perasaan Anda? Kesal bukan?
Situasi itu menggambarkan apa yang mungkin kita hadapi di tengah teknologi saat ini. Satu sisi, kehidupan kita dipermudah karena ada pengetahuan dan teknologi untuk transaksi daring.
Namun, di sisi lain, aplikasi teknologi tersebut kadang masih kurang didukung dengan keamanan. Akhirnya, kita berada dalam situasi yang tetap waswas dan takut.
Situasi itu akan berubah ketika komputer kuantum menjadi kenyataan.
Komputer kuantum memudahkan menyelesaikan kombinasi terumit dengan lebih baik. Misalnya, kode enkripsi akan lebih cepat dibuka dan lebih aman. Transaksi daring tak akan lagi berujung pada bobolnya kartu kredit.
Kabar gembiranya, Indonesia tidak hanya menjadi penonton dalam upaya mewujudkan komputer kuantum menjadi kenyataan.
Muhandis Shiddiq, ilmuwan Indonesia yang kini menjadi peneliti post-doktoral di Universitas Teknik Dortmund di Jerman, berhasil membuat satu langkah maju menuju terwujudnya komputer kuantum.
Lewat penelitiannya, ia berhasil menciptakan kondisi yang memungkinkan komputer kuantum bekerja selama 8,4 mikrodetik.
Hasil risetnya dipublikasikan di jurnal Nature pada Jumat (18/3/2016) lalu.
Riset dilakukan bersama sejumlah fisikawan dan kimiawan, yaitu Dorsa Komijani yang merupakan mahasiswa Florida State University (FSU) dan Stephen Hill yang merupakan Direktur Electron Magnetic Resonance (EMR) di Maglab, FSU.
Kimiawan yang terlibat adalah Yan Duan, Alejandro Gaita-Ariño, dan Eugenio Coronado dari Institute of Molecular Science di Valencia, Spanyol.
Meniadakan gangguan
Muhandis mengatakan, komputer kuantum adalah aplikasi fisika modern yang paling dicari-cari.
Kerja komputer itu didasarkan pada mekanika kuantum. Tak seperti komputer klasik yang mendasarkan proses pengolahan informasi pada bit yang hanya bisa bernilai 0 atau 1, komputer kuantum mendasarkan pada qubits (quantum bit) yang bisa bernilai 0, 1, atau 0 dan 1 pada saat yang sama.
"Kondisi 0 dan 1 pada saat bersamaan ini disebut superposisi kuantum," kata Muhandis.
Salah satu kandidat qubits adalah molecular spin qubits. Sederhananya, qubits itu diciptakan dengan merakit molekul kimia tertentu sedemikian sehingga bisa mewujudkan kondisi kuantum, bebas dari gangguan magnetik. Ibaratnya, seperti membuat headset yang mampu menghapus suara sekitar.
Komputer kuantum membutuhkan banyak spin qubits yang bekerja serempak.
Sayangnya, dunia nyata tak bebas dari gangguan magnetik sehingga membuat qubits bekerja baik tak mudah. Gangguan magnetik bisa berasal dari interaksi antarmolekul itu sendiri.
Gangguan itu terasa seperti interupsi ketika kita sedang berusaha melakukan perhitungan kompleks. Akibat gangguan, kita harus mengulang dari awal lagi.
Proses itu disebut decoherence. Agar komputer kuantum bisa berjalan maksimal, decoherence itu harus ditiadakan.
Riset yang sering dilakukan selama ini untuk menekan decoherence adalah membuat molekul-molekul yang berinteraksi terpisah pada jarak yang cukup besar.
Namun, metode ini punya kelemahan karena dengan memisahkan molekul-molekul tersebut berarti juga membuat mereka susah untuk bekerja bersama-sama untuk melakukan perhitungan.
"Di sinilah letak kebaruan dan keunggulan metode yang dipaparkan dalam artikel di Nature," kata Muhandis.
"Kami dapat membuat molekul-molekul tersebut berdekatan satu sama lain dan pada saat yang sama menekan proses decoherence. Ini merupakan langkah ke depan yang penting untuk mewujudkan komputer kuantum," imbuhnya ketika dihubungi Kompas.com pada Minggu (21/3/2016) lewat surat elektronik.
Angka kecil, kemajuan Besar
Kimiawan yang terlibat dalam penelitian merakit qubits dengan memakai molekul tungsten oksida yang mengandung ion tunggal holmium.
Ion tersebut memiliki elektron-elektron yang berputar searah atau berlawanan arah dengan jarum jam.
Dalam hal ini, elektron-elektron itu dikatakan memiliki spin yang analog dengan keadaan 0 atau 1 bit komputer.
Karena ini kondisi kuantum, elektron itu tak terbatas pada kondisi 0 atau 1, atau searah maupun berlawanan arah dengan jarum jam.
Muhandis berhasil mewujudkan komputer kuantum yang bekerja stabil selama 8,4 mikrodetik.
"Angka 8,4 mikrodetik mungkin terlihat sangat kecil, tetapi ini merupakan sesuatu yang luar biasa untuk molecular spin qubits dengan konsentrasi tinggi," kata Muhandis yang melakukan penelitian di MagLab saat menempuh studi doktoral di Florida State University.
LT Handoko, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan, "Hasil riset ini adalah progres yang penting."
Perwujudan komputer kuantum saat ini adalah tantangan besar. Sementara itu, komputer berbasis elektron yang ada selama ini hampir mencapai titik batas. Riset Muhandis, kata Handoko, membuat komputer kuantum lebih dekat dengan kenyataan yang diimpikan.
Sementara itu, Danang Birowosuto, ilmuwan Indonesia di Center of Disruptive Photonics Technologies, Singapura, mengatakan hal serupa.
"Waktu koherensi untuk komputer kuantum ini bukan yang terlama, spin elektron tunggal dari berlian yang dapat mencapai 1,8 miliseconds. Tetapi, metode yang ditemukan mereka dapat diterapkan untuk sistem lainnya sehingga komputer kuantum yang stabil dalam jangkauan kita," katanya.
Di Dortmund, kini Muhandis melanjutkan penelitiannya.
"Penelitian saya di Dortmund mengembangkan alat yang dapat mendeteksi spin dalam jumlah yang sangat kecil. Pengetahuan tentang perilaku spin dalam berbagai sistem diharapkan dapat membantu realisasi komputer kuantum yang memakai spin qubit," ungkapnya.
Published in babylonish.com (22 January 2016)
Beberapa orang paling suka membandingkan kreativitas anak zaman dulu, dengan anak zaman sekarang yang dimanjakan gadget. Kira-kira, siapa yang lebih kreatif?
Kenal gadget memang membuat anak-anak masa kini kurang mengenal permainan tradisional. Faktanya, mainan digital seperti video games memang lebih populer belakangan ini. Namun begitu, tidak serta merta kreativitas anak-anak masa kini tidak bisa berkembang sama sekali.
"Gadget nggak selalu negatif, jadi bukan salah gadget-nya. Yang negatif itu kalau mereka nggak sensitif terhadap problem," kata Laksana Tri Handoko, ilmuwan fisik dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Selasa (8/9/2015).
Sensitivitas terhadap problem atau permasalahan dalam keseharian bisa memicu kreativitas anak-anak dalam mencari pemecahannya. Bermain di mal maupun di sawah, menurut Handoko sama-sama bisa menumbuhkan kreativitas selama anak-anak sensitif menangkap problem.
Devita Mayanda Heerlie misalnya, siswi kelas 1 SMP di Pontianak yang merupakan salah satu finalis Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2015, mendapat inspirasi untuk menciptakan alat inovatif saat berada di bioskop. Saat itu ia melihat sorot laser untuk menegur pengunjung yang berisik.
"Laser ini bisa kita pakai untuk menentukan titik saat membangun rumah supaya rata, tingginya sama. Biasanya tukang bangunan menggunakan selang berisi air, tapi cara itu sulit dilakukan kalau yang diukur terlalu panjang," kata Devita.
Devita menamakan alatnya Usefull Dot alias Titik Serbaguna. Dengan memanfaatkan tembakan sinar laser, alat tersebut bisa menentukan titik-titik secara presisi sehingga memudahkan tukang bangunan dalam membangun rumah.
Published in
IABIE (17 April 2016, 15:00-18:00 WIT)
Published in
Kompas TV (8 March 2016, 09:30-10:00 WIT)
Bersama Abdur Rohim Boy Berawi (Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan - Bekraf), dengan presenter Conchita Caroline Chairunnisa.